21

3K 82 1
                                    

Harga penulis berupa vote serta comment.

Diharapkan jangan siders. Karena satu bintangmu itu sangat berharga untuk menghargai waktu, energi, dan tenaga penulis. Jangan plagiat. Karena jika kamu memplagiat cerita ini, kamu akan mendapatkan hukuman.♥♥♥

21. Kabar gembira




"Mas kamu gak usah gombal lagi dong" pinta Quinnsha menutup mulutnya yang masih terasa mual.

"Emang kenapa?" tanya Badai yang sekarang sudah membuka bajunya.

"Aku keselek karena makan omong kosong kamu" jawab Quinnsha yang membuat wajah Badai berubah datar.

"CK, serah kamu" decak Badai menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi mobil karena, keduanya masih berada di dalam mobil. Masih kejebak macet. "Capek-capek nyari gombalan di go*gle eh, malah jual mahal" gerutunya menjalankan mobilnya karena macet sudah mulai berkurang.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 35 menit, akhirnya mobil yang dikendarai Badai sampai di halaman rumah sakit. Dengan masih kesal, Badai hendak ke luar dari mobil namun, sang istri menarik rambutnya membuat ia mengadu kesakitan.

"Aw, apa sih Sha?!" ringis Badai menatap tajam sang istri.

"Kamu mau pamer?! kamu mau caper gitu?! mau cari cewek cantik gitu?! hah?!" cecar Quinnsha membentak sang suami.

"Siapa juga yang mau pamer, caper?" tanya Badai mendengus.

"Baju kamu pakai!!" Bentak Quinnsha turun dari mobil lalu, membanting pintu.

"Buset, mampus gue ngambek tuh perempuan" sesal Badai. Dengan terburu-buru, ia mengambil baju yang memang tersedia di dalam mobil lalu, memakainya.

"Sha, tunggu! Sayang!" teriak Badai mengejar Quinnsha yang sudah terlebih dahulu masuk ke dalam rumah sakit.

"Apa sih!" sentak Quinnsha yang sudah berdiri di depan resepsionis rumah sakit.

"Kamu lagi hamil loh, jangan jalan cepat-cepat. Nanti kamu bisa terpeleset, jatuh" gerutu Badai berdiri di samping sang istri.

"Suster saya mau periksa kandungan, bisa?" tanya Quinnsha mengabaikan sang suami.

"Gak perlu daftar lagi, aku udah daftarkan lebih dulu" jawab Badai menggendong Quinnsha ala bridal dan membawanya menjauh dari suster yang menjaga resepsionis.

"Mas! turunin!" pinta Quinnsha melototkan matanya karena, ia dan sang suami menjadi pusat perhatian semua pengunjung rumah sakit.

"Gak, nanti kamu jatuh!" tolak Badai tegas, ia terus berjalan guna sampai ruang dokter yang akan memeriksa kandungan Quinnsha.

"CK" decak Quinnsha pasrah, ia lingkarkan tangannya di leher Badai lalu memperhatikan wajah tampan sang suami yang memiliki rahang tegas dan bola mata tajam, terkadang menatapnya dengan tatapan lembut.

"Apa lihat-lihat, suka?" tanya Badai dengan tatapan menatap depan.

"Tampan" puji Quinnsha tanpa sadar ia elus rahang Badai.

"Baru sadar kalau punya suami tampan?" tanya Badai mengecup sekilas bibir Quinnsha membuat, sang empunya bibir tersadar dari lamunannya.

"Mas!" peringat Quinnsha memukul lengan Badai. "Kepedean kamu!" sambungnya menduselkan wajahnya di dada bidang suami mudanya.

Badai tak memperdulikan sang istri, ia masuk ke dalam ruang dokter ketua ia sudah sampai. "Permisi Dok" salamnya mendudukkan Quinnsha di kursi depan dokter.

"Eh, iya Pak. Bapak, pak Badai?" tanya dokter dengan nametag Novia sembari tersenyum ramah.

"Iya dok, ini istri saya mau cek kandungan" jawab Badai duduk di samping Quinnsha. "Istri saya namanya Quinnsha dok" lanjutnya tersenyum manis.

01. My Husband Is a Student [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang