39. MABUK.

11.9K 978 83
                                    

Suara dentuman musik yang mengalun kuat, tubuh yang meliuk liuk menari di bawah sinar kerlap kerlipnya lampu, dengan memegang segelas wine di tangannya Alby sedang duduk diam di sebuah Bar dengan di temani oleh teman temannya.

"Udah lama Lo nggak ngumpul bareng kita Kita, sekalinya ngumpul.. fikiran Lo kemana mana... Menurut Lo, udah berapa hari ini?." Satria berusaha mengeraskan suaranya untuk berbicara kepada Alby karena dentuman suara keras mencoba meredam ucapannya.

Alby melirik ke arah Satria dengan tatapan kosong. "Gue nggak maksa Lo untuk datang.. kalau Lo ingin pulang, silahkan!." Ucapnya dengan nada tak peduli di sana.

Satria menatap Reza di sampingnya, perilaku aneh Alby sudah ia dapati sejak berhari hari yang lalu.
Rasanya ini kali pertamanya Alby hanya diam menatap kosong tanpa berucap apa apa, sekalinya bicara hanya omong kosong yang terdengar, bahkan kata kata datar nan sinis yang akan terucap.

Lalu,  di hari pertama dirinya yang tiba tiba di telfon oleh Alby, memintanya untuk datang ke bar ini untuk menemaninya dan ketika ia datang, pemandangan tak enak langsung berada di depan matanya.

Alby dengan bola mata yang memerah, kelopak mata yang sedikit membengkak terkadang ia terkekeh sembari menatap kosong ke arah depan dengan sebotol wine di tangannya.

Dia yakin, terlihat dari meja yang di penuhi dengan 5 buah botol wine, Alby sudah meminum semuanya. Dia tahu, Alby adalah pria yang tidak kuat minum sebelumnya Alby tidak pernah minum sebanyak ini.

"Apa yang terjadi?."

Pertanyaan itu sudah sekalian kalinya ia tanyakan, tetapi alby enggan untuk menjawabnya.

Setaunya, akhir akhir ini kebiasaan Alby selalu berulang ulang. Dia akan menghabiskan malam dengan duduk di dalam bar, meminum winenya hingga mabuk, memaksa memesan kamar untuk istirahat sampai pagi, dan ketika pagi, ia akan pulng. Hanya berganti seragam sekolah. Setelah pulang sekolah, ia akan langsung masuk kedalam bar ini dan selalu melakukan aktivitas yang sama berulang ulang.

"Al,, kita sahabat Lo bukan?. Jadi Lo bisa cerita sama kita kita, Lo udah ngerusak diri Lo." Reza melirik ke Arah alby.

Melihat Alby yang ingin menuangkan winenya lagi kedalam gelas, ia pun menahannya dan merampasnya.

"Balikin."

Reza menggelengkan kepalanya kuat.
"Tidak. sebelum Lo cerita semuanya, apa yang terjadi?."

Alby hanya menatap Reza datar. "Nggak ada yang terjadi."

"Siapapun akan tahu kalau ada yang salah tentang Lo. Biasanya Lo nggak akan pernah membiarkan diri Lo semabuk ini."

Alby dengan mata sayunya, tubuh yang tidak terurus, dia menunduk.

"Apalagi? Hanya ini yang bisa bikin gue tenang dan sedikit lupa ."

"Ada apa?."

Alby terdiam "lupa?." Tiba tiba saja air matanya keluar tanpa aba aba ketika bayangan dimana ia melihat seseorang yang ia cintai bercumbu mesra di depannya, untuk kedua kalinya.

Ya, dia yang tak sengaja melihat Emilio dan Raskal saat itu, dirinya yang akan mengobati Punggung jarinya pada saat menonjok cermin rumah Emilio, tiba tiba lukanya terbuka lagi.

Dan ia melihat semuanya, dimana senangnya Emilio melakukan ciuman panas di sana, dimana senangnya Emilio memeluk pria itu erat pada dekapannya.

Hal itu cukup terekam jelas di matanya.

Karena takut melihat hal lain yang akan terjadi, dia hanya bisa bergegas pergi dari sana. Meninggalkan Emilio melakukan aksinya.

Seharusnya, waktu itu dia masuk dan menarik Emilio pergi, dia menyesal tak melakukan hal itu saat itu.

Apalagi, ketika ia sudah menata hatinya untuk memaafkan Emilio kali ini, mencoba meminta Emilio memberikan penjelasan untuk menolak apa yang ia liat saat itu.

