28

2.2K 51 1
                                    

Harga penulis berupa vote serta comment.

Diharapkan jangan siders. Karena satu bintangmu itu sangat berharga untuk menghargai waktu, energi, dan tenaga penulis. Jangan plagiat. Karena jika kamu memplagiat cerita ini, kamu akan mendapatkan hukuman.♥♥♥

28. Pulang Bareng










"Sial kenapa bisa mogok sih" umpat Badai mengacak rambutnya.

Saat ini ia sedang berada di pinggir jalan karena mobilnya mengalami kerusakan.

"Gimana ini gue jemput Quinnsha?" tanya Badai menatap sekitar untuk mencari taksi. "Mana gak ada taksi lagi" monolognya.

"Makin menjadi mereka selingkuhnya, kalau gue datang lama gini" gerutu Badai merogoh saku celananya. "Ck mana handphone mati lagi" ucapnya melihat handphonenya mati.

"Itu ada toko sepeda, apa gue pake sepeda aja buat jemput Quinnsha" ucap Badai melihat ada toko sepeda yang tak jauh darinya. "Ya udah deh beli sepeda dulu, baru jemput" lanjutnya melangkahkan kakinya menuju toko sepeda.

"Permisi Pak" ucap Badai setelah sampai di depan toko sepeda.

"Iya Mas ada yang bisa saya bantu?" tanya penjaga toko sepeda itu.

"Em... Saya mau beli sepeda Pak" balas Badai melihat sepeda yang terpajang.

"Oh silahkan Mas dipilih yang mana mau diambil" ucap penjaga toko sepeda.

"Iya Pak" jawab Badai memilih sepeda yang akan ia beli.

"Yang ini Pak" ucap Badai menemukan sepeda yang sangat ia inginkan.

"Oh, mari ikut saya Mas biar kita lakukan transaksi" ucap penjaga toko sepeda itu sembari berjalan masuk ke toko sepeda, dan Badai mengikutinya.

Sedangkan disisi lain lebih tepatnya Quinnsha, ia saat ini sudah berada di halte bus untuk menunggu sang suami menjemputnya.

"Mas Badai mana sih kok di telpon gak aktif" gumam Quinnsha dengan handphone menempel pada telinganya.

Sedari tadi Quinnsha sudah menelpon Badai puluhan kali namun tidak diangkat satu pun oleh sang suami. Bahkan Quinnsha juga mengirim pesan ratusan kali pada Badai namun sama saja tidak ada balasan dari sang suami.

"Ish kemana sih kamu Badai" ucap Quinnsha geram dengan sang suami yang tak ada kabar sama sekali.

Tiitt...

Suara klakson motor terdengar, membuat Quinnsha langsung melihat ke sumber suara.

"Quin" sapa si pengendara motor membuka helm full face nya. "Kenapa masih di sini Quin? mana suami kamu?" tanya Pak Alex. Memang Pak Alex lah pengendara motor tersebut.

"Bukan urusan Bapak" balas Quinnsha datar.

"Mari Quin bareng saya saja pulangnya" tawar Pak Alex turun dari motornya dan menghampiri Quinnsha.

"Gak usah dekat-dekat!" sentak Quinnsha memundurkan langkahnya.

"Tidak usah takut Quin, saya tidak akan mungkin menyakitimu" ucap Pak Alex terus mendekati Quinnsha.

"Gak usah macam-macam ya Pak, saya bisa teriak!" Ancam Quinnsha terduduk di kursi halte, karena ia tidak bisa mundur lagi.

"Teriak saja yang kencang karena tidak akan ada yang bisa menolong kamu my Quin" ucap Pak Alex mengelus puncak kepala Quinnsha yang tertutup hijab.

"Jangan sentuh saya!!" bentak Quinnsha menghempaskan tangan Pak Alex dari kepalanya.

"Kamu berani bentak saya hah?!" sentak Pak Alex menarik hijab Quinnsha hingga terbuka.

01. My Husband Is a Student [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang