46. Minx

2.1K 110 32
                                    

ʚ Happy reading ɞ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ʚ Happy reading ɞ

✧ ───── ୨✧୧ ───── ✧

46. Minx

"Eve." Erick menggengam tangan wanita itu.

"Apakah kau merasa jijik padaku?" Sambil menunggu jawaban, Erick mengamati ekspresi Eve yang tidak terbaca.

"Hmm, aku hanya tidak menyangka bahwa kau akan seberani itu jatuh cinta pada keponakan sendiri," jawab Eve dengan hati-hati.

"Tapi entah kenapa aku tidak kaget mengetahui bahwa kau jatuh cinta pada Anya. Aku seolah bisa menebak karena kalian terlihat seperti tak bisa dipisahkan."

"Ya. Aku tidak bisa dipisahkan dari Anya. Aku akan melawan segala sesuatu yang menghalangiku untuk bersama Anya. Termasuk keluargaku sendiri."

Eve menelan ludahnya lalu menatap Erick dengan tatapan serius.

"Erick, mulai sekarang kau bisa menceritakan hubunganmu dengan Anya padaku. Kau bisa meminta pendapatku atau apa pun itu. Tidak enak bukan memendam semuanya sendirian?" Eve hanya tidak mau Erick menjadi semakin salah arah, apalagi yang harus dilawan sekarang adalah keluarganya.

Eve dari dulu tahu bahwa Erick akan sensitif dengan segela yang berhubungan dengan Anya, maka ia tidak bisa membayangkan pria itu akan segila apa jika dipisahkan dari Anya oleh keluarganya. Eve tidak ingin Erick bertindak secara impulsif.

"Omong-omong, bagaimana dengan Anya sendiri?"

"Apanya?"

"Perasaannya."

"Dia juga mencintaiku walau tak pernah menyatakannya secara gamblang. Tapi dia masih memilih keluarganya, maka dari itu sekarang dia menjadi pembangkang dan semakin berusaha melepaskan dariku. Alasannya menerima lelaki mengajaknya berkencan adalah agar bisa terlepas dariku."

"Besok Anya sepertinya akan bermain bersama teman-temannya di malam hari. Apakah kau akan diam saja?" Instingnya mengatakan bahwa diamnya Erick itu sebenarnya menghanyutkan. Maka dari itu ia tidak percaya melihat Erick santai dan diam saja setelah mengetahui Anya akan menghabiskan waktu bersama teman-temannya.

"Aku akan memperkosanya," jawab Erick dengan santai tapi raut wajahnya sangat dingin. Refleks, Eve melotot sambil meringis. Benar apa yang dikatakan instingnya bahwa di balik diamnya, Erick akan melakukan sesuatu yang besar.

"Kau sudah gila, Erick!" Eve seketika mengatupkan mulutnya karena kelepasan membentak Erick. Tapi ia yakin semua orang juga akan refleks melakukan hal yang sama dengannya.

"Kau ingin dicap penjahat kelamin?"

"Aku hanya memperkosa Anya, tidak dengan wanita di luar sana. Jadi aku tidak keberatan dipanggil penjahat kelamin karena telah memperkosa Anya."

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang