Prolog

793 57 0
                                    

Jake Sim / Sim Jaeyun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jake Sim / Sim Jaeyun

Jake Sim / Sim Jaeyun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naoi Rei

...

Naoi Rei, gadis desa Champa yang baru menginjak usia 12 tahun. Sama seperti nasib gadis-gadis desa seusianya, dia baru saja menyelesaikan prosesi perjodohan, tepatnya pernikahan dirinya dengan seorang remaja laki-laki yang terpaut 3 tahun di atasnya.

Kini keduanya duduk di kursi khusus pasangan jodoh. Semua orang sibuk mondar-mandir melakukan kegiatannya, orang tua keduanya sibuk mempersiapkan prosesi selanjutnya.

Rei memandang gaun putih panjang yang ia gunakan. Polos tanpa hiasan apapun, memang seperti itu biasanya. Sebuah karangan bunga diletakkan di atas kepala. Gadis cantik dengan nasib yang malang, huh.

Ia memangku kedua tangan yang sekarang berhiaskan gelang-gelang emas. Eh, tunggu. Gelang-gelang emas? Rei mengangkat kedua tangannya sebagai wajah, memerhatikan gelang-gelang itu.

Anak perempuan di desa biasa menggunakan gelang kaca warna-warni sebagai perhiasan. Setelah dijodohkan, baru mereka menggantinya dengan gelang-gelang pemberian keluarga lelaki sesuai status sosial di masyarakat.

Emas, ya?

Artinya keluarga jodohnya adalah kalangan atas. Gelang emas hanya diberikan oleh keluarga seperti itu, orang-orang yang mendapatkan uang dari mempekerjakan orang lain. Ya, begitu.

Gelang emas masih terbagi menjadi dua, gelang emas pada umumnya dan gelang emas putih. Masih lebih tinggi status gelang emas biasa. Dan dia memakainya sekarang.

Ada juga gelang-gelang perak, itu diberikan oleh keluarga pedagang atau apapun, asalkan bukan dari bangsa budak.

Rei menoleh ke lelaki di sebelahnya, lelaki dengan jas cream itu terus diam sejak selesai upacara. Mungkin dia tidak suka, sama seperti dirinya.

Ini tradisi. Orang tuanya bahkan terlihat sangat bahagia sejak sebulan dia mendapatkan calon jodoh. Warga desa juga sangat mengelu-elukan keluarga calon jodohnya, entah karena apa.

Selama 12 tahun hidupnya, ia tidak pernah bersekolah. Hal tersebut memang dilarang. Para anak perempuan dan gadis di desa tidak boleh mendapatkan pendidikan, tugas mereka hanya memasak, membersihkan rumah, mencuci baju juga piring, dan segala jenis pekerjaan rumah lainnya.

Hanya para lelaki yang pergi ke sekolah, itupun hanya sekolah yang didirikan oleh orang-orang berpendidikan dari desa Alindra sebagai yang paling berkembang. Apabila keluarga mereka memiliki uang, anak laki-laki mereka akan dikirim ke Alindra untuk sekolah, lalu nanti ke kota untuk kuliah. Hanya jika mereka punya uang.

Jika tidak, mereka harus cukup dengan pendidikan dari relawan saja.

Sebagai desa paling terbelakang, Champa banyak dicari gadis-gadisnya untuk dijadikan jodoh. Alasannya jelas, para gadis tidak akan bisa melawan karena ketidakmampuan mereka.

"Siapa namamu?" tanya Rei, sebagai pembuka obrolan.

Lelaki di sebelahnya tampak tidak begitu peduli. Seolah di jidatnya tertulis 'jangan ganggu, enyahlah!'

Rei menunduk. Apa jodohnya bukan lelaki baik? Mungkin saja, dia terlihat galak. Oh, seperti Ayahnya.

Tangan mungilnya menyentuh kalung yang dipasang lelaki di sebelahnya ketika upacara pernikahan. Ini adalah simbol bahwa dia sekarang gadis bersuami.

Rei mendongak, mengedarkan pandangan ke seluruh tempat. Halaman rumahnya dihias sedemikian rupa agar terlihat 'layak'. Mungkin hasil dari berhutang? Atau bisa jadi dibiayai oleh keluarga lelaki. Ya, itu bisa saja terjadi, begitu pengakuan dari teman-teman yang sudah lebih dulu berjodoh.

Ayah dan Ibunya terlihat mengobrol dengan orang tua jodohnya. Sesekali melirik ke arah ia duduk.Seorang pria tua berjanggut putih datang kembali, beliau adalah orang yang sedari awal memimpin upacara.

Beliau melempar beberapa benda juga bahan makanan yang terdapat makna yang tidak diketahui Rei. Doa-doa banyak dilafalkan juga.

Pria itu pergi, orang tuanya datang. Ibu memeluk erat Rei sembari menangis tersedu. Ibu dari jodohnya mendekat dan mengusap kepala Rei pelan.

"Akhirnya upacara selesai, lihat, kau sudah berjodoh sekarang," ucap Ibunya.

Ibu dari jodohnya mencoba menenangkan Ibunya. Tersenyum kecil sebelum ikut berkata, "sekarang ini, kami juga orang tuamu."

"Ya, dalam beberapa tahun, kau juga akan ikut dengan kami nanti. Kita akan tinggal bersama," lanjut pria yang diyakini Ayah dari jodohnya.

"Nanti, kau harus bersikap baik, ok?" Ayahnya ikut bicara. Rei hanya mengangguk.

"Nak," panggil Ibu jodohnya kepada lelaki di sebelah yang sedari tadi memasang wajah muak.

"Apa? Kita akan pulang?" selorohnya cepat.

Orang tua lelaki itu mengangguk kecil dan mengusap kepala putranya. Terlihat raut wajah sangat senang di wajah penuh kantuk itu. Rei menatap jodohnya dengan mata bulat imutnya.

"Dia tampan, lumayan. Tapi sepertinya galak," batin Rei.

"Hey Tuan Sim, sepertinya putriku terpesona dengan putramu," gurau Ayah Rei. Ayah jodohnya hanya terkekeh singkat.

Untuk beberapa waktu mereka habiskan untuk mengisi perut yang keroncongan. Hingga di penghujung hari, keluarga lelaki bersiap untuk kembali ke desa mereka. Beberapa hadiah diberikan oleh keluarga Rei juga sebagai tanda mata, hanya camilan teman teh dan beberapa kain dengan harga miring.

Tentu tidak akan sebanding dengan apa yang diberikan oleh keluarga lelaki, tetapi mereka mengusahakan untuk tidak merusak nama baik besannya.

Rei berdiri di tengah orang tuanya, mereka akan mengantarkan keluarga besan sampai gerbang desa. Ibu jodohnya memeluk ia dengan erat sebagai tanda perpisahan sementara.

"Nanti kamu akan ikut dengan kami, Rei," ucapnya. Rei hanya mengangguk singkat.

"Kau ingin berpamitan dengan jodohmu, Nak?" tanya Ayah si lelaki.

Lelaki itu segera pergi setelah berpamitan kepada orang tua jodohnya atas dasar kesopanan pada yang lebih tua. "Aku lelah. Nanti juga kami akan bertemu lagi."

"Kami permisi Tuan, Nyonya. Semoga kalian tetap sehat dan panjang umur hingga waktunya tiba," ucap Ayah si lelaki.

Orang tua dari si remaja lelaki segera naik bus yang disewa keluarganya. Ibu mendekat ke arah putranya.

"Kau tidak boleh bersikap seperti itu, Jake!"


***
Bab 1 akan di-update nanti sore/malam.
Terima kasih 🤍.











Bersambung..

METANOIA | Jake x Rei [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang