9. Happy Birthday

3.1K 107 5
                                    

Aku bikin cerita dan ngetik, kalian tinggal vote dan komen, ok. Adil kan?

ʚ Happy reading ɞ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ʚ Happy reading ɞ

⎯⎯  ୨✧୧⎯⎯

9. Happy Birthday

Anya sudah bersiap dengan kejutan ulang tahunnya untuk sang paman. Ia mematikan seluruh lampu di dalam rumah agar ketika Erick menghidupkan lampu, pria itu terkejut mendapati Anya dengan kue ulang tahun.

"Uncle Erick lama sekali," gumam Anya.

Hari sudah mulai gelap tapi belum ada tanda-tanda Erick akan pulang, tidak memberi kabar pula. Padahal Anya sudah menahan rasa takutnya berdiam diri dalam ruangan dengan keadaan gelap.

Tidak lama terdengar deruman mobil yang dikenalinya memasuki halaman rumah membuat Anya mendesah lega.

Pria yang baru turun dari mobilnya, mengernyit heran ketika mendapati rumah dalam keadaan gelap dari luar. Biasanya cahaya lampu dari dalam selalu terlihat dari jendela.

Benar saja, ketika pria itu masuk ke dalam rumah, kondisi ruangan dalam keadaan gelap total. Ia jadi panik dengan keadaan Anya. Kemana gadisnya itu?

"Anya?!" Karena tidak ada yang menyahut, ia pun menghidupkan lampu ruang tamu tapi tidak menemukan siapa-siapa.

"Anya, di mana kau?!" Bisa terdengar jika suara Erick sangat kencang dan panik. Ia membuka pintu kamar Anya dengan kasar lalu menghidupkan lampu kamar dan tidak ada siapa pun membuat napasnya semakin tidak beraturan.

Pria itu berjalan ke arah dapur yang gelap lalu menghidupkan lampunya dan terkejut dengan keberadaan Anya yang tersenyum lebar sambil bertepuk tangan sambil menyanyikan lagu ulang tahun untuknya.

"Happy birthday, Uncle Erick," ucap Anya diakhir lagunya.

Erick langsung memeluk dan mengangkat tubuh Anya. Ia memutar tubuhnya sehingga tubuh Anya yang berada di gendongannya ikut berputar.

"Terima kasih, Anya. Kau adalah satu-satunya orang yang mengingat ulang tahunku. Aku sendiri bahkan melupakannya."

"Hanya aku yang mengucapkan ulang tahun untukmu, Uncle?" Erick mengangguk tapi atensinya tertuju pada kue tart yang berada di atas meja makan. Tapi tidak lama ia terkejut karena mendengar suara isakan.

"Kenapa menangis, Anya?" Erick panik lalu menangkup pipi gadis itu.

"Uncle Erick kasihan... hiks. Tidak ada yang mengingat ulang tahunnya... hiks."

Erick pun menggaruk pelipisnya yang tidak gatal karena merasa bingung. Sebenarnya semakin dewasa, ulang tahun tidak terlalu penting baginya.

"Ini adalah kue buatanmu, Anya?" Erick menggeser kursi makan untuk didudukinya.

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang