29. He Started Going Crazy

2.5K 114 15
                                    

ʚ Happy reading ɞ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ʚ Happy reading ɞ

✧ ───── ୨✧୧ ───── ✧


29. He Started Going Crazy

Pagi sudah menjelang. Saat ini keluarga Allen sudah berkumpul di ruang makan untuk memulai sarapannya. Di sisi kiri Allen terdapat Zoya, Ethan, Olivia, dan Anya. Sementara di sisi kanan terdapat Erick, Eve, dan Emma.

"Bagaimana hubungan kalian?" tanya Allen pada Erick dan Eve.

"Baik."

Zoya hanya menghela napas melihat Erick yang cuek. Ia pun hanya bisa saling melempar senyum canggung dengan Eve, sang calon menantu.

"Erick memperlakukanmu dengan baik, 'kan? Di tidak sampai menyaikitimu?" tanya Zoya pada Eve.

"Tidak. Sedari dulu Erick tidak pernah menyakitiku. Sekarang pun seperti itu."

"Jadi, kalian siap bertunangan atau langsung menikah?" tanya Allen.

Deg.

Anya yang duduk paling ujung hampir tidak bisa menutupi wajah pucat dan kecewanya. Bahkan dadanya tidak sadar naik turun karena menahan amarah. Ia merasa bodoh karena telah dibohongi oleh Erick. Untung saja posisinya diujung, jadi tidak ada yang melihat ekspresi marahnya kecuali Erick. Ya, pria itu sempat-sempatnya melirik ke arah Anya.

Sebenarnya Allen sudah tak menaruh curiga lagi semenjak Erick dekat kembali bersama Eve. Kedekatan kedua sejoli itu terlihat hangat, positif, dan natural, membuat Allen percaya bahwa Erick mulai menerima Eve.

Erick dan Eve sungguh aktor yang baik, 'kan?

"Kenapa kalian terburu-buru?" tanya Erick karena tak habis pikir kepada orang tuanya yang terus menuntutnya menikah.

Sebenarnya Allen dan Zoya menyuruh Erick menikah dengan kekhawatiran yang berbeda. Allen khawatir bahwa Erick benar-benar jatuh cinta pada Anya. Sedangkan Zoya tak ingin kehilangan Eve yang sudah sesuai dengan kriteria seorang menantu. Sulit sekali mencari wanita yang tulus pada Erick.

"Memangnya kau tidak takut Eve meninggalkanmu karena kau tak kunjung memberikan kepastian?"

"Tapi kami baru bertemu tiga bulan. Beri aku waktu."

"Hah!" Zoya menghela napasnya.

"Jika kalian terus memaksaku menikah karena umur yang terlalu dewasa, kenapa kalian tak desak saja Emma? Dia perempuan."

Semuanya sekarang mengalihkan atensinya pada Emma yang sedari tadi diam saja. Tapi setelah mendengar perkataan Erick, wanita itu berdecak kesal sambil memutar malas bola matanya.

"Aku dan Eve lebih tua Eve. Jika membahas kesuburan, memang benar seharusnya kau yang lebih dulu menikah. Kau tak kasihan pada Eve yang mungkin ingin segera memiliki anak?" sahut Emma dengan ketus. Jika berbicara tentang pasangan atau pernikahan, wanita itu memang sedikit sensitif.

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang