Satu hari sebelum pengadilan agung Alindra dilaksanakan. Jay menghampiri Sunghoon di tempat pengurungan lelaki itu. Jay mendapati Sunghoon yang menatapnya terkejut.
Sunghoon di kurung di gudang penyimpanan pupuk milik salah satu warga. Lelaki putih dengan tahi lalat di hidung itu duduk termenung di pojok ruangan. Jay ikut duduk tepat menghadap temannya itu.
"Sunghoon," panggil Jay dengan nada serius. Sunghoon agak terkejut mendengar itu.
"Bagaimana kau bisa masuk? Aku bahkan sangat sulit untuk mendapatkan izin ke kamar mandi," tanya Sunghoon. Jay meregangkan otot-otot tubuhnya.
"Aku tidak tahu tentangmu. Tapi mereka mengizinkan hanya setelah aku mengatakan bahwa aku temanmu dan ingin bertemu. Mereka tidak mempertanyakan apapun lagi," jawab Jay seadanya.
Sunghoon menatap tidak percaya pemuda Ibukota di depannya. "Itu tidak penting untuk sekarang kawan," elak Jay.
Jay meluruskan kakinya yang agak pegal. "Aku mendengar kabar kurang mengenakkan tentangmu dan Nona manis Rei," pancing Jay.
Sunghoon mengangkat kepalanya cepat setelah mendengar perkataan Jay. Bagaimana lelaki ini tahu? Di hari kejadian, Jay sedang berada di kota. Secepat itukah berita ini tersebar di seluruh Alindra.
Jay menatap dalam Sunghoon yang terus diam. Jay menghela nafas panjang. Perjalanan panjangnya dari kota ke Alindra dibayar kontan oleh kabar yang sangat jelek atas Nona manisnya.
"Apa yang kudengar itu benar adanya?" tanya Jay. Sunghoon mendongkak menatap Jay, lelaki itu kembali menunduk.
Sunghoon mengangguk sebagai jawaban. Jay menyunggingkan senyum sinis. Jay berdecak kencang, membuat Sunghoon menoleh.
"Kalian pergi ke hutan, lalu makan siang bersama, dan saat menjelang malam kalian bermesraan. Dan, oh, kalian terpergok warga desa. Dongeng murahan macan apa itu Sunghoon?" Nada ceria dibuat-buat itu berakhir dengan keseriusan.
"Katakan yang sebenarnya padaku, tanpa ada yang dikurang atau dilebihkan," titah Jay, terdengar mutlak.
Sunghoon menatap ragu Jay. Lelaki itu menatap sekeliling ruangan, paling lama menatap ke arah pintu.
"Aku sudah meringkus mereka semua, sekarang katakan saja kebenarannya," yakin Jay. Sunghoon menatap Jay masih ragu. "Jika kau mengkhawatirkan orang tuamu, mereka akan aman seandainya kau mengatakan yang sebenarnya padaku," lanjut Jay.
"Jay-"
"Aku tahu semuanya dari awal sampai akhir, tapi aku ingin mendengarnya secara langsung darimu. Aku sudah bertemu dengan orang tuamu lebih dulu, salah satu warga desa juga memberi tahuku," terang Jay.
Lagi-lagi Sunghoon dibuat terkejut oleh pemuda Ibukota di depannya ini. Kenapa Jay selalu tahu banyak hal dengan cepat. Apa jangan-jangan Jay bukan manusia, ya?
"Kau masih ingin berbohong? Aku akan membantumu sampai orang-orang yang mengancam dan dalang kejadian ini terungkap," tawar Jay. Sunghoon akhirnya mengangguk setuju untuk menceritakan kepada Jay.
"Satu hari sebelum kejadian, lima orang pria masuk ke rumahku. Empat dari lima orang itu memakai penutup wajah, satu orang tidak menggunakan penutup wajah, aku tidak mengenalnya, tapi aku merasa pernah melihat satu pria itu, Jay," buka Sunghoon.
Sunghoon mengernyit mencoba mengingat kembali detail cerita yang dia alami. "Dua orang langsung memegang tubuhku, tiga lainnya menyiksa orang tuaku di hadapanku. Orang yang tidak memakai penutup wajah menodongkan pisau di leherku, lalu mengatakan keinginan mereka yang harus aku lakukan terhadap Noma Rei."
"Mereka juga sempat mengatakan akan mendatangi Nona Rei untuk membuatnya datang ke lapangan Alindra. Aku diminta menemui Nona Rei, membawanya ke hutan lalu membuat adegan seolah kami melakukan sesuatu yang tidak baik, hingga ada warga desa yang menemukan kami."
KAMU SEDANG MEMBACA
METANOIA | Jake x Rei [✓]
FanfictionDineshcara, adalah daerah yang berada di sebuah negeri nan jauh di sana. Negeri yang nyaris tidak tersentuh dunia, Lavani. Dineshcara mencakup enam desa, tetapi desa yang paling terkenal adalah desa Alindra sebagai pusat pemerintahan, juga menjadi...