45. She Knows

2K 104 15
                                    

ʚ Happy reading ɞ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ʚ Happy reading ɞ

✧ ───── ୨✧୧ ───── ✧

45. She Knows

Hiks, hiks.

Erick mengabaikan Anya yang menangis tersedu karena ia harus fokus pada jalanan. Beberapa klakson mobil terdengar mengintrusi karena dirinya menyalip dan melajukan mobilnya dengan sangat kencang di tengah jalanan malam kota Roma.

Anya pun hanya bisa menangis, tidak mau merengek kepada pamannya untuk tidak berkendara dengan ugal-ugalan karena ia takut sendiri melihat wajah Erick yang sudah seperti kesetanan.

Semenjak mereka tinggal bersama, Anya merasa tidak mengenal Erick. Pria itu terlihat bukan seperti pamannya yang lembut dan baik hati. Sekarang, pamannya sering marah-marah dan terlalu posesif melebihi orang tuanya.

Setelah mobil sampai di halaman rumah, Anya segera turun dari mobil karena tak mau lebih lama bersama Erick. Pria itu pun menyusul, tapi terdiam karena merasa ada yang mengawasinya. Ia pun bersandar ke mobilnya sambil mengotak-atik ponselnya.

***

Erick masuk ke dalam rumah, namun langkah kakinya membawa ke gimnasium, bukan ke kamarnya atau kamar Anya. Ia membuka jaket dan membuka kemeja hitam kesukaannya, lalu melemparnya ke sembarang arah.

Saat ini ia sedang berdiri sambil melihat halaman rumah dari jendela besar yang tersambung ke teras tempat Anya sering melakukan yoga. Ia melihat sebuah cahaya memantul dari pohon karena di samping rumah mereka adalah sebuah lahan yang dipenuhi pepohonan.

Erick merasa biasa saja karena cahaya itu adalah cahaya yang memantul dari kaca teropong senapan salah satu bawahannya yang selama ini sudah ditugaskan sejak ia pindah ke rumah ini.

Di tengah wilayah pepohonan itu, Erick membangun markas untuk mereka agar berdekatan dengan rumahnya. Keberadaan mereka memang bukan hanya untuk melindungi dirinya, tetapi untuk melindungi Anya ketika ditinggal sendirian di rumah.

Dari sudut matanya, ia melihat mobil hitam dengan plat kendaraan kota Milan terparkir tak jauh dari rumahnya. Memang dilihat dari luar, mobil itu seperti tidak ada orangnya karena terhalang kaca film yang gelap, tapi ia tidak bisa membohongi instingnya yang merasa diawasi dari mobil itu.

"Allen, kau masih tidak mempercayaiku, ya? Itu keputusan yang benar karena sampai kapan pun aku tidak melepaskan Anya." Erick mengambil sebuah botol kecil dari kantung celananya dan memandangi benda itu.

Sepertinya ia juga harus mulai waspada terhadap Ethan karena perlahan-lahan kakaknya pun akan mengetahui perasaannya, baik dari Allen atau Oliver.

Erick mengambil training gloves boxing untuk digunakannya. Ia memukul kencang samsak untuk melampiaskan kekesalannya akan Anya dan keluarganya. Tidak hanya meninju samsak, ia juga melakukan latihan ketahan seperti push up atau sit up. Yang penting pikirannya bisa teralihkan.

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang