Harga penulis berupa vote serta comment.
Diharapkan jangan siders. Karena satu bintangmu itu sangat berharga untuk menghargai waktu, energi, dan tenaga penulis. Jangan plagiat. Karena jika kamu memplagiat cerita ini, kamu akan mendapatkan hukuman.♥♥♥
50. Melupakan
"Quinnsha bangun!"
"Quin!"
"Nak bangun"
"Kakak cantik!"
Ayah Edgar, Bunda Mita, Papa Aby, dan Banjir berusaha membangunkan Quinnsha yang terus mengigau memanggil nama Badai. Saat ini mereka masih berada di depan ruang operasi.
"Mas Badai!" jerit Quinnsha berdiri tegak.
"Nak, syukurlah kamu udah bangun" lega Bunda Mita berdiri di samping Quinnsha. "Kamu mimpi buruk nak?" tanyanya memberikan sebotol air mineral.
"Aku di mana Bun? Mas Badai mana? Dia baik-baik aja 'kan?" berondong Quinnsha menatap sekeliling.
"Minum dulu nak" pinta Bunda Mita. Quinnsha langsung menurut dan meminum air putih.
"Mas Badai baik-baik aja 'kan, Bun?" tanya Quinnsha melihat pintu ruang operasi yang terbuka.
"Alhamdulillah operasi nak Badai berjalan lancar. Walaupun nak Badai harus dirawat secara intensif di ruang ICU" ucap Bunda Mita menjelaskan keadaan Badai. Memang sekitar empat puluh menit yang lalu, operasi Badai sudah selesai dilakukan. Walaupun demikian, Badai harus tetap dirawat di ruang ICU. Itu disebabkan oleh kepala Badai yang mengalami benturan yang keras.
"Aku mau lihat Mas Badai, Bun" desak Quinnsha hendak berjalan namun, lengannya ditahan oleh sang Bunda. "Kenapa Bun?" tanyanya.
"Besok baru bisa Badai dijenguk, sekarang biarkan dia istirahat dulu" balas Bunda Mita.
"Tapi Bun.." sanggah Quinnsha.
"Kamu pikirin anak-anak kamu dulu, mereka di rumah nangis terus. Nyariin kamu terus" terang Bunda Mita.
"Aku mau jaga suami aku Bun" tutur Quinnsha berusaha melepaskan tangannya dari genggaman tangan Bunda Mita.
"Ayah dan Papa yang jaga Badai, Quin. Kamu pulang sama Bunda dan Banjir ya" pinta Ayah Edgar.
"Gak mau Pah, adek mau jaga Abang, Pah" tolak Banjir memelas.
"Gak! bang Gempa dan bang Tsunami akan datang dan jemput kamu!" tegas Papa Aby menatap sang anak.
"Tap–"
"Gak ada tapi-tapian!" ucap Papa Aby memotong penolakan Banjir.
"Ya udah besok ya, Pah?" harap Banjir memeluk lengan kekar sang Papa.
"Iya, tapi sekolah dulu" jawab Papa Aby.
"Ih gak mau" rengek Banjir. "Ya udah iya" lanjutnya pasrah ketika melihat tatapan tajam Papa Aby.
"Assalamualaikum semuanya" salam Gempa dan Tsunami yang baru datang.
"Waalaikumsalam" balas semua orang.
"Gimana keadaan bang Badai, Pah?" tanya Tsunami menatap sang Papa.
"Baik-baik aja, cuma harus dirawat di ruang ICU" jawab Papa Aby mengelus rambut Banjir. "Bawa pulang adek, pastikan adek makan dan sekolah besok!" pesannya tegas.
"Siap Pah" jawab Gempa seraya hormat.
"Ayo dek pulang" ajak Tsunami merangkul pundak adik satu-satunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
01. My Husband Is a Student [END]
Fiksi RemajaFOLLOW DAN VOTE DULU SEBELUM MEMBACA‼️ ★Alghifhari The Series★ ★★★★ Gini nih rasanya nikah sama murid sendiri. Senang, bahagia, malu semua campur aduk. Itulah yang dirasakan seorang guru matematika di salah satu sekolah menengah atas. Berawal dari...