18

3.4K 78 2
                                    

Harga penulis berupa vote serta comment.

Diharapkan jangan siders. Karena satu bintangmu itu sangat berharga untuk menghargai waktu, energi, dan tenaga penulis. Jangan plagiat. Karena jika kamu memplagiat cerita ini, kamu akan mendapatkan hukuman.♥♥♥

18. Aneh




Dua bulan kemudian...

"Mas" panggil Quinnsha yang sedang duduk di kasur.

"Hm" sahut Badai tanpa menoleh.

"Ih, Mas!" sentak Quinnsha melempar bantal ke arah Badai yang bercermin.

"Aduh!" kaget Badai saat bantal lemparan Quinnsha mengenai kepalanya. "Apa, hm?" tanyanya menoleh.

"Aku ngerasa perut aku aneh, Mas" balas Quinnsha mengelus perutnya.

"Aneh? aneh gimana maksudnya?" tanya Badai berjongkok mensejajarkan wajahnya dengan perut sang istri.

"Gak tau Mas, pokoknya aneh aja" jawab Quinnsha mengerucutkan bibir.

"Mau ke dokter?" tawar Badai mengelus perut Quinnsha.

"Gak lah, gak usah. Mungkin karena, aku belum dapet aja" tolak Quinnsha berusaha menyembunyikan rasa melilit pada perutnya.

"Yakin?" tanya Badai memastikan.

"Iya Mas, kamu ke sekolah aja sana" jawab Quinnsha merebahkan diri di kasur.

"Kamu gak?" tanya Badai mengelus puncak kepala sang istri.

"Gak Mas, aku istirahat aja" tolak Quinnsha memejamkan matanya.

"Ya udah, kalau gitu aku gak usah ke sekolah aja" ujar Badai duduk di tepi kasur.

"Gak boleh gitu Mas, kamu harus tetap sekolah" sanggah Quinnsha menatap suami mudanya.

"Mana bisa aku sekolah, sedangkan kamu sakit gini" kelit Badai mengecup kening Quinnsha.

"Terserah kamu aja. Udah sana kamu sarapan dulu, aku mau istirahat" usir Quinnsha mendorong tubuh sang suami agar menjauh.

"Ya udah" pasrah Badai berjalan ke luar kamar.

"Aduh sh" ringis Quinnsha meremas perutnya yang terasa keram "Gak mungkin 'kan aku haid?" gumamnya menggelengkan kepala. "Dari pada penasaran lebih baik aku cek aja" sambung Quinnsha masuk kamar mandi.

Sedangkan Badai, remaja yang sudah memiliki istri tersebut, sedang duduk di kursi makan menyantap sarapannya.

"Kenapa ya sama Quinnsha?" gumam Badai mengetuk-ngetuk piringnya menggunakan sendok. "Tadi katanya karena belum dapet. Dapet apa?" sambungnya. "Dapet hadiah? atau sembako? tapi gak mungkin lah bini gue nungguin sembako gratisan. Tiap bulan 'kan gue kasih uang bulanan" lanjutnya menggelengkan kepala.

"CK, pusing sendiri gue mikirin tuh bini" decak Badai merampas handphonenya di samping piring. "Coba gue cari aja ya" gumamnya mengotak-atiknya handphonenya.

"Mas" panggil Quinnsha menghampiri sang suami.

"Eh, iya Sha. Kok kemari? kamu 'kan mau istirahat" sambut Badai mematikan handphone miliknya dan meletakkannya kembali.

"Aku mau nemenin kamu" jawab Quinnsha duduk di samping Badai.

"Gak istirahat?" tanya Badai mengelus puncak kepala Quinnsha.

"Gak, tadi udah" jawab Quinnsha tersenyum, ia menggenggam tangan Badai.

Badai mengerutkan dahi, bingung dengan tingkah sang istri yang aneh. Tadi kesakitan perutnya, sekarang udah gak papa. Aneh.

01. My Husband Is a Student [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang