52. Selamat Datang, Lagi!

225 30 1
                                    

Dua minggu setelah kematian Kakek, Jake memutuskan untuk segera berangkat ke Ibukota. Rasanya tidak nyaman setiap melihat wajah Kakek di foto yang dipajang di ruang keluarga beserta kalungan bunganya.

Jake memasukan tas-tas berisi pakaian dan perlengkapan lainnya milik dia dan Rei bersama Kernet bus. Gadisnya itu sedang dipeluk erat dan ditangisi oleh Ibu dan Bibi.

Ayah dan Paman tersenyum kecil sembari menepuk-nepuk pundak Jake. "Jaga dirimu dan Rei," pesan Ayah. Jake mengangguk.

"Ayo semua penumpang, kita akan segera berangkat!" teriak Kernet bus.

Jake berpamitan untuk terakhir kali pada orang tua dan Paman - Bibinya. Rei melambaikan tangannya dengan wajah menahan tangis yang imut.

Rei sudah masuk ke dalam bus, tetapi masih berdiri di dekat pintu menunggu Jake yang tidak kunjung naik. Hari ini, Nenek tidak ikut mengantar. Tentu saja, wanita tua itu memang menentang.

Baru satu kaki Jake menaiki bus, seseorang berteriak di belakang memanggil namanya.

"Jake! Tunggu!"

Jake tersenyum, suara yang begitu ia kenali. Suara Neneknya. Jake berlari memeluk Neneknya. Rei meminta izin untuk kembali turun dan ikut memeluk Nