Harga penulis berupa vote serta comment.
Diharapkan jangan siders. Karena satu bintangmu itu sangat berharga untuk menghargai waktu, energi, dan tenaga penulis. Jangan plagiat. Karena jika kamu memplagiat cerita ini, kamu akan mendapatkan hukuman.♥♥♥
26. Pulang ke Indonesia
Setelah berlibur selama satu Minggu di kota Zurich, Swiss, Badai dan Quinnsha memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Saat ini keduanya berada di restoran bandara untuk melaksanakan makan malam mereka, karena penerbangan mereka akan di mulai sehabis makan malam.
"Mas" panggil Quinnsha menoleh ke arah Badai yang duduk di kursi depannya.
"Kenapa? hm" sahut Badai menatap sang istri.
"Kapan kita bisa ke sini lagi?" tanya Quinnsha mengerucutkan bibir.
"Emangnya kamu gak bosen apa di sini?" tanya balik Badai mengelus punggung tangan sang istri.
"Gak mungkin aku bosen di sini Mas, di sini enak tau" jawab Quinnsha tersenyum senang.
"Ya udah kamu maunya kapan, hm?" tanya Badai mengecup punggung tangan Quinnsha.
"Semester depan?" tawar Quinnsha antusias.
"Gak sayang, kamu lahiran" tolak Badai menggeleng.
"Jadi kapan?" tanya Quinnsha dengan mata berkaca-kaca.
"Em, tunggu anak kita tiga tahun?" tawar Badai menaikan alisnya.
"CK, kelamaan" decak Quinnsha melepaskan tangannya yang digenggam oleh sang suami. "Aku maunya dalam waktu dekat" sambungnya dengan air mata membasahi pipinya.
"Pikirin lah kondisi kamu gimana!" sanggah Badai bangkit dari duduknya dan menghampiri Quinnsha. "Ayo, pesawatnya udah mau terbang tuh" ajaknya menarik tangan sang istri.
"Gak mau!" tolak Quinnsha menggelengkan kepala. "Aku mau di sini aja" lanjutnya.
"CK" decak Badai lalu ia gendong Quinnsha ala bridal dan membawanya naik ke pesawat. Meski pun sang istri memberontak, Badai tak memperdulikan Quinnsha. Ia tetap jalan dan mengeratkan pegangannya pada wanita hamil itu agar tak terjatuh.
Sesampainya di dalam pesawat, Badai mendudukkan sang istri di kursi penumpang dan memasangkan sabuk pengaman. "Diam aja, gak usah nangis atau merengek!" pintanya tegas, ia juga memasangkan sabuk pengaman untuk dirinya sendiri. "Kalau kamu di sini aja, gimana dengan tugas kamu sebagai istri dan guru, hm?" tanyanya menghapus air mata Quinnsha.
"Aku mau, bukan sekarang pulangnya" jawab Quinnsha dengan isak tangisnya.
"Terus kapan, hm? empat hari lagi masuk sekolah loh" tanya Badai menatap Quinnsha yang masih nangis. "Kalau bukan sekarang pulangnya, kapan lagi, hm?" tanyanya dengan suara lembut.
"Tapi Mas" lirih Quinnsha memeluk Badai dengan tangan melingkar di leher sang suami.
"Kita istirahat aja ya?" ajak Badai mengusap punggung Quinnsha yang bergetar.
"Iya" jawab Quinnsha menenggelamkan wajahnya di ceruk leher sang suami.
Badai membuka sabuk pengaman Sang istri dan juga dirinya lalu, ia berdiri dengan Quinnsha digendongannya ala bridal. Ia berjalan menuju kamar yang ada di dalam pesawat. "Sekarang tidur, oke?" pintanya mengelus perut Quinnsha.
"Mau sama kamu" jawab Quinnsha menarik leher Badai hingga sang suami menindihnya.
"Sayang, anak kita tergencet" tegur Badai berusaha untuk bangkit dan lepas dari pelukan erat Quinnsha.

KAMU SEDANG MEMBACA
01. My Husband Is a Student [END]
Teen FictionFOLLOW DAN VOTE DULU SEBELUM MEMBACA‼️ ★Alghifhari The Series★ ★★★★ Gini nih rasanya nikah sama murid sendiri. Senang, bahagia, malu semua campur aduk. Itulah yang dirasakan seorang guru matematika di salah satu sekolah menengah atas. Berawal dari...