49

1.5K 38 3
                                    

Harga penulis berupa vote serta comment.

Diharapkan jangan siders. Karena satu bintangmu itu sangat berharga untuk menghargai waktu, energi, dan tenaga penulis. Jangan plagiat. Karena jika kamu memplagiat cerita ini, kamu akan mendapatkan hukuman.♥♥♥

49. Pergi?

"Bisakah aku pergi ke mana pun kamu pergi? bisakah kita selalu sedekat ini selamanya?"
Quinnsha Syarifah Rasyihah



Setelah menempuh perjalan sekitar dua puluh menit, akhirnya Banjir beserta sang Papa sampai di rumah mertua dari Badai. Tanpa menunggu sang Papa, Banjir langsung berlari ke depan pintu dan mengetuk pintu dengan brutal serta, meneriaki nama Badai.

"Adek!" geram Papa Aby menarik lengan sang bungsu. "Udah Papa peringatin sama kamu ya! kalau kamu gini terus lebih baik kita pulang! gak usah ketemu Abang!" tekannya mencengkram tangan Banjir.

"I–iya Pah, m–maaf. S–sakit Pah" jawab Banjir dengan mata berkaca-kaca.

Papa Aby langsung melepaskan cengkraman tangannya di lengan Banjir ketika melihat wajah sang anak yang merah ketakutan.

"Maafin Papa, Papa gak sengaja" ujar Papa Aby menenangkan Banjir dengan memeluk.

"Siapa y–, eh? Pak Aby" ucap Bunda Mita membuka pintu.

"Assalamualaikum Buk Mita" salam Papa Aby mengelus rambut sang anak.

"Waalaikumsalam, ada apa ya Bapak kemari?" jawab Bunda Mita sekaligus bertanya.

"Badai ada di sini? soalnya kami udah ke rumahnya, tapi tidak ada" jawab Papa Aby.

"Oh, B–badai ya?" lirih Bunda Mita menunduk.

"Buk Mita? ada apa? apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Papa Aby berondong, ia merasa tiba-tiba hatinya mengatakan telah terjadi sesuatu dengan sang anak.

"T–tadi Quinnsha dapat telepon dari r–rumah sakit, mengabarkan bahwa B–badai kecelakaan P–pak" jawab Bunda Mita terbata-bata disertai isak tangisnya.

"Abang!!" jerit Banjir.

"Ya Allah" lirih Papa Aby dengan kaki melemas. "B–bagaiman bisa terjadi? sekarang gimana k–keadaannya?" tanyanya dengan suara bergetar tanganya masih setia mengelus rambut dan punggung bergetar hebat sang bungsu.

"Gak tau Pak, suami saya dan Quinnsha sekarang masih di rumah sakit, mereka belum mengabari saya pak" terang Bunda Mita yang semakin keras menangis.

"Saya permisi Buk" ucap Papa Aby cepat, ia langsung menggendong Banjir dan berlari menuju mobilnya.






★★★★★

Sesampainya di rumah sakit, Papa Aby dan Banjir yang digendong sang Papa langsung menanyakan keberadaan sang anak kepada suster resepsionis. Suster resepsionis itu mengatakan bahwa Badai berada di ruang operasi, sedang dioperasi.

Papa Aby yang menggendong Banjir langsung bergegas menuju ruang operasi, ia melihat Quinnsha dan Ayah Edgar duduk di kursi depan ruang operasi.

01. My Husband Is a Student [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang