25. Rejected Again

2.6K 101 0
                                    

ʚ Happy reading ɞ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ʚ Happy reading ɞ

⎯⎯  ୨✧୧⎯⎯

25. Rejected Again

Erick bahagia karena Anya tidak langsung pulang pada hari di mana Ethan dan Olivia datang. Tapi kesempatan mendekati gadis itu menghilang karena Anya menghindarinya. Tentu saja Erick tidak berani dan tidak merasa bebas terutama karena kehadiran Ethan dan Allen.

Ia sudah berusaha mendatangi Anya di kamarnya tapi gadis itu selalu tak pernah sendirian. Bahkan ia juga harus hati-hati memilih kawasan bebas kamera pengawas untuk mencegat Anya seperti saat ini.

Erick dan Anya berpapasan di lorong tangga. Ketika Anya akan melewati jalur kanan, maka Erick akan menghalanginya. Terus saja seperti itu hingga Anya berdecak kesal.

"Kau sengaja, ya, Uncle?"

"Aku akan terus mengganggumu sampai kau menjelaskan semuanya."

"Tidak ada yang perlu dijelaskan."

"Ada, sayang," geram Erick dengan suara rendah dan penuh tekanan.

"Sudahlah, Uncle, nanti ada yang melihat dan mencurigai kita."

Walau pun posisi mereka terhalang sedikit oleh dinding sehingga tak akan terekam kamera pengawas, Erick juga takut ada yang memergoki karena tangga adalah tempat yang biasa dilewati orang-orang.

"Memangnya kita berbuat apa sampai dicurigai?"

"Uncle ..." rengek Anya.

"Jelaskan dulu pada apa maksud dari ci—"

"Sssttt! Jangan diteruskan." Anya membekap mulut Erick.

"Kwenapwah? (Kenapa?)" tanya Erick tak terdengar jelas karena bibirnya masih terhalang tangan Anya. Di balik itu juga ia menahan senyum karena melihat wajah Anya yang memerah.

"K-Karena ... Karena aku ... malu!" Anya pun segera berlari tanpa bisa dicegah oleh Erick yang lengah.

"Tanggung jawab kau, Anya. Dari semalam aku tidak bisa tidur karena memikirkan ciuman itu," geram Erick yang tentu saja hanya terdengar oleh dirinya sendiri.

***

Erick benar-benar merasa stres karena memikirkan Anya. Pria itu beberapa kali mengirim pesan dan menelepon tapi tak ada satu pun yang direspon oleh sang gadis pujaan. Jadi, apakah ia harus menerebos masuk ke dalam kamar Anya di tengah malam?

Baiklah, tunggu aku malam nanti, sayang.

Erick mengeluarkan sebungkus rokok dari lacinya. Ia pandangi benda itu karena merasa ragu untuk menghisapnya. Sebenarnya ia tidak bernafsu untuk merokok, tapi melamun memang enaknya sambil merokok.

Ia mengantongi benda itu lalu berjalan mengarah ke balkon. Baru saja tangannya menyentuh handle pintu, penglihatannya menangkap kehadiran Anya di balkon sebelah. Ia tersenyum miring lalu membuka pintu dengan perlahan.

ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang