56

1.6K 36 1
                                    

Harga penulis berupa vote serta comment.

Diharapkan jangan siders. Karena satu bintangmu itu sangat berharga untuk menghargai waktu, energi, dan tenaga penulis. Jangan plagiat. Karena jika kamu memplagiat cerita ini, kamu akan mendapatkan hukuman.♥♥♥

56. Hamil Baby Twins












Waktu terus berjalan, hingga tanpa terasa sudah dua tahun terlewati. Badai dan Quinnsha menjalani kehidupan rumah tangganya dengan penuh sukacita dan kasih sayang. Mereka juga menjalani kehidupan seperti biasa. Pagi Badai selalu mengantarkan ke empat putrinya ke rumah mertuanya, setelahnya ia mengantar sang istri ke sekolah, dan baru ia berangkat kampus.

Untuk Banjir, Badai tak lagi menjemput sang adik untuk berangkat ke kampus, dikarenakan Banjir diantar oleh sang Papa dan dijaga lebih ketat lagi dengan pengawal yang diperintahkan Papa Aby.

Dua tahun lalu, di mana Badai dan Banjir serta Papa Aby berada di ruang unit kesehatan kampus. Badai dihajar habis-habisan oleh Hujan, Gempa, dan Tsunami. Mereka tak terima adik kesayangannya terluka bersama Badai. Padahal Badai Sudah berjanji untuk menjaga dengan baik Banjir tanpa terluka sedikitpun, namun janji Badai teringkar membuat ke tiga Abang Banjir marah besar.

Beruntung Papa Aby segera melerai dan menghentikan Hujan, Gempa, dan Tsunami, kalau tidak bisa-bisa Badai masuk ke rumah sakit lagi. Untuk Naren, pelaku pemukulan Banjir. Ia dikeluarkan dari kampus dan tak bisa lagi melanjutkan kuliahnya di manapun, termasuk kampus luar negeri sekalipun.

"Mas!" panggil Quinnsha menepuk pundak sang suami.

"Anjir! bangsat!" umpat Badai terkejut karena, sedari tadi ia melamun.

Plak

Quinnsha langsung menampar mulut Badai dengan keras.

"Aw shh, kok ditampar?" ringis Badai mengelus bibir seksinya yang nyeri.

"Mulut kamu! ada anak-anak!" peringat Quinnsha menunjuk anak-anaknya yang berumur dua tahun lima bulan itu yang sedang kejar-kejaran.

"Aysha anjil!" pekik Gasha berlari mengejar Daysha.

Plak

Satu lagi, Badai kena tamparan pada mulutnya oleh sang istri tercinta.

"Tuh dengar! Gasha jadi ngikutin!" tekan Quinnsha menjambak rambut Badai.

"Aw Sha sakit" ringis Badai merasakan rambutnya sebentar lagi rontok.

"Gara-gara kamu Mas!" pekik Quinnsha.

"Sha aku mana tau kalau ada mereka" elak Badai.

Tanpa berkata lagi, Quinnsha meninggalkan Badai.

"Makin hari makin galak aja tuh bini" gumam Badai menggerutu. "Hei kalian, kemari" pintanya melambaikan tangan pada putri-putrinya.

"Iya papa" jawab ke empat anak Badai menghampiri sang Papa yang duduk di sofa ruang tv.

"Gasha, kenapa tadi ngomong kotor?" tanya Badai saat anak-anaknya berdiri di depannya dengan mendongak.

"Omong otol?" tanya Gasha tak mengerti.

"Iya ngomong kotor, kenapa?" jawab Badai sekaligus bertanya.

"Omong otol apa? Papa" tanya Gasha berusaha naik ke atas sofa.

"Di bawah aja" perintah Badai menahan Gasha agar tak naik ke sofa. "Yang tadi Gasha bilang ke kak Daysha" lanjutnya menjelaskan.

"Yang anjil, Papa?" tanya Gasha.

01. My Husband Is a Student [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang