Kehadiran Erwin di samping kaki ranjang, menungguinya, membuat Zara sempat bergeming di ambang pintu. Dia baru saja selesai mencuci muka untuk mencerahkan pikiran, tidak menyangka kalau Erwin akan menyusulnya sampai ke kamar. "Aku sudah menyiapkan handuk di dalam kalau Mas ingin mandi." Zara berjalan ke arah lemari. Mencari baju tidur.
Sadar kalau Erwin masih berada di tempat semula, Zara berpura-pura seolah dia tidak peduli. Padahal keberadaan Erwin saat ini benar-benar memengaruhinya. Setelah apa yang terjadi tadi, setelah semua penjelasan yang Erwin berika padanya, bagaimana mungkin Zara bisa bersikap seolah tidak terjadi apa-apa?
Zara merasa telah mengkhianati kepercayaan Erwin. Pria itu telah memercayai Zara dengan menceritakan masa lalunya. Membuka bagian tergelap dalam dirinya untuk Zara, dan Zara malah menghindarinya.
Erwin pasti merasa terluka. Sulit bagi seseorang untuk membuka masa lalu kelamnya pada orang lain. Bahkan, Zara sendiri juga merasakannya. Semua yang dia alami selama ini. Bagaimana hidupnya berjalan selayak seorang putri kerajaan yang tidak boleh hidup bebas. Selalu dikekang sedemikian rupa. Apa pun yang dilakukannya selalu diawasi. Tidak jauh beda dengan keadaan Zara saat ini.
"Ada yang belum kukatakan." Erwin berbalik, menghadap Zara yang kemudian balas menatapnya. "Ibuku tidak hanya melahirkan satu anak. Kakakku, dia lahir satu tahun setelah Gio dilahirkan oleh wanita yang sekarang menjelma menjadi ibuku. Dulu, saat Ibu belum tahu kalau Ayah memiliki wanita lain, kami hidup bahagia. Tapi, semuanya berubah saat Roselyyn datang ke rumah kami membawa seorang anak kecil yang dia akui sebagai anaknya, sekaligus anak dari ayahku.
"Ibuku terpukul mengetahui kenyataan itu. Dia mulai bertingkah aneh. Dia jadi mudah sekali marah, bahkan tidak segan untuk memukuliku dan kakakku, atau mengunci kami di kamar selama berhari-hari tanpa makanan." Seiring dengan ceritanya yang mengalir lebih dalam, makin dekat pula Erwin melangkah ke arah Zara. "Suatu hari, ibuku marah karena Ayah berkata padanya kalau dia akan membawa aku dan kakakku pergi. Ibu mengunci kami dalam gudang. Kami diikat dan dibungkam, dan kamu tahu apa yang selanjutnya terjadi, Zara?"
Tidak memiliki petunjuk apa pun, Zara hanya bisa menggeleng.
"Karena kakakku tidak mau makan, Ibu mencekiknya sampai kakakku tidak lagi bernapas."
Zara spontan menutup mulut. Namun, melihat Erwin malah tersenyum, Zara mengernyit heran. Bagian mana yang lucu dari perkatannya?
"Kakakku mati, Zara. Ibuku sendiri yang telah membunuhnya." Erwin berdiri tepat di depan Zara. "Sadar kalau kakakku tidak lagi meronta, Ibu panik. Ibu mencoba membangunkan kakakku, tapi, sayang sekali, kakakku terlanjur meninggal. Ibuku menangis dan begitu menyesali perbuatannya. Namun, bukannya sadar, ibuku malah semakin menggila. Dia mengambil tali, mengikatnya pada tiang di langit-langit gudang. Lalu, kamu tahu apa dia lakukan?"
Lagi, Zara menggeleng.
"Dia mengangkat tubuhku dan meletakkan kepalaku pada simpul yang dibuatnya. Saat aku hanya bisa menggeleng dan menangis, Ibu malah mendorong kursi yang menjadi satu-satunya penopang tubuhku."
Zara bergidik, benar-benar tidak menemukan satu saja hal lucu dari perkataan Erwin, tapi, pria itu malah tertawa.
"Ayah datang di saat yang tepat. Aku tidak jadi mati saat itu. Ibuku ditangkap dan dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Aku hidup dengan ingatan konyol itu selama bertahun-tahun. Bahkan, setelah mengalami segalanya, bahkan setelah disiksa sedemikian rupa, aku masih ingin melihat ibuku sembuh. Aku ingin melihat dia tersenyum seperti dulu lagi."
Saat Erwin mengangkat tangan dan menangkup pipinya, Zara bergeming di poros tempatnya berdiri. Merasa begitu terancam, tapi kakinya terlalu lemas untuk diajak berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Iridescent (✓)
ChickLitPada malam pertama pernikahannya dengan Erwin, Zara diusir keluar dari kamar. Pernikahan mereka memang berjalan sangat cepat hingga Zara tidak sempat mengenal dengan baik siapa pria yang kini menjadi suaminya itu. Zara harus bersabar menghadapi sif...