Harga penulis berupa vote serta comment.
Diharapkan jangan siders. Karena satu bintangmu itu sangat berharga untuk menghargai waktu, energi, dan tenaga penulis. Jangan plagiat. Karena jika kamu memplagiat cerita ini, kamu akan mendapatkan hukuman.♥♥♥
20. Tiga permintaan
"Sekarang kita makan baru istirahat ya sayang" ajak Badai mengelus pipi Quinnsha.
"Iya Mas" jawab Quinnsha mengangguk, ia berjalan dengan Badai menuntunnya menuju toilet guna memakai pakaian.
"Kamu keluar, Mas" usir Quinnsha setelah ia sampai di dalam kamar mandi.
"Loh, kok aku keluar?" tanya Badai mengerutkan dahinya. "Jadi kamu mau lihat aku ganti baju gitu?" tanya sang istri.
"Ya emang kenapa rupanya?" tanya Badai menaikkan alisnya.
"Keluar!" sentak Quinnsha mendorong tubuh sang suami. "Aku mau ganti baju, kalau kamu di sini aja yang ada aku bukan ganti baju!" sambungnya mengusir Badai.
"CK, iya-iya" pasrah Badai keluar dari kamar mandi. "Jangan lama-lama Sha!" teriaknya setelah ia menutup pintu.
Badai duduk di tepi kasur dengan tangan mengambil tespack yang ia letakkan di nakas samping kasur. "Hah, gue gak nyangka sebentar lagi bakal punya anak" ucapnya menghela nafas. "Gue siapin nama buat anak dulu deh" sambungnya mengambil handphone yang juga berada di nakas.
"Apa ya?" gumam Badai menatap handphonenya. "Ini bagus, ini juga" lanjutnya melihat handphone miliknya yang menampilkan ratusan nama bayi.
"Apa buat sendiri aja?" tanya Badai menatap pintu toilet yang masih tertutup. "Tapi anak gue berapa ya nanti?" sambungnya mengetuk dagu dan mata melihat tespack.
"Sha, udah selesai?" tanya Badai ketika melihat sang istri keluar dari toilet, ia menghampiri Quinnsha dan membantu berjalan. "Aku ambilkan makan baut kamu ya?" usulnya setelah Quinnsha duduk di kasur.
"Gak usahlah Mas, aku bisa elok ngambilnya" tolak Quinnsha menggeleng. "Aku juga tiba-tiba mual" lirihnya menutup mulut dengan telapak tangan.
"Mual? mau muntah?" tanya Badai membungkukkan badan guna menatap sang istri. "Aku ambilkan wadah untuk kamu muntah?" tawarnya mengelus perut Quinnsha.
"Gak usah, cuma mual aja kok" tolak Quinnsha berusaha untuk menahan rasa tak enak pada perutnya. "Anak kamu lagi bertingkah ini" ujarnya menunduk menatap perutnya.
"Hei kalian, jangan buat Mama kesakitan ya nak?" ucap Badai mengelus perut Quinnsha. "Kalau mau buat kesakitan, Papa aja ya" sambungnya mengecup perut wanita berbadan dua itu.
"Kamu ngomong gitu mereka jadi pengen nyiksa kamu, Mas" ungkap Quinnsha tersenyum menatap sang suami yang masih sibuk menciumi perut ratanya.
"Kamu mau apa, hm?" tanya Badai mendongak. "Apa pun akan aku kasih" lanjutnya berdiri dan mengelus puncak kepala Quinnsha.
"Yakin?" tanya Quinnsha memastikan. "Yakin seratus persen" jawab sang suami dengan senyuman manisnya.
"Ya udah deh, aku mau kamu masak buat aku makan" jawab Quinnsha, "tapi, ini yang pertama ya, Mas" sambungnya. "Masih ada dua permintaan lagi" lanjutnya tersenyum.
"Ya udah aku masakin dulu ya" pamit Badai, "mau masakin apa, hm?" sambungnya bertanya.
"Apa aja yang penting masakan kamu" jawab Quinnsha menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
01. My Husband Is a Student [END]
Novela JuvenilFOLLOW DAN VOTE DULU SEBELUM MEMBACA‼️ ★Alghifhari The Series★ ★★★★ Gini nih rasanya nikah sama murid sendiri. Senang, bahagia, malu semua campur aduk. Itulah yang dirasakan seorang guru matematika di salah satu sekolah menengah atas. Berawal dari...