Viona menghela napasnya kasar ketika Elvano mengatakan bahwa ia harus membantu Alana yang sedang di teror. Dengan perasaan sedikit kesal, Viona memutuskan untuk ikut bersama Elvano.
Elvano semakin merasa bersalah dengan Viona yang sedang terduduk diam sambil memandang lurus kedepan. Ia hanya bisa pasrah dengan keadaanya sekarang, dan ia juga akan segera mengakhiri keputusan bodohnya ini yang sudah menyetujui bahwa dia akan melindungi gadis itu dari seseorang yang sedang menerornya.
Tak lama kemudian mereka sudah tiba di apartemen Alana dan langsung menuju kamar gadis itu. Elvano mengetuk pintu kamar gadis itu namun tidak mendapat respon hingga membuatnya kesal karena merasa telah di bohongi.
Elvano menarik tangan Viona agar meninggalkan apartemen ini namun baru selangkah ia berjalan suara teriak terdengar di dalam kamar Alana membuatnya kembali mengetuk pintu kamar gadis itu. Elvano mendengar dengan jelas suara tangis di balik pintu itu membuatnya berusaha mendobrak pintu kamar Alana.
Viona tersentak saat Elvano terlihat sangat mengkhawatirkan gadis lain selain dirinta. Dengan sekuat tenaga yang Elvano miliki akhirnya pintu kamar tersebut terbuka dan betapa terkejutnya Elvano mendapati Alana hampir di lecehkan oleh seseorang yang memakai topeng. Lantas Elvano langsung berlari dan menendang pria bertopeng itu hingga tesungkur ke lantai.
Viona melotot ketika pria bertopeng itu jatuh di hadapannya. Elvano membuka jaketnya dan memakaikannya pada Alana yang sudah terlihat sangat berantakan dan bergelinang air mata. Viona yang melihat adegan itu di depan matanya membuat hatinya sakit, dengan cepat Viona erjalan mendekati Elvano dan Alana.
Viona melangkah melewati pria bertopeng itu namun, tangannya tiba-tiba di tarik membuat Viona berteriak histeris. Elvano menoleh dan melihat pria itu sedang memeluk istrinya sambil memegang benda tajam. Betapa terkejutnya Elvano saat pria itu sudah mulai menggoreskan pisau itu di leher Viona.
"Viona!!!" Teriak Elvano berusaha mendekati pria bertopeng itu namun pria itu lebih cepat mundur menjauhinya.
"El, tolong," lirih Viona membuat Elvano semakin naik pitan.
"Lepasin istri gue!!" Bentak Elvano membuat pria itu tertawa keras.
"Kenapa? bukannya lo masih sayang sama mantan lo itu." Ucap pria bertopeng itu menunjuk Alana yang masih menangis ketakutan di pojok kamar.
Elvano mengalihkan perhatian pria bertopeng itu dengan menendang kakinya lalu menarik Viona menjauh dari pria itu. Alana yang melihat Elvano berhasil menarik Viona lantas turun dari kasur dan memeluk Elvano dari belakang.
"Vano, aku takut." Isak Alana membuat Elvano bingung antara menyelamatkan Viona atau Alana.
Elvano menarik Viona dan Alana keluar dari kamar ini dan berlari mencari pertolongan. Viona yang sudah terlihat pucat akibat ketakutan di tambah lagi darah yang mengalir di lehernya membuat Elvano khawatir dengan kondisi gadis itu. Sementara Alana gadis itu terus-terusan menangis di belakang Elvano dan Viona.
Hingga tibalah mereka di loby apartemen dan pria bertopeng itu langsung berlari keluar, Elvano yang melihat pria itu berhasil kabur hanya bisa menghembuskan napasnya kasar.
Dengan cepat Elvano menggendong Viona menuju mobilnya dan Alana masih setia mengikuti mantan kekasihnya itu.
"Vi, kamu nggak papa kan? tahan ya kita ke rumah sakit sekarang." Ucap Elvano mendudukkan Viona di sampingnya dan memakaikan seat belt sebelum menancap gas menuju rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit, Ia langsung menggendong Viona sambil berlari untuk mencari pertolongan karena kondisi Viona yang sudah tak sadarkan diri.
Alana meringis melihat Elvano yang begitu sangat khawatir dengan wanita yang sudah berstatus sebagai istrinya itu. Alana sakit hati melihat pria yang ia cintai justru mencintai gadis lain.
Karena tidak sanggup melihat mereka, Alana memilih berlari meninggalkan rumah sakit ini. Entahlah kemana gadis itu akan pergi sekarang.
Setelah Viona sudah mendapatkan pertolongan. Elvano duduk sambil berdoa kepada tuhan agar istrinya itu baik-baik saja. Dia tidak bisa memaafkan dirinya jika terjadi sesuatu dengan gadis itu. Ini semua terjadi akibat Elvano menyelamatkan mantan kekasihnya itu. Elvano menoleh mencari keberadaan Alana yang sudah tak terlihat lagi, tapi tidak ada yang lebih penting selain kondisi Viona sekarang.
Tak lama kemudian, dokter pun keluar sontak Elvano langsung berdiri dan menemui dokter itu. "Bagaimana kondisi istri saya dok? dia baik-baik saja kan?" Ucapnya khawatir.
Dokter itu mengangguk dan tersenyum lalu menepuk pundak Elvano. "Kondisi pasien baik-baik saja. Pasien hanya mengalami syok dan luka ringan, kalau begitu saya permisi dulu." Jawab dokter itu ramah dan berlalu meninggalkan Elvano.
Elvano langsung masuk ke dalam ruangan menemui sang istri. Di lihatnya gadis itu sedang terbaring di atas brankar dengan mata yang masih tertutup rapat. Elvano mengusap rambut gadis itu dengan lembut dan mengecupnya.
"Maafin aku belum bisa jadi suami yang baik untuk kamu. Aku tau aku salah mengambil keputusan bodoh itu." Ucap Elvano meneteskan air matanya.
Viona mengerjapkan matanya pelan ketika mendengar suara tangisan Elvano di sampingnya. Tangannya terulur menghapus air mata pria itu dan tersenyum tipis.
"Ternyata kamu lucu juga ya kalau lagi nangis." Ucap Viona membuat Elvano terkejut dan kembali berdiri tegak.
"Kamu nggak papa? masih sakit hm?."
Viona tersenyum dan menggeleng pelan. "Nggak papa." Jawabnya.
Setelah keadaan Viona mulai membaik, mereka akhirnya di perbolehkan pulang oleh dokter. Viona juga sangat tidak suka berlama-lama di rumah sakit karena bau obat-obat sangat menyengat yang membuatnya pusing.
"Alana mana?." Tanya Viona saat menyadari bahwa gadis itu sudah tidak ada di sini lagi. Bukannya tadi ia ikut.
"Udah, gausah mikirin dia yang terpenting kamu baik-baik aja."
Mereka pun langsung menuju apartemen karena malam juga sudah semakin larut. Kejadian hari ini membuat Elvano akan lebih hati-hati lagi dalam mengambil keputusan. Ia tidak ingin Viona yang akan menjadi korban dari kecerobohannya.
Setibanya di apartemen, Viona langsung beristirahat di kamar Elvano karena pria itu memaksa untuk tidur bersama dengan alasan ingin memastikan Viona baik-baik saja.
Setelah bersih-bersih, Elvano berjalan mendekati Viona yang sudah terlelap dalam tidurnya, ia pun sesekali mengecup kening gadis itu. Hati Elvano sakit melihat luka yang ada di leher gadis itu. Elvano merasa sudah gagal menjaga istrinya dari bahaya. Jika Lucas mengetahui hal ini, sudah pasti pria itu akan memarahinya atau bahkan memukulnya karena sudah lalai menjaga adik kesayangannya itu.
Elvano melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 01.13 ia pun memutuskan untuk tidur di samping Viona. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka berdua dan mulai memjamkan matanya.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
MOIRAI [REVISI]
Teen Fiction"Membenci itu mudah,tapi mencintai itu butuh keberanian" -Elvano- "Mencintaiku atau membenciku, keduanya menguntungkanku. Jika kamu mencintaiku, aku akan selalu ada di hatimu. Jika kamu membenciku, aku akan selalu ada di pikiranmu." -Viona- ________...