32

2.3K 51 1
                                    

Harga penulis berupa vote serta comment.

Diharapkan jangan siders. Karena satu bintangmu itu sangat berharga untuk menghargai waktu, energi, dan tenaga penulis. Jangan plagiat. Karena jika kamu memplagiat cerita ini, kamu akan mendapatkan hukuman.♥♥♥

32. Kelahiran Baby Four Twins








Hari demi hari terus berganti, hingga tanpa terasa kehamilan Quinnsha sudah memasuki bulan ke sembilan. Dokter mengatakan ia akan melahirkan beberapa hari lagi, maka dari itu Quinnsha harus melakukan perawatan di rumah sakit terlebih dahulu. Dikarenakan istri tercinta Badai itu akan operasi untuk mengeluarkan keempat buah hati mereka.

Quinnsha sudah dirawat di rumah sakit sekitar dua hari yang lalu, dan sekarang ia dan sang suami berada di ruang rawatnya dengan dirinya duduk di atas brankar, lebih tepatnya di atas pangkuan Badai.  "Mas kamu udah makan?" tanyanya mengusap punggung tangan sang suami yang berurat.

"Belum sayang" jawab Badai mengusap rambut Quinnsha yang berada di depannya.

"Kok belum, Mas? makan sekarang lah, nanti kamu sakit" pinta Quinnsha melirik Badai yang berada di belakangnya.

"Gak selera sayang" balas Badai menduselkan wajahnya di leher belakang Quinnsha.

"Kok gak selera?" tanya Quinnsha lagi.

"Aku kepikiran kamu terus, aku takut" ungkap Badai mengecup pipi sang istri.

"Takut kenapa?" tanya Quinnsha lagi dan lagi, ia balik posisi duduknya menjadi menghadap ke arah Badai.

"Entah, aku gak tau Sha. Hati aku mengatakan kalau bakal ada kejadian sesuatu" jawab Badai dengan wajah murungnya.

"Gak usah mikirin yang aneh-aneh, Mas. Kamu harus berpikir positif, doakan aku semoga lancar lahirannya" pinta Quinnsha mengelus pipi sang suami.

"Aku gak bisa, Sha. Kalau gak aku ikut aja ya?" putus Badai.

"Ikut kemana, Mas? aku gak bakal kemana-mana kok, kamu cukup nunggu aku di luar ya" balas Quinnsha menangkup wajah Badai dan mencium bibir sang suami.

Badai membalas ciuman sang istri, ia letakkan tanganya di tengkuk leher Quinnsha guna memperdalam ciuman mereka. Setelah merasa hampir kehabisan nafas, Badai melepaskan ciumannya dan tersenyum sembari mengelus bibir basah Quinnsha akibat ulahnya. "Kamu janji ya buat bertahan" pintanya.

"Iya Mas, aku janji" balas Quinnsha tersenyum tipis. Dalam hatinya, Quinnsha berdoa agar ia dan keempat buah hatinya selamat. "Kamu udah ada nama buat anak kita?" tanyanya.

"Udah" jawab Badai cepat. "Kamu tenang aja ya" sambungnya mengecup bibir sang istri sekilas.

"Kamu makan aja sana" perintah Quinnsha mendorong Badai yang masih memeluknya.

"Suapi ya?" desak Badai berharap tersenyum.

"Iya Mas aku suapi, ambil sana makanannnya" jawab Quinnsha.

"Oke" balas Badai turun dari brankar, mengambil makanan yang ia beli di kantin tadi dan kembali menghampiri Quinnsha.

Quinnsha tersenyum menerima makanan pemberian Badai lalu menyuapi sang suami. Badai melahap suapan Quinnsha dengan rakusnya.

"Assalamualaikum" salam Bunda Mita dan Ayah Edgar masuk ke dalam ruang rawat Quinnsha.

"Waalaikumsalam" balas Badai dan Quinnsha menghadap ke arah pintu masuk.

"Loh, ini kok malah Quinnsha yang nyuapi Badai? terbalik lah nak" tanya Bunda Mita melihat sang anak yang sedang menyuapi suaminya makan.

"Gak apa-apa Bun, mas Badai gak selera makan. Jadi aku suapi biar mau makan" jawab Quinnsha kembali menyuapi sang suami.

01. My Husband Is a Student [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang