ʚ Happy reading ɞ
⎯⎯ ୨✧୧⎯⎯
11. She's Hurt
Dengan beralasan berkunjung ke rumah teman kepada Anya, Erick dapat berkencan dengan Bella di apartemen wanita itu.
Saat ini mereka sedang asyik bermadu syahwat di atas ranjang yang sudah terlihat berantakan nan basah kuyup karena keringat dan cairan persetubuhan mereka. Sungguh arti kencan yang berbeda bagi orang dewasa.
"Yes, babe... faster..." desah Bella yang sedang digauli oleh Erick dengan ganasnya.
Peluh menghiasi pelipis pria itu menandakan brutalnya percintaan mereka. Untuk pertama kalinya Bella melihat dan merasakan sendiri bagaimana Erick bercinta dengan liarnya.
"Akh!" pekik Bella karena Erick mencekiknya. Erick benar-benar kasar karena sedang meluapkan emosinya. Raut wajahnya pun lebih seperti menahan amarah daripada nafsu birahi. Bahkan Bella sempat mengeluh kesakitan karena Erick terlalu kasar. Sedikit rasa takut mulai melanda dirinya.
Tidak lama Bella dapat merasakan kejantanan Erick yang berkedut lebih cepat menandakan siap mengeluarkan lahar panasnya. Dengan sisa tenaganya, ia mendukung Erick dengan cara meliuk-liukkan pinggulnya hingga membuat pria itu mendengus dan menggeram kenikmatan.
Erick pun sudah tidak dapat membendung benih yang sudah mengalir di kejantanannya. Ia mendekap tubuh Bella erat-erat sambil mencium ceruk leher wanita itu.
Setelah gelombang orgasmenya reda, Erick melepas kondomnya lalu berbaring di samping Bella. Ia pun menutup matanya menggunakan lengan yang dilipat karena perlahan-lahan rasa pusing melanda. Ia tidak bisa menahan emosi negatifnya.
***
Di lain tempat, saat ini Anya hanya bisa menangis dan mengurung diri di kamar. Ia tahu bahwa keterlambatan Erick pulang adalah karena berkencan dengan seorang wanita. Teman yang di maksud Erick adalah Bella, dan Anya paham karena memang tidak sepolos itu.
Anya bingung sendiri dengan perasaannya. Kenapa ia tidak terima jika Erick memiliki kekasih? Siapa pun wanitanya, ia tidak terima jika mereka merebut Erick darinya.
Tok tok tok!
Mendengar suara ketukan di pintu kamarnya, Anya segera menghapus air matanya. Saking sibuknya menangis, ia tidak mendengar suara mobil Erick memasuki pekarangan.
"Anya." Terdengar suara berat Erick di balik pintu.
"Sebentar." Anya menggunakan sedikit bedak untuk menyembunyikan rona merah di seluruh wajahnya.
Setelah Anya membuka pintunya, ia dan Erick hanya saling memandang. Sebaik apa pun Anya menutupi, Erick tahu bahwa Anya habis menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession
Romance[LOEN #3 | Erick & Anya] Bagaimana jika seorang lelaki dewasa justru mencintai dan terobsesi pada keponakannya sendiri? Ya, begitulah perasaan yang dimiliki oleh Erick Jason Loen pada Anya Jolicia Loen. Setiap hari pria itu dilanda kegusaran karena...