Jake sudah menyelesaikan masa ujian kenaikan kelas miliknya. Buku rapot berisi nilai-nilai hasil belajarnya setahun ke belakang selama kelas 11 sudah berada di rumahnya.
Kali ini, tidak ada Ayah yang memarahi nilai-nilai Jake. Karena apa? Karena nilai Jake membaik, sudah tidak ada lagi nilai merah. Walaupun hampir semua nilai pas kkm, tetapi tidak masalah, ini tetap sebuah peningkatan.
Mulai dari hari kemarin, Jake sudah libur sekolah. Tiga minggu dari sekarang, Jake akan masuk sekolah dengan tingkat yang sudah naik, menjadi kelas 12.
Sedari pagi Nenek dan Ibu sudah sangat berisik untuk semua anggota keluarga segera bersiap. Mereka semua akan mengunjungi peternakan di pinggiran desa Alindra.
Tidak boleh menggunakan pakaian warna cerah atau terlalu mencolok. Sehingga pilihan Jake jatuh kepada kemeja berbahan tebal warna hijau tua dan celana bahan cokelat, sederhana saja.
Jake memasang jam tangan di tangan kirinya. Berbarengan dengan itu, Jake memerhatikan Rei yang sedang duduk di meja rias, tentu sedang berhias sedikit.
Gaun sebetis berwarna hijau tua juga. Ini sengaja dipilihkan Jake, agak kembaran, lucu, ya? Bagian tangan pendek, sehingga memperlihatkan kulit tangan seputih susu milik Rei.
Sebenarnya ada luaran yang akan dipakai Rei untuk melapisi gaunnya agar tidak terlihat terbuka. Sebuah luaran tipis yang sedikit menerawang.
Gelang-gelang tangan emas terpasang berjejer hingga sebelum siku. Memang seperti ini pemandangan para wanita di Dineshcara.
Jake mendekati Rei, guna membantu jodohnya itu memasang gelang kaki dengan lonceng-lonceng kecil yang pasti akan berbunyi ketika empunya berjalan bahkan akan sangat nyaring jika Rei berlari.
Rei sendiri memilih menyisir rambutnya, lalu diikat di bawah agar tidak merepotkan. Karena Rei akan menggunakan selendang dan penutup wajah (hidung sampai bibir saja), yaitu kain kecil.
Karena menurut aturan yang berlaku. Para budak tidak boleh melihat secara langsung wajah pasangan dari Tuan mereka.
Ibu dan Nenek juga akan menggunakannya. Tapi yang paling diwanti-wanti adalah Rei sebagai yang termuda dan baru.
Secara sederhana, ada yang disebut Tuan (pemilik usaha), lalu pekerja (orang yang bekerja dan berhubungan secara langsung dengan Tuan), dan ada budak (orang yang dipekerjakan oleh para pekerja tanpa kontrak khusus, bisa diperlakukan semena-mena).
Lebih parahnya, para budak dilarang keras untuk berjodoh dengan orang diluar dari status sosial mereka. Budak harus dengan budak lagi, dan keturunan berikutnya akan terus menjadi budak.
Tidak adil? Memang. Tapi begitulah Dineshcara dengan aturan adat ekstrim mereka.
Mereka semua pergi menggunakan kereta yang ditarik keledai, ada tiga kereta keledai yang disewa. Kereta pertama, diisi oleh Kakek, Nenek dan Paman, lalu kereta kedua diisi oleh Ibu dan Ayah, terakhir tentu saja Rei dan Jake.
Rei sering bertanya tentang apa yang baru dilihatnya kepada Jake. Dan pemudanya itu bisa apa selain menjelaskan dengan sabar dan bahasa yang mudah dimengerti Rei.
"Lihat, itu adalah lapangan Alindra. Aku sering bermain bola di sana bersama Jay dan Sunghoon. Kadang Heeseung juga datang," jelas Jake, kali ini tanpa ditanya Rei.
Gadis dengan selendang yang menutupi surai, juga kain yang menutupi hidung hingga bibir itu memerhatikan lapangan yang ditunjuk Jake. Tidak hijau, cenderung berpasir. Jika ada angin kencang, pasti pasirnya beterbangan dan mengganggu aktivitas warga sekitar.
"Siapa Heeseung?" tanya Rei.
"Oh, dia lebih tua satu tahun dariku. Sekarang dia sudah ke kota untuk melanjutkan sekolah di universitas. Kamu tidak pernah bertemu dengannya." Jake memandang Rei yang sibuk melihat-lihat jalanan menuju peternakan keluarga Sim.
KAMU SEDANG MEMBACA
METANOIA | Jake x Rei [✓]
FanfictionDineshcara, adalah daerah yang berada di sebuah negeri nan jauh di sana. Negeri yang nyaris tidak tersentuh dunia, Lavani. Dineshcara mencakup enam desa, tetapi desa yang paling terkenal adalah desa Alindra sebagai pusat pemerintahan, juga menjadi...