59. War

1.9K 110 32
                                    

ʚ Happy reading ɞ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ʚ Happy reading ɞ

✧ ───── ୨✧୧ ───── ✧

59. War

PRANG!

Marina yang sedang tidur, langsung membelalakkan matanya karena mendengar suara pecahan kaca.

"Astaga. Ada apa, Anya?" Marina mendapatkan Anya yang bersiap turun dari ranjang.

"Maafkan aku, Marina. Tidurmu terganggu."

Marina pun bangkit dan menyalakan lampu kamar agar bisa melihat apa yang terjadi pada Anya.

"Ada apa, Anya?"

"Tadi aku haus, tapi gelasnya terjatuh," jawab Anya sambil berusaha membersihkan pecahan gelas menggunakan tangan kosong.

"Tunggu, aku ambilkan sapu dulu." Baru saja Marina melangkah, suara pekikan Anya sudah mengintrusinya.

Anya melihat telunjuknya sudah mengeluarkan darah. Ia pun mengulum telunjuknya sambil menahan jantung yang berdebar cepat karena firasat buruk.

"Lihat, 'kan? Sudah kubilang tunggu aku ambil sapu dulu." Marina menarik Anya dan mendudukannya di tepi kasur.

"Biar aku saja yang membersihkannya, kau tunggu di sini." Marina pun segera pergi ke luar kamar untuk mencari sapu dan pengeruk sampah. Tidak lupa ada tambahan yaitu kotak P3K.

Tidak lama setelah Marina menghilang dari hadapan, tanpa sadar air mata Anya menetes karena sangat takut dan cemas akan kondisi Erick yang sampai saat ini tidak ada kabar.

Anya melirik jam yang sudah menunjukan pukul dua dini hari. Ia berharap waktu berjalan cepat karena tak sabar untuk bertemu dengan Erick. Ia rindu dan khawatir akan kondisi pamannya.

Anya menyentuh sebuah liontin kalung pemberian Erick dalam rangka hadiah ulang tahunnya yang ke delapan belas. Ia mencium liontin itu lalu mengamatinya dengan penuh cinta. Ia juga tersenyum saat melihat huruf 'E' terukir di dalam liontin itu. Sekarang ia mengakui bahwa dirinya memang milik Erick, sedari kecil mau pun sampai akhir hayatnya.

***

Melihat sang ketua yang ditusuk brutal oleh salah satu rekannya membuat Bjorn hanya mampu mematung. Ia terlalu syok melihat pemandangan semua ini sehingga otaknya tidak bisa mencerna situasi. Tidak lama, lamunannya terbuyarkan ketika mendengar suara tembakan.

Di hadapannya saat ini, ia bisa melihat Erick sedang mengerang sambil memegang lengan atas kanannya. Ia lalu melirik ke arah pintu dan mendapati Rachel sedang menodongkan senjata apinya dengan asap yang mengepul dari moncongnya. Ternyata wanita itu yang telah menembak Erick walau terpeleset.

"Bjorn, kau tidak apa?" tanya Koa yang sudah berada di dekatnya.

"T-Tidak apa, tapi ...." Bjorn melirik ke arah David yang sudah terkapar di lantai. Ia hendak menghampiri sang ketua yang sudah ia anggap ayah, tapi suara Rachel mengintrusinya.

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang