48

868 30 0
                                    

Hari-hari berikutnya, Zara selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi makan Riyan. Menghabiskan waktu berdiam selama satu atau setengah jam. Lalu, berpindah ke makam Stephanie dan melakukan hal yang sama. Pengawalan untuknya ditambah. Zara dirawat selayaknya tuan puteri yang apa pun kebutuhannya disediakan sedemikian rapi. Seluruh makanan dan minuman yang ia telan harus super higienis. Kamarnya dibersihkan tiap saat sampai Zara muak sendiri melihat pelayan bolak-balik menyuruhnya untuk menghabiskan waktu di ruang depan dengan menonton TV atau melakukan hal lain.

Zara merasa dirinya tidak lagi berselera untuk melakukan apa pun. Bahkan untuk makan saja rasanya hambar, tapi Zara tidak mungkin membiarkan bayinya terus kelaparan. Jadi, Zara harus memaksa dirinya untuk lebih memperhatikan kesehatannya sendiri.

Pada hari ketujuh setelah kematian ayahnya, Zara mendapatkan telepon dari nomor tidak dikenal yang menyuruhnya untuk berhati-hati terhadap Erwin. Zara tidak mengindahkannya sama sekali. Namun, hari berikutnya, Zara kembali mendapat telepon yang sama. Hal itu terus berulang sampai Zara pusing terus-terusan dihubungi oleh pria aneh yang tidak mau memberitahukan namanya itu.

Sialnya, teror pria itu tidak sampai di sana. Dia mulai mengirimi Zara surat, setiap hari. Zara bahkan pernah dikirimi paket berisi bangkai hewan dengan sebuah surat berisi peringatan bahwa Erwin bukanlah orang yang baik.

Erwin mengatakan kalau paket itu mungkin berasal dari orang tidak punya kerjaan yang iseng ingin mengerjai keluarganya. Meski tampak tidak peduli, Erwin tetap bersiaga dengan menyuruh orang untuk menyelidiki dari mana paket itu berasal.

Malam ini, saat Sanji harus meninggalkan Zara di rumah dengan penjaga lain yang menggantikannya, Zara yang tengah menyantap makan malam dikejutkan dengan suara pecahan kaca yang dibarengi dengan masuknya sebuah batu yang lumayan besar. Batu itu tepat mengenai meja makan. Takayal membuat Zara sampai berhenti bernapas selama sekian detik.

Para penjaga langsung berbondong-bondong memeriksa. Tidak ditemukan apa pun kecuali satu buah batu yang dibungkus dengan kertas kosong.

Ini sudah keterlaluan. Bahkan dalam keadaan rumah yang jauh akan kata tidak aman, yang dijaga ketat oleh selusin penjaga, seseorang bisa melakukan hal seperti ini. Jika saja lemparan itu tidak meleset, Zara pasti sudah terluka cukup parah.

Pelayan segera membersihkan pecahan kaca, sementara Zara diinteruksikan untuk masuk ke kamar. Saat sendirian, Zara jadi mengingat semua teror yang telah dia terima belakangan ini. Zara yakin dia tidak berselisih dengan orang lain. Tidak ada seseorang yang bisa dia curigai. Karena toh Zara juga jarang berinteraksi dengan orang luar.

Selain keluarga Sanders dan beberapa teman lamanya, Zara tidak berhubungan dengan siapa pun. Tidak ada yang bisa dia curigai.

Tunggu. Zara tiba-tiba mengingat seseorang.

Tepat saat itu, ponsel Zara berdering. Dari nomor tidak dikenal. Zara mengangkatnya tanpa mengatakan apa pun.

Suara di seberang sana menyapa dengan nada seperti biasa. Suara yang mulai Zara hapal. Suara yang tiba-tiba saja dia kenal. "Sudah kubilang kau harus menjauhi Erwin. Tidakkah kau sadar bahwa dia hanya memanfaatkanmu selama ini? Aku satu-satunya kesempatanmu untuk pergi. Untuk bebas."

Ragu, Zara membuka suara setelah membiarkan telepon itu sejenak terjebak dalam kesunyian, "Danta." Sekian detik tidak mendapat jawaban, Zara bernapas gusar.

Sebuah tawa kecil terdengar. "Baru sadar? Ah, Zara, kau membuatku kecewa."

Diam-diam, Zara menghela napas lega. Setidaknya bukan orang asing yang harus dia waspadai. Namun, apa dia sungguh bisa merasa sedikit saja lebih tenang? "Apa maumu?"

"Tidak ada, aku hanya merasa kasihan padamu. Terjebak bersama seorang Erwin pasti sangat melelahkan, benar?" Danta di seberang sana sedang duduk tenang, memandang layar laptop yang menampilkan beberapa video berbeda dalam satu frame. "Tidakkah kamu ingin bebas?" pandangannya tertuju pada satu video yang menampilkan seorang perempuan sedang terduduk di atas kasurnya sembari memegang sebuah ponsel.

Iridescent (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang