53

771 33 1
                                    


"Boleh aku memasak sendiri?"

Pelayan di depannya menegakkan kepala. Dia jelas tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Bukan haknya untuk memperbolehkan atau melarang Zara melakukan apa pun. Namun, semua orang di rumah ini tahu kalau Zara memang sedang dikunci di kamarnya entah sampai kapan. Yang pasti, Tuan mereka ingin Zara berada di kamarnya sampai dia pulang.

"Aku tidak berselera makan, aku ingin memasak sendiri," pinta Zara kekeh.

"Maaf, saya tidak bisa melakukan apa pun. Jika Anda tidak makan, saya yang akan mendapat hukuman."

Tentu saja, Erwin tidak akan membiarkan siapa pun bebas. "Panggilkan Sanji. Aku ingin berbicara dengannya."

"Baiklah." Pelayan itu berpamitan. Memanggil Sanji sesuai perintah Zara.

Pria itu selalu berjaga di luar rumah karena perintah Erwin. Bosnya melarang Sanji untuk masuk, entah apa alasannya. Sejak kejadian Sanji menyelamatkan Zara yang jatuh ke kolam, lalu Erwin memukulnya, sikap Erwin memang berubah pada Sanji. Erwin tidak memperbolehkan Sanji berada di dekat Zara. Bukan hanya Sanji, bahkan semua penjaga pria lain pun tidak ada yang boleh mendekati Zara.

Sanji tidak habis pikir bagaimana bisa bosnya itu menjadi begitu posesif terhadap seorang perempuan yang dahulu tidak berarti apa-apa baginya? Zara dibawa ke keluarga Sanders faktanya adalah hanya untuk melahirkan keturunan Erwin, itu saja. Setelahnya, entah apa yang akan terjadi pada perempuan itu. Namun, sekarang Erwin begitu memedulikan Zara. Entah diakui atau tidak, Erwin jelas berubah.

Apakah harta warisan keluarga Sanders benar-benar seberharga itu baginya?

"Untuk apa Nyonya ingin menemuiku?"

"Nyonya bilang dia tidak berselera makan, dia ingin memasak sendiri."

Ada-ada saja. Zara tidak pernah bisa diam. "Baiklah, kau bisa pergi."

Sanji mengambil ponselnya dari dalam saku celana untuk menghubungi Erwin. Tidak mungkin dia akan masuk begitu saja meski Zara yang meminta. Erwin jelas sudah mengatakan Sanji hanya bisa masuk jika ada keadaan darurat, dan selera makan Zara tidak termasuk ke dalam situasi tersebut.

***

Atas izin Erwin, Zara memasak makan siangnya sendiri. Ditemani oleh Sanji dan beberapa pelayan lain. Tidak ada yang spesial, Zara hanya memasak pasta sederhana. Namun, rasanya memang lebih nyaman memakan makanan yang dia masak sendiri ketimbang masakan koki. Karena Zara yang paling tahu bagaimana seleranya.

Pintu rubanah digembok dari luar. Sudah Zara duga. Erwin pasti memegang kuncinya. Kamar ibu Erwin selalu tertutup. Hanya pelayan tertentu yang bisa masuk ke sana, tapi kenapa? Ibu Erwin hanya terdiam setiap saat, wanita itu tidak pernah melakukan hal aneh yang mengganggu atau membahayakan orang lain. Apa mengurungnya benar-benar diperlukan?

"Aku sudah selesai." Zara merapikan alat makannya.

"Biar saya bersihkan," kata seorang pelayan.

Sanji berdiri tepat di samping tangga, mengarah langsung ke pintu kamar Ibu. Bagaimana Zara bisa menyelinap masuk ke sana? Itu mustahil.

"Aku tidak pernah melihat ibu mertuaku keluar kamar. Apa terjadi sesuatu?" tanya Zara langsung. Setidaknya, dia berharap akan mendapatkan petunjuk.

"Nyonya besar butuh istirahat total," ujar Sanji, yang membuat Zara tidak puas dengan jawaban yang diperolehnya.

"Boleh aku menemuinya sebentar?"

Sanji langsung menatap Zara tanpa berkata apa pun. Dia seharusnya sudah tahu kalau Zara tidak akan berhenti sampai perempuan itu menciptakan drama lain dan mengundang masalah baru. Perempuan keras kepala yang suka semaunya sendiri itu memang tidak bisa anteng. "Sebaiknya Anda kembali ke kamar."

Iridescent (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang