13 Danta

1.4K 57 0
                                    

Karena difasilitasi kartu kredit dan diberi keleluasaan untuk membeli apa pun tanpa perlu memikirkan harga, hari ini Zara memutuskan untuk berbelanja. Sayang kalau Zara melewatkan kesempatan ini. Sejak tinggal di sini, Erwin belum pernah memberinya nafkah sepeser pun. Meski Erwin memberikan semua kebutuhan pokoknya, tapi, Zara jelas butuh uang untuk kebutuhan lain.

Setelah memoles wajah dengan make up, Zara keluar kamar dengan tas selempang menggantung di satu bahu. Suara hak sepatu mengalun merdu bersanding dengan alunan rambut panjangnya yang jatuh sampai pinggang. Rambut itu hitam pekat dan lurus, lalu, meliuk-liuk di bagian bawah.

Sanji sudah menunggunya di depan pintu kamar. Mengawalnya menuju mobil. Namun, belum sempat Zara memasuki mobilnya, seseorang terdengar memanggil namanya. Membuat Zara dan Sanji kontan menoleh.

"Mau pergi ke mana?" tanya Danta. Pria bercelana training dan kaus oblong itu menghampiri Zara.

"Mall," jawab Zara.

"Wah, kebetulan. Boleh numpang?"

"Maaf, mobil ini hanya boleh digunakan oleh Nona Zara." Sanji menimpali.

"Sayang sekali, mobilku rusak, harus dibawa ke bengkel." Danta menghela napas dan mengibaskan tangan. "Ya sudah, pergi saja. Aku bisa naik taksi nanti."

Merasa tidak enak, Zara akhirnya menghentikan Danta yang sudah berniat ingin pergi. "Mas Danta mau pergi ke mana?"

"Ke mall juga."

"Ya udah, sekalian aja. Daripada harus mesan taksi." Zara menatap Sanji dan memberi pria itu anggukan.

"Boleh?" Danta meminta persetujuan Sanji sekali lagi. Sanji akhirnya hanya bisa menuruti apa yang Zara inginkan. Melihat tanda persetujuan dari dua orang di hadapannya, Danta berkata, "kalau gitu aku ambil jaket dulu."

"Oke, aku tunggu di sini."

Danta segera masuk ke rumah. Kakaknya Mbak Devi itu dipersilakan menggunakan kamar tamu untuk beberapa hari ke depan karena sedang memiliki urusan dengan adiknya, katanya. Dan dia harus memperbaiki mobilnya juga. Makanya, lebih mudah untuk menginap, ketimbang bolak-balik tanpa mobil pribadi.

Nggak lama, Danta kembali. Kausnya sudah terlapisi jaket kain berwarna hitam. Mereka bertiga pergi menuju pasaraya. Zara menuju toko baju, sementara Danta katanya mau ke toko buku.

Zara memilih baju yang sesuai dengan seleranya, mencobanya, dan membeli beberapa. Zara juga membeli sepatu dan tas untuk digunakannya saat kembali ke kantor besok. Zara memang tidak membawa banyak barang saat pindah ke rumah Erwin. Kopernya bahkan tidak penuh. Zara tidak mau repot-repot membawa banyak hal. Pakaiannya toh memang selalu santai. Tidak ada gaun mewah atau tas dan sepatu mahal.

Lepas membeli semua keperluannya, Zara keluar toko. Karena Danta belum juga kembali, Zara berinisiatif untuk mencari pria itu.

Namun, toko buku tidak menampakkan aura Danta. Zara berkeliling sekitar toko, tapi tidak juga menemukannya. Sampai Zara lelah sendiri. Berjalan lama dengan sepatu hak tinggi membuat tumit dan kakinya pegal.

"Anda tunggu di foodcourt saja. Biar saya yang mencari Tuan Danta." Melihat Zara tampak kelelahan, Sanji menyarankan perempuan itu untuk beristirahat. Mencari seseorang di mall sebesar ini akan butuh waktu. Apalagi bersama Zara. Jika Sanji sendiri, dia akan lebih mudah menemukan pria itu. Setidaknya Sanji bisa memriksa tempat yang tidak mungkin Zara periksa.

Masalahnya adalah, tidak ada yang memiliki nomor Danta. Jadi, mereka tidak bisa menghubunginya. Zara menuruti perkataan Sanji. Dia berjalan menuju foodcourt, sementara, Sanji berjalan ke arah lain.

Iridescent (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang