61. He Will Go

2.2K 105 33
                                    

ʚ Happy reading ɞ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ʚ Happy reading ɞ

───── ─────

61. He Will Go

Ting tong!

Terdengar suara bel pintu di saat Anya dan Marina sedang sarapan. Anya segera berlari kecil menghampiri pintu utama karena berharap yang datang adalah Erick. Tapi ia baru ingat bahwa pamannya mana mungkin meminta izin masuk ke rumahnya sendiri.

Ceklek.

Anya lebih terkejut melihat tamu yang datang daripada mendapati Erick pulang. Ia langsung berhambur memeluk pria paruh baya yang berdiri di hadapannya lalu celingukan mencari keberadaan anggota keluarganya yang lain.

"Kau hanya sendirian, Grandpa? Di mana Mama, Papa, dan Grandma?"

"Aku hanya sendirian."

"Tumben sekali. Silakan masuk." Anya melebarkan pintu mempersilakan Allen masuk ke dalam rumah.

"Ada apa kau pagi-pagi datang kemari, Grandpa? Dari pukul berapa kau berangkat?"

"Mendadak aku datang kemari karena ada urusan dengan Erick."

Anya langsung berdebar mendengar nama itu, raut wajahnya juga berubah menjadi sendu. "T-Tapi dari semalam Uncle tidak ada di rumah."

"Aku tahu. Aku sendiri yang menyuruhnya pergi tadi malam," bohong Allen. "Pamanmu tidak menceritakannya, ya?"

Anya menggeleng. Walau sedikit kesal karena Erick tak mengatakan apa pun, di hati yang paling dalam ia merasa lega jika pamannya tidak melakukan sesutu yang berbahaya.

"Uncle Erick berjanji akan pulang sebelum fajar, tapi sampai sekarang belum pulang."

"Pekerjaan pamanmu belum selesai, makanya sekarang aku yang akan menemanimu sampai pekerjaannya selesai." Allen mengusap surai Anya.

"Sampai kapan?"

"Sampai pekerjaannya selesai."

"Tidak jelas," cibir Anya.

Obrolan mereka terhenti karena kedatangan Marina. Gadis itu memperkenalkan diri pada Allen lalu mengajak Anya untuk berangkat sekolah karena dua puluh menit lagi gerbang sekolah akan segera ditutup.

***

Erick perlahan membuka matanya lalu merasakan sebelah lengannya terasa berat. Ia menundukan pandangan dan menemukan seorang laki-laki tertidur berbantalkan lengannya. Jika dilihat-lihat lelaki ini menggunakan baju yang sama dengannya, yaitu seragam pasien rumah sakit.

Ceklek.

"Oh, kau sudah siuman," kata orang yang baru saja masuk ke ruang rawat.

"Hm. Kenapa dia tidur di sini?" Menggunakan matanya, Erick menunjuk Matheo, orang yang ternyata tertidur di dekatnya.

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang