19

3.5K 83 3
                                    

Harga penulis berupa vote serta comment.

Diharapkan jangan siders. Karena satu bintangmu itu sangat berharga untuk menghargai waktu, energi, dan tenaga penulis. Jangan plagiat. Karena jika kamu memplagiat cerita ini, kamu akan mendapatkan hukuman.♥♥♥

19. I––ini bener Yang?








"Eungh" lenguh Badai meregangkan kedua tangannya, ia menatap sang istri yang masih terlelap di dadanya. Badai tersenyum dengan tangan kekarnya, ia mengelus rambut lepek sang istri. Sekali-kali, ia memberikan kecupan di rambut Quinnsha.

"I love you sayangku" ucap Badai mengelus punggung Quinnsha. Dengan sekali gerakan, Badai mengubah posisi menjadi menindih tubuh sang istri. Badai menunduk, mensejajarkan wajahnya dengan perut Quinnsha, ia mengelus perut putih mulus sang istri tak lupa juga ia bubuhkan kecupan di sana. "Cepat jadi ya nak" ucapnya masih mengelus perut Quinnsha.

"Eungh Mas?" panggil Quinnsha dengan suara seraknya, ia menatap sang suami yang masih memberikan kecupan di perutnya.

"Eh, sayang kamu udah bangun?" tanya Badai mensejajarkan wajahnya dengan wajah Quinnsha, ia kecup bibir manis sang istri.

"Kamu ngapain nyium perut aku?" tanya balik Quinnsha dengan melingkarkan tangannya di leher Badai.

"Gak papa, cuma mau bicara aja sama calon anak kita" jawab Badai tersenyum, ia kembali mencium bibir Quinnsha dengan lembut.

Tubuh Quinnsha menegang mendengar jawaban dari sang suami, apa Badai sudah mengetahuinya? "M–mas kamu udah tau?" tanyanya dengan terbata.

"Em? tau apa?" tanya Badai menatap Quinnsha dengan mengerutkan dahi.

"Tadi kamu ngomong, kamu ngomong sama calon anak kita" jawab Quinnsha. "Kamu udah tau?" sambungnya bertanya.

"Ya ‘kan aku udah ngasih bibit di perut kamu, berarti udah ada dong calonya?" ujar Badai mengecup leher Quinnsha.

Quinnsha bernafas lega, ia kira sang suami sudah mengetahui bahwa ia sudah... "Mas" panggilnya mengelus rambut suami mudanya.

"Hm?" sahut Badai tanpa menatap Quinnsha, karena ia masih sibuk dengan kegiatannya yaitu menciumi leher sang istri.

"Kamu beneran mau punya anak?" tanya Quinnsha menatap langit kamarnya.

"Gak ada suami yang gak mau punya anak dari istrinya, termasuk aku" jawab Badai menangkup pipi wanita yang masih telanjang itu.

"Apa kamu bisa punya anak, Mas?" tanya Quinnsha menatap bola mata hitam milik pria yang masih di atasnya.

"Bisa. Aku bisa banget punya anak. Aku udah ada uang buat biaya anak-anak kita nanti" jawab Badai mantap.

"Kalau sekarang udah bisa?" tanya Quinnsha lagi.

"Dari kita belum nikah pun, aku udah ada. Kamu mau berapa? Hm" balas Badai mengecup bibir sang istri.

"Aku gak tau harus ngasih tau kamu gimana, Mas. Tapi yang paling pasti, kamu bakalan punya anak secepatnya, Mas" ucap Quinnsha tersenyum, ia mendorong tubuh sang suami hingga terbaring di kasur. Quinnsha bangun dan membuka laci nakas samping kasurnya, ia keluarkan benda berbentuk persegi panjang dengan jumlah empat. "Ini Mas buat kamu" ujarnya memberikan benda tersebut.

"Apa ini?" tanya Badai duduk dan mengambil pemberian sang istri.

"Lihat aja" jawab Quinnsha tersenyum namun, senyuman itu hanya berlangsung sebentar dikarenakan ia merasakan perutnya yang terasa keram. "Akh shh" ringisnya dengan tangan meremas perutnya.

01. My Husband Is a Student [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang