22

3K 82 3
                                    

Harga penulis berupa vote serta comment.

Diharapkan jangan siders. Karena satu bintangmu itu sangat berharga untuk menghargai waktu, energi, dan tenaga penulis. Jangan plagiat. Karena jika kamu memplagiat cerita ini, kamu akan mendapatkan hukuman.♥♥♥


22. Gombal










"Kabar gembira apa, bang?" tanya Papa Aby menatap sang sulung.

"Iya Bang, kabar gembira apa?" timpal Banjir.

"Kabar gembiranya adalah Kak Quinnsha, istri Abang sedang hamil dan anak di kandungannya lebih dari tiga" beber Badai tersenyum manis, ia tatap sang istri dengan tangan menggenggam lengan Quinnsha yang duduk di sampingnya.

"Kembar Abang?" tanya Banjir menaikkan alisnya.

"Iya dek, kembar" jawab Badai tersenyum.

"Selamat bang, Papa gak nyangka kamu meneruskan keturunan Papa yang memiliki anak kembar" lontar Papa Aby ikut bahagia. "Dijaga yang baik ya bang istri dan calon anaknya" pesannya.

"Iya Pah, pasti, dan makasih" jawab Badai tersenyum senang.

"Heboh kali, baru juga gitu" cibir Hujan. "Gugur mampus" cemooh nya.

"Lo gak suka, gak usah doain yang buruk ya!" sentak Badai menurunkan Banjir lalu, menghampiri Hujan.

"Bang! Mas!" peringat Papa Aby dan Quinnsha barengan.

"CK, awas Lo!" ancam Badai menunjuk Hujan dengan tatapan tajamnya. "Ayok Sha kita pulang aja" ajaknya menarik tangan Quinnsha.

"Loh, bang kok cepat banget pulangnya? Adek 'kan mau main sama Abang" sanggah Banjir mengerucutkan bibir.

"Gak usah main sama bajingan itu, dek" cela Hujan menarik Hujan lalu menggendongnya.

"Abang yang bajingan, adek mau sama Abang Badai!" tolak Banjir memberontak dalam gendongan Hujan.

"Diam!" bentak Hujan membekap mulut Banjir, lalu ia membawa sang adik ke lantai atas menggunakan lift.

"Kami pulang dulu ya Pah" pamit Badai menyalami tangan sang Papa.

"Gak mau makan siang dulu di sini?" tawar Papa Aby menatap sang anak sulung.

"Gak perlu Pah, aku malas sama Hujan" tolak Badai menatap sang istri lalu, memberi isyarat untuk Quinnsha berpamitan juga.

"Aku pulang ya, Pah" pamit Quinnsha menyalami punggung tangan Papa Aby juga.

"Iya, hati-hati" balas Papa Aby, ia elus perut Quinnsha dan berkata, "sehat terus ya, cucu-cucunya Opa."

"Assalamualaikum Pah, semuanya" salam Badai dan Quinnsha lalu, ke luar rumah Papa Aby.

"Hah, kapan mereka akur?" tanya Papa Aby menghela nafas kasarnya, ia bingung harus berbuat apa supaya perselisihan antara Badai dan Hujan reda.

"Entahlah" jawab Gempa dan Tsunami mengedikan bahunya.










★★★★★

"Ayok turun" pinta Badai setelah mobil yang ia dan Quinnsha tumpangi sampai di depan rumahnya.

"Kamu turun juga?" tanya Quinnsha menatap Badai.

"Gak, aku ada kerjaan di restoran" jawab Badai tanpa menoleh.

01. My Husband Is a Student [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang