55 Trapper

885 26 0
                                    


Masih memegangi perutnya, Zara terduduk di ujung kasur. Bergumul dengan otaknya yang tidak habis-habis berpikir tentang perkataan Erwin. Entah dirinya yang salah dengar atau Erwin mengatakannya hanya untuk membuat Zara terdiam, Zara tidak mengerti.

Lalu, Danta?

Haruskah Zara memercayai Erwin? Untuk apa Danta begitu terobsesi padanya sampai-sampai membunuh ayah Zara karena ayahnya tidak mau diajak bekerja sama? Zara kira tujuan Danta adalah untuk menghancurkan Erwin. Itu saja. Apa yang Danta pikirkan dengan mengusik kehidupan Zara? Padahal Danta adalah harapan terakhirnya. Apa yang akan Zara lakukan sekarang?

Zara tidak mungkin meneruskan rencana kaburnya bersama Danta. Pria itu juga berbahaya. Danta dan Erwin, mereka sama saja.

"Minumlah." Erwin menyodorkan segelas air putih, juga dua pil obat yang Zara tidak pernah lihat sebelumnya.

"Obat apa ini?"

"Untuk kandunganmu." Melihat raut curiga di wajah istrinya, Erwin menghela napas. "Kau pikir aku akan meracunimu?"

Untuk saat ini, Zara mungkin harusnya percaya kalau Erwin tidak akan melukainya.

Ragu, Zara mengambil obat itu dan meminumnya. Zara tidak tahu harus memercayai siapa lagi sekarang. Danta atau Erwin? Mana yang bisa menjamin keselamatannya?

Erwin mengambil alih gelas dari tangan perempuan di sebelahnya. "Sekarang tidurlah, aku akan keluar agar kau bisa tidur dengan tenang."

Setelah mengatakannya, Erwin meletakkan gelas ke atas nakas, lalu keluar kamar dan menutup pintunya. Zara bisa mendengar suara kunci terputar.

Zara mengelus perutnya. Dia benar-benar ingin hidup normal bersama anaknya nanti. Tidak ada permasalahan rumit berkaitan dengan hidup Erwin dan segala tetek bengeknya. Zara tidak yakin dia akan bisa mencapai keinginannya. Namun, dia tetap berharap.

Suara angin yang berdesir pelan di luar membuat Zara merinding. Malam ini suasana begitu hening, hanya suara detak jarum jam yang terdengar. Zara sama sekali tidak bisa mendengar suara apa pun di luar. Zara yakin kalau Erwin belum naik ke kamarnya. Namun, tidak ada suara obrolan atau bisikan sama sekali. Seolah tidak ada manusia yang masih terjaga di luar sana.

Saat sebuah suara aneh muncul dari luar jendela kamarnya, Zara sontak menoleh. Itu terdengar seperti suara mesin pemotong besi. Apa ada yang mencoba membobol jendela kamarnya? Zara yakin Erwin sudah mengatakan kalau seluruh jendela di rumah ini dipasangi teralis besi. Mana mungkin ada orang yang bisa masuk melalui jendela.

Zara mendekat ke jendela. Bahkan jendela itu tidak memiliki kunci. Erwin benar-benar berniat mengurungnya.

Namun, suara-suara dari luar masih terdengar. Justru terasa seolah semakin dekat. Kontan saja Zara menghindar ketika suara sesuatu merusak kayu jendela terdengar. Benarkah ada yang mencoba masuk ke kamarnya?

Ketika jendela itu benar-benar terbuka dan saat seseorang muncul dari baliknya, Zara sontak bersiap untuk melindungi diri. Tangannya meraih lampu di atas nakas untuk berjaga-jaga kalau saja ada maling nekat menerobos masuk rumah ini meski tahu kalau rumah ini dijaga oleh selusin orang terlatih.

Namun, saat cahaya lampu berhasil menemukan sosok itu, Zara mengernyit sejadinya. "Apa yang ...?" dia kehabisan kata-kata.

Danta dengan lincah melompat setelah memanjat jendela. Membersihkan bajunya dari bekas serutan kayu.

"Aku menepati janjiku," ucap pria itu.

Melihat senyum lebar mengembang di wajahnya, Zara merasa merinding. Seolah pria itu bukannya membawa kebebasan, tapi sebuah ancaman baginya. Harusnya Zara merasa senang 'kan? Namun, kenapa dirinya malah merasa terancam?

Iridescent (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang