13

4.2K 140 2
                                    

Harga penulis berupa vote serta comment.

Diharapkan jangan siders. Karena satu bintangmu itu sangat berharga untuk menghargai waktu, energi, dan tenaga penulis. Jangan plagiat. Karena jika kamu memplagiat cerita ini, kamu akan mendapatkan hukuman.♥♥♥


13. Kembali seperti biasa









Keesokan harinya....

"Mas, bangun subuh dulu yok," ucap Quinnsha sedikit mengguncang tubuh Badai.

"Ehm," gumam Badai menggeliat dalam tidurnya.

"Bangunnn, Mas," ucap Quinnsha menarik lengan Badai.

"Lima menit lagi, Sayang," balas Badai menidurkan tubuhnya.

"Gak ada lima menit lagi, Bangun," tolak Quinnsha kembali menarik tangan Badai agar terduduk.

"Kiss me," pinta Badai mendongakkan kepala.

"Gak ada kiss-kiss, bangun," tolak Quinnsha.

"Ya udah kalau gak mau kiss," ucap Badai kembali menidurkan tubuhnya dan menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.

"BADAAIII!" teriak Quinnsha menggelegar membuat Badai langsung terperanjat kaget.

"Apa sih, Sha gak usah teriak segala," protes Badai mengusap telinganya yang berdengung.

"Kamu dari tadi aku bangunin, gak bangun-bangun," ucap Quinnsha galak dengan berkacak pinggang.

"Kan aku bilang lima menit lagi," balas Badai tak kalah galak.

"Ini udah siang, Mas. Nanti telat subuhnya," ucap Quinnsha, "ya udah kalau kamu gak mau shalat, terserah," lanjutnya berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

"Eh-eh iya Sayang, aku shalat," ucap Badai panik mengikuti Quinnsha ke kamar mandi.









★★★★★

"Assalamualaikum warahmatullaah," ucap Badai menyelesaikan shalat Subuhnya.

Lalu Badai menoleh kebelakang untuk menatap sang istri yang duduk di kasur, Quinnsha tidak ikut shalat karena masih datang bulan.

"Sini, Sayang," pinta Badai agar Quinnsha untuk mendekatinya yang masih duduk di atas sajadah.

"Ada apa, Mas?" tanya Quinnsha mendekat.

"Duduk sini," balas Badai menepuk-nepuk pahanya.

"Gak ah Mas, nanti patah," balas Quinnsha menatap paha milik sang suami.

"Gak mungkin patah Sayang. Kuat ini" ucap Badai, "udah ayo, Sayang," lanjutnya kembali menepuk-nepuk paha.

"Gak mas, aku takut," tolak Quinnsha tak mau.

"Lama kamu," ujar Badai mengangkat tubuh sang istri tercintanya ke atas paha.

"Kamu kalau dibilangin sama suami itu nurut," ucap Badai melingkarkan tangannya di pinggang Quinnsha.

"Ya 'kan aku takut, Mas," jawab Quinnsha.

"Sini, Sayang, hadap sini," ucap Badai memutar tubuh Quinnsha menghadapnya.

01. My Husband Is a Student [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang