Daun yang jatuh, tak pernah membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Sama halnya seperti aku
-Arshaka-
<><><>
Disetiap malam, ada Shaka yang selalu menatap langit malam dengan sendunya. Ada bulan dan bintang yang selalu menemaninya. Dimalam ini, Shaka menatap bulan lalu ia tersenyum.
"Lan, kenapa sekarang begini? Salah gue apasih dulu?"tanyanya entah pada siapa. Ia terkekeh. Ia selalu bercerita tentang hari-harinya yang ia jalani kepada bintang maupun bulan.
Malam menjadi temannya dan akan selalu begitu. Hanya suara hembusan angin malam yang terdengar di kedua telinganya. Lagi-lagi ia terkekeh.
"Mending gue tidur deh. Sebelum bunda ke sini"gumamnya.
Setiap malam, ia hanya ditemani oleh sepi sekarang. Yang dahulunya sangat tidak suka kegelapan dan menganggap bahwa kegelapan hal yang sangat menakutkan sekarang malah menjadi teman sehari-harinya.
<><><><><>
Shaka menuruni tangga dengan perlahan, samar-samar ia mendengar suara ayah dan adiknya yang sedang bercanda pagi ini di ruang makan. Sesampainya Shaka di ruang makan, tawa yang tadinya menggelegar menjadi berhenti karena kedatangan dirinya.
Ia melihat tatapan sang ayah dan adik yang memperlihatkan ketidaksukaan terhadapnya. Ardian menatap anak sulungnya dengan tatapan dingin, begitu juga dengan Veno-adik Shaka.
"Maaf kalo Shaka ganggu..."ucap Shaka.
"Cih. Lo emang ganggu si bang. Baru nyadar lo?"ucap sarkas Veno.
"Udah, Veno. Ayo lanjutkan makan kita. Nanti kita telat"ucap Ardian mengintrupsikan.
Ardian dan Veno lanjut memakan sarapannya tanpa memperdulikan kehadiran Shaka yang berdiri tak jauh dari mereka. Ia memilih meninggalkan ruang makan, dan melenggang pergi ke dapur untuk mencari sang bunda.
"Bun..."
"Eh, Shaka sayang. Sini!"panggil sang bunda-Allea.
Shaka memeluk erat sang bunda dari belakang. Menjatuhkan kepalanya ke bahu Allea. "Kenapa? Shaka sakit?"tanya Allea .
"Shaka enggak pernah sembuh bun sekarang. Shaka sakit terus"ucap Shaka menahan buliran bening keluar dari matanya.
Allea mengangguk pelan. "Ayah sama Veno ya? Lagi?"
"Iya. Tapi enggak papa. Alshaka‐kan anak bunda yang kuat. Ya kan bun?"
Allea tersenyum simpul. "Anak bunda selalu kuat. Kuat ya sayang demi bunda. Nih sarapannya, dimakan ya nanti? Bunda tau, Shaka enggak mau kan sarapan di rumah? Tapi makan di sekolah ya sayang bekalnya."
Allea selalu bertutur lembut kepada putera sulungnya. Sangat lembut. Shaka bersyukur bisa lahir dari rahim wanita ini. Wanita yang sungguh luarbiasa bagi Arshaka Langit Adhiyaksa.
"Ya udah bun. Shaka berangkat sekolah dulu ya. Nanti Shaka pulang agak malem, soalnya sekalian les sama skattingan bun"pamit Shaka pada ibunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAKA DAN DUNIANYA || Completed
Fiksi RemajaPemuda penyuka camera dan dunia tentang skatting. Tak hanya itu, ia juga sangat menyukai senja, malam, pelangi, dan hujan. Pemuda yang sangat sabar, kuat, penyayang, dan lembut. Pemuda yang sangat suka mengabadikan segala kenangan. Ya, dia adalah Ar...