60. Pessimistic and Sorrow

2.1K 121 26
                                    

Guys, karena bentar lagi mau tamat, mulai sekarang aku mau minta vote dan komen yg banyak, ya. Karena beberapa orang banyak yg mandang cerita itu dari banyaknya pembaca, vote, dan komen.

 Karena beberapa orang banyak yg mandang cerita itu dari banyaknya pembaca, vote, dan komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ʚ Happy reading ɞ

───── ─────

60. Pessimistic and Sorrow

"Jangan dengarkan kata-katanya!" perintah Rachel setelah merasa semua orang penasaran akan maksud perkataan Erick.

"Dia adalah anak dari pria yang kalian sebut Master itu!" Erick tetap bersikukuh memberitahu kenyataan yang membuatnya marah. Selain benci pada tipe pria yang menelantarkan anak, alasan Erick membunuh David adalah karena ia merasa hanya dijadikan pion saja demi pembalasan dendam pria itu, walau sebenarnya Erick juga tidak masalah karena memang dendam pada Theodore yang berani melukai Anya.

Pada intinya Erick tidak suka dimanfaatkan dan dibohongi.

"Aku sudah melihat penderitaannya sedari kecil yang tidak dianggap oleh ayah kandungnya sendiri!" teriak Erick. "Aku hanya membantunya untuk membalaskan dendam pada ayah kandungnya yang brengsek!"

Matheo hanya terdiam karena syok. Seumur hidupnya sungguh ia baru mengetahui siapa ayah kandungnya.

"Berarti kau adalah saudara sepupunya?" tanya Oliver.

"Aku bukan Graham sialan!" bentak Erick karena masih tidak terima bahwa darah Graham mengalir di tubuhnya. Ia tidak masalah bukan anak kandung dari pasangan Allen dan Zoya, ia hanya tidak ingin ternyata keluarga aslinya lebih bejat dari keluarga Loen.

"Lebih baik bunuh aku daripada darah Graham sialan mengalir di tubuhku!" Erick benar-benar terlihat frustrasi sekarang.

"Jaga ucapanmu!" bentak Rachel sambil menjambak rambut Erick. "Kau tidak pantas menjelek-jelekkan keluarga Master karena kau lebih busuk dari mereka!"

"Ya! Aku busuk karena darah Graham mengalir di dalam tubuhku! Aku tidak mau!"

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu mengalihkan atensi mereka. Bjorn membuka pintu dan mendapati seorang bodyguard melaporkan ada seorang tamu berkunjung.

"Siapa?"

"Mr. Loen."

Semua tersentak tanpa terkecuali. Bahkan Erick pun terlihat kaget lalu tubuhnya melemas karena belum siap bertemu dengan salah satu anggota keluarganya.

"Biar aku yang menemuinya," jawab Rachel. Wanita itu keluar ruangan diikuti oleh Joses dan Bjorn.

"Hmph!" gumam Matheo membuat Erick mendongakkan kepalanya lalu tersenyum.

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang