57

1.6K 41 3
                                    

Harga penulis berupa vote serta comment.

Diharapkan jangan siders. Karena satu bintangmu itu sangat berharga untuk menghargai waktu, energi, dan tenaga penulis. Jangan plagiat. Karena jika kamu memplagiat cerita ini, kamu akan mendapatkan hukuman.♥♥♥

57. Kelahiran Baby Twins











"Sha please lah, Sha jangan ngambek"

"Aku mau ke kampus loh ini"

"Nanti aku telat"

Berulang kali Badai membujuk sang istri untuk tak lagi ngambek, namun usahanya tetap sia-sia. Istrinya itu tetap ngambek dan mendiaminya sedari malam tadi. Alasan ngambek Quinnsha adalah karena Badai yang memaksa untuk menjenguk baby mereka yang ada di dalam kandungannya.

"Sha, aku tinggal ya kamu?" tanya Badai yang sudah menyerah membujuk Quinnsha.

'Terserah" satu kata Quinnsha akhirnya keluar setelah sekitar lima jam tak mengeluarkan suara.

"Ya udah aku berangkat ya? kamu hati-hati di rumah. Kalau ada apa-apa, kabarin aku ya?" pamit Badai berdiri dari duduknya yang duduk di meja makan.

Sang istri tak menjawab melainkan menangis terisak, membuat ia panik seketika.

"Eh-eh Sha, kok nangis?" tanya Badai memegang bahu Quinnsha.

Quinnsha tak menjawab, ia terus terisak.  "Sayang, kenapa, hm?" tanya sang suami menenangkannya. "Gak tau" jawabnya terisak.

"Loh, kok gak tau?" tanya Badai menggaruk kepala. "Ada yang sakit? perut kamu sakit!" tanyanya lagi.

"Enggak" jawab Quinnsha memeluk Badai, menduselkan wajahnya di lipatan leher sang suami.

"Ya udah, tenangkan aja dulu hatinya ya?" ucap Badai mengelus punggung bergetar Quinnsha.

Sekitar dua jam, barulah Quinnsha menghentikan tangisannya. Ia mengurai pelukannya dengan sang suami dan mengusap wajahnya yang sembab.

"Udah jauh lebih baik?" tanya Badai mengelus pipi Quinnsha.

"Udah Mas, makasih" jawab Quinnsha mengangguk.

"Ya udah, gak ngambek lagi?" tanya Badai lagi.

"Kapan aku ngambek sama kamu, hah?!" sembur Quinnsha bertanya.

"Ga pernah" jawab Badai seadanya. Lebih baik ia mengalah dari pada masalah semakin rumit nantinya.

"Ya udah, sana kamu berangkat kuliah" usir Quinnsha.

"Udah telat Sha" jawab Badai membuka kemeja kotanya, menyisakan kaos oblongnya.

"Emang ini jam berapa?" tanya Quinnsha.

"Sepuluh" jawab Badai singkat.

"Ya udah, kamu mau jatah gak?"








★★★★★

"Mas" panggil Quinnsha berdiri di samping Badai yang duduk di kursi belajarnya.

"Hm" deham Badai.

"Kamu ngapain?" tanya Quinnsha menumpukan dagunya di pundak kekar Badai.

"Ngerjain tugas" jawab Badai yang tangannya mengetik laptop di depannya.

"Sibuk?" tanya Quinnsha lagi.

01. My Husband Is a Student [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang