44. ANEH

12.5K 997 135
                                    

Alby membuka matanya perlahan, menyesuaikan cahaya yang dan Bau obat obatan mulai masuk kedalam Indra penciumannya.

Ketika bola matanya sudah terbuka secara sempurna, Ia melihat ke sekeliling, ruangan yang berwarna putih yang di dekatnya terdapat selang infus, menengok ke sampingnya.

Di sana, Emilio sedang tertidur dengan Menelungkupkan kepalanya di tepi ranjang miliknya.

Tersenyum lemah, dan punggung tangan yang terdapat infus, dengan berangsur angsur Alby mengangkat tangannya, dengan perlahan ia pun mengelus puncak kepala Emilio lembut.

Emilio tersentak, sedikit bergerak dengan perlahan ia pun mulai bangkit, duduk dengan tegak sembari mengusap ngusap matanya.

Melihat ke arah wajah Alby, Alby yang sedang terbaring lemah sudah membuka matanya.

Dia tersenyum bahagia, lalu mengecup Kening Alby lembut, dalam tiga hari.. tiga hari, akhirnya Alby bangun dari pingsannya.

"Terimakasih sudah bangun." Ia berujar tulus.

Alby menutup matanya, menikmati sensasi lembut yang di berikan oleh Emilio kepadanya, ketika Emilio sudah melepaskan kecupan pada keningnya, dia menatap Alby.

"Aku panggil dokter dulu, tunggu di sini sebentar." Dengan tergesa gesa, Emilio berlari keluar ruangan rawat inap Alby.

Menatap punggung Emilio yang mulai menjauh, ia menatap langit langit Kamar ruang inapnya dengan pandangan kosong.

Dia tak bisa mengucapkan satu patah kata pun, lidahnya terlalu Kelu untuk berbicara. Sampai akhirnya, bayangan yang terjadi malam itu membuat kepalanya berdenyut nyeri.

Bau tubuh yang sangat dia kenal saat itu, sedang menyetubuhinya tanpa bisa ia cegah.

"Shhhh, akhh!!!."

Dia tak sanggup, momen momen yang terjadi saat itu masuk kembali ke otaknya, meringis, berteriak, menahan kesakitan dalam otaknya, hal itu tak mempan sama sekali, sampai ia pun mengangkat tangannya, dan menjambak rambutnya sekuat tenaga.

"Akhhhhh!!!!."  Ia berteriak.

"Akhh!!."

"Alby, apa yang terjadi, rambut kamu bisa rontok.. lepas tangan mu!."

Alby mendengarnya, suara penuh kekhawatiran dari Emilio. Respon yang selama ini dia inginkan, tetapi sudah terlambat, dia tak pantas untuk bersanding di samping Emilio.

Dia sudah sekotor itu.

Merasakan gejolak di perutnya, Alby pun memaksa tubuhnya untuk duduk, mendorong tubuh Emilio yang memegang lengannya menjauh, dengan menatap Emilio dengan wajah ketakutan, ia pun mengarahkan kepalanya di tepi ranjang dan..

Huek!!!

Cairan bening yang menjijikkan mulai membasahi lantai di bawah ranjangnya.

Emilio yang melihat hal itu sedikit kaget, Alby yang mendorongnya menjauh.. itu terasa aneh.

Apa Alby tak mengenalinya?.

Melihat Alby yang mengeluarkan isi perut yang tidak mengkonsumsi makanan tersebut, dengan tergesa gesa Emilio kembali berjalan mendekat ke arah Alby, mengambil air mineral di atas Nakas, dan menuntun Alby untuk minum.

Dengan perlahan, Alby sudah mulai tenang, tapi dengan sengaja pria itu kembali menyingkirkan tangan Emilio yang mencoba untuk membantunya lagi.

"Aku.. bisa sendiri."

Duduk bersandar di kepala ranjang, Alby hanya diam sembari menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong.

Kepalanya masih berdenyut nyeri, tapi dia harus bisa menahannya, setidaknya sampai Emilio pergi.

[BXB] TRANSMIGRASI DOMINANT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang