Suasana riuh di kantin terdengar jelas di saat Viona dan teman-temannya sedang mencari meja yang akan mereka tempati untuk makan siang. Mereka bertiga sesekali mendengar beberapa di antara mereka sedang mengolok-olok Viona.
"Oh ini perempuan yang gak tau malu itu," ucap Vina salah satu murid yang terkenal di sekolah ini karena kecantikannya.
Dian hendak menghampiri orang tersebut tapi tangannya di cekal oleh Viona. "Gausah di ladenin orang yang nggak penting." Dian yang tadinya berdiri kini kembali duduk di samping Monica yang sedari tadi melirik sinis ke arah Vina.
"Lo sengaja kan jebak kak El supaya bisa deket-deket sama dia, dan sekarang misi lo berhasil karena kalian udah nikah," ucapan Vina berhasil membuat Monica geram dan hendak menghampirinya. Namun, lagi-lagi dia di cegah oleh Viona yang sedang memegang tangannya.
Melihat sahabatnya di hina di depan banyak orang membuat Dian dan Monica merasa kasihan, bagaimana bisa Viona hanya diam saja tanpa membalas ucapan gadis jahat itu.
Viona menarik lengan kedua sahabatnya untuk menjauh dari hadapan Vina sebelum kedua sahabatnya itu membuat keributan di kantin.
"Kurang ajar banget sih, si menor itu, mana sok cantik banget lagi," kesal Dian mendaratkan bokongnya di bangku kantin. Sedangkan Monica, gadis itu langsung memesan makanan untuk mereka bertiga.
"Gausah di ladenin orang yang kayak gitu,"
ucap Viona membuat Dian mengangguk pelan.Dari kejauhan Angkasa meremas tangannya kuat saat melihat gadis yang dia cintai di permalukan di depan umum, ingin sekali rasanya ia menghampiri gadis tersebut tapi ia mengurungkn niatnya.
Elvano yang kini sudah berstatus sebagai suami Viona malah asik bermain kartu bersama Dion tanpa memperdulikan istrinya yang sedang di permalukan seperti tadi.
"Yes gue menang!!" Dion berteriak bahagia saat berhasil mengalahkan Elvano bermain kartu.
"Gitu doang bangga, nih ambil," ucap Elvano melemparkan 5 lembar uang 100.000 yang membuat Dion kegirangan.
"Akhirnya gue bisa ngalahin lo bos," ujar Dion dengan sangat bangga membuat Pak Anton yang sedang jajan di kantin menoleh ke arah mereka.
"Kalian main judi di sekolah?" tanya guru tersebut menghampiri Dion dan Elvano, sontak Dion langsung menyembunyikan uangnya di kantong celananya.
"Enggak kok pak suer!!" ucap Dion dengan berpose.
"Awas ya kalian!!" ujar Pak Anton menunjuk mereka satu per satu sebelum meninggalkan mereka.
"Haaaahhhh gue kaget anjing, tu guru botak ada dimana-mana anjir," ujar Dion mengelus dadanya. Sedangkan Elvano, Bara, Angkasa, dan Felix hanya terkekeh melihat tingkah sahabatnya itu yang sangat panik.
~~~
Di apartemen, Viona sedang memasak untuk dirinya sendiri tanpa membuatkan Elvano, toh dia juga tidak menyuruh Viona membuatkannya. Masih bergelut dengan alat masaknya, gadis itu terlihat begitu lihai dalam memotong bawang. Saat asik memasak, suara ketukan pintu terdengar membuat gadis itu mengerutkan keningnya.
"Siapa yang bertamu di jam segini," gumamnya pelan lalu berjalan untuk membuka pintu.
"Tante, silahkan masuk," ucap Viona mempersilahkan Elmita untuk masuk ke dalam apartemen. Ternyata yang sedang datang adalah ibu mertuanya.
"Kok tante sih, panggil Mama dong, kan udah jadi menantu," ucap Elmira mengelus pundak sang menantu.
"Eeh, iya Ma," balasnya masih kaku
"Kamu lagi masak ya, waah kamu mau masak apa sayang?" tanya wanita itu saat ia ke dapur dan tidak sengaja melihat bawang yang sudah Viona iris tipis-tipis.
"Mau tumis kangkung," jawab Viona.
"Wah ternyata mantuku pintar masak ya, Elvano emang nggak salah milih istri," ucapnya tersenyum bahagia. Sedangkan Viona, gadis itu hanya tersenyum tipis saat dia di puji oleh ibu mertuanya.
"El kemana sayang?" tanya Elmira mencari keberadaan putranya.
"Ada di kamarnya ma, mungkin lagi tidur," jawabnya sambil melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.
"Kalian nggak tidur sekamar?" tanya Elmira terkejut dan hanya mendapat anggukan dari Viona.
"Baiklah, Mama bawa ini sayang, kamu coba pakai ya. Maaf kalau Mama menyinggung kamu. Tapi, Mama khawatir setelah kejadian kemarin." Elmira menyerahkan sebuah kantong kresek yang berisikan bebetapa tes kehamilan yang membuat Viona terkejut bukan main.
Bagaimana bisa Elmira menyerahkan benda itu pada Viona. Apakah dia khawatir Viona hamil? Oh tentu saja tidak, ini hanya salah paham. Karena tidak ingin membuang-buang waktu, Viona pun mengambil testpack itu dan mencobanya membuat Elmira mengikutinya dari belakang.
"Eh Mama," suara Elvano terdengar menyapa sang ibu, Elmira pun tersenyum dan memilih menghampiri sang putra yang sedang duduk di sofa.
"Mama ngapain, tumben banget kesini?" ucap Elvano.
"Mama bawa tes kehamilan buat istri kamu, Mama khawatir setelah kejadian kemarin dia hamil. Kalian ini kan masih muda dan kalian juga masih sekolah, Mama cuma khawatir sama menantu Mama," ucap Elmira membuat Elvano diam membeku.
Mendengar bahwa ibunya mengkhawatirkan gadis itu membuat Elvano seketika menghela napas berat, "Mama percaya sama foto itu? Ma ayolah, El cuma mau gantiin bajunya doang. Elvano nggak ngapa-ngapain,"
Suara pintu kamar Viona terbuka membuat mereka berdua menoleh, melihat sang menantu sudah keluar dari kamarnya lantas Elmira langsung berjalan menghampirinya.
"Bagaimana hasilnya sayang?"
Viona menyerahkan tiga testpack itu kepada Elmira dengan wajah sedikit kesal, sebenarnya ia sangat malu dan marah tapi dia harus mampu mengontrol emosinya di depan Elmira.
"Syukurlah hasilnya negatif, Mama sangat cemas dengan kalian. Yasudah mama pulang dulu ya sayang, jaga diri kalian baik-baik."
Setelah Elmira sudah meninggalkan apartemen mereka, Viona langsung menghampiri Elvano yang sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.
"Maksud nyokap lo ngasih gue ini apa!" ucap Viona melemparkan benda itu di depan Elvano.
Elvano yang tadinya fokus bermain game langsung meletakkan ponselnya di atas meja dan berdiri. "Lo punya kuping kan? Lo bisa denger sendiri apa yang baru aja di ucapin sama mama. Dia cuma khawatir lo hamil!" Ucapnya emosi.
"Gue tau! tapi itu sama aja kalau dia ngerendahin gue, lo harus cari siapa yang nyebar foto itu, El!" ucap Viona emosi membuat Elvano hampir saja menamparnya.
"Pukul! pukul gue! gue benci banget sama lo. Lo cuma pembuat masalah yang ada di hidup gue," ucap Viona sebelum masuk ke dalam kamarnya.
Elvano mengacak rambutnya frustasi setelah mendengar ucapan Viona yang menyudutkannya. Padahal dalam masalah ini Elvano sama sekali tidak melakukan apa-apa yang merugikan gadis itu.
Sementara di dalam kamar, Viona sedang menangis meratapi nasibnya yang sangat buruk ini. Jika saja waktu itu dia tidak terlambat ke sekolah dan tidak mendapat hukuman dari Pak Roni, tentu saja Viona masih tinggal di rumah neneknya dan tidak perlu merasakan kejadian memalukan ini.
Viona tau masalah yang di hadapinya saat ini bukan kesalahan Elvano. Tapi setelah Elmira datang dan menyuruhnya melakukan tes kehamilan membuatnya seperti di rendahkan. Dan tentu saja hal itu membuat Viona sangat kesal pada Elvano.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
MOIRAI [REVISI]
Teen Fiction"Membenci itu mudah,tapi mencintai itu butuh keberanian" -Elvano- "Mencintaiku atau membenciku, keduanya menguntungkanku. Jika kamu mencintaiku, aku akan selalu ada di hatimu. Jika kamu membenciku, aku akan selalu ada di pikiranmu." -Viona- ________...