Harapannya untuk memulai hubungan yang baru dengan Emilio harus sirna ketika ia menerima pernyataan langsung dari mulut pria itu.

"Gue fikir, Lo tahu itu.. Jadi, Jangan bertindak seolah olah kita masih menjalin hubungan.. tidak ada apa apa lagi di antara kita, gue berhak melakukan apapun yang gue suka. Dan Lo nggak ada hak untuk melarang atau marah."

Ahh, dia mengingatnya lagi. Detakan yang berdetak pada jantungnya membuat luka nya kembali terbuka..

Sungguh sangat sakit.

Merampas botol wine yang ada di tangan Reza, dengan air mata yang tak henti hentinya keluar, alby pun meneguknya hingga tetesan terakhir.

Jika mengingat kata kata dingin yang di keluarkan oleh Alby saat itu, dia akan merasakan sakit lagi. Ribuan jarum seperti itu benar benar menusuk jantungnya.

"Hiks, tolong ubah masa lalu untuk gue." Dengan deraian air mata, Emilio menatap Satria dan Reza satu persatu.

"Jangan meminta sesuatu yang nggak masuk akal kek gitu.. Lo mabuk, kali ini ayo kita pulang."

"Pulang kemana?." Ia mendongak, menatap Satria, menatapnya dengan tatapan yang menuntut

Satria yang di tatap oleh Alby mengerutkan keningnya bingung.
"Ya kerumah Lo lah, mau ke rumah gue?."

Alby terkekeh pilu, mata yang sayu dengan pandangan buram ia menatap satria lagi.

"Kembaliin Emilionya Gue..." Dia menunduk dengan suara yang teredam akan tangisan serta dentuman musik di sana.

"Hah, apaa?." Satria mencoba menyaringkan telinganya.

Alby sontak menggeleng, ia berdiri dengan lambat, ketika sudah berdiri, kaki yang sedikit susah menahan tubuhnya membuat ia hampir terduduk kembali, tapi untung saja tangannya yang memegang bahu satria sehingga ia tak jadi jatuh.

"Kemana?."

"Pulang, ke rumah gue.. gue nggak bisa di sini terus, gue ingin Ambil rumah gue lagi..."

Satria dan Reza saling pandang.
"Maksud Lo... Yang lagi trending di twitter itu,,, benar?. Lo... Gay Al?." Ucap Reza menatap Alby yang sedang memijit keningnya.

Alby menatap Reza. "Benar, Lo jijik sama pria gay bukan?. Gue nggak akan maksa Lo untuk berteman lagi bareng gue." Alby terkekeh, sepertinya efek wine yang ia minum sudah di mulai, pandanganya Buram tak bisa melihat apa apa.

Reza terdiam, begitu juga satria. Tanpa perduli respon mereka berdua, Alby pun berangsur jalan keluar Bar.

Berjalan tertatih tatih, dengan kemeja hitam yang kancing atasnya terbuka, tubuh yang terkadang oleng, Alby memaksakan Tubuhnya untuk berjalan pergi.

Karena dia sedikit sadar, Bar yang ia gunakan ini, adalah bar terdekat dari rumah Emilio.
Dia hanya melewati dua belokan dan satu gang kecil. Dia akan sampai ke rumah Emilio.

Dia tersenyum simpul, berjalan dan terus berjalan mengabaikan siapapun yang melihatnya.

Yang ada di otaknya hanya Emilionya, dia ingin ke tempat Emilionya, dia ingin memperbaiki hubungannya, dia tidak bisa lagi menahan diri.

Apapun, apapun akan ia berikan asal Emilio mau kembali padanya.

Awalnya fokusnya hanya kepada Emilio, Tak menyadari 5 orang preman yang berbadan besar sudah mengelilinginya dengan tersenyum....mesum?.

Ntah lah, Alby tak begitu yakin, pandanganya Benar benar buram.

"Mau kemana? Sini main sama kita kita dulu.." salah satu pria memegang lengan Alby, matanya fokus ke arah leher Alby yang keringatnya sudah mengucur di sela sela dada bidang alby.

Mereka sontak meneguk ludahnya Kasar.
Alby yang melihat lengannya yang di pegang dengan sembarang pun sontak berontak. Tapi percuma saja, tenaganya terkuras.

"Lepas!."

Pria itu saling terkekeh. "Nggak usah galak galak, kamu tambah sexy kalau semakin berontak."

TBC.

Tembus yaa, terimakasih 💗

Lagi dong cinta, boleh??.

[BXB] TRANSMIGRASI DOMINANT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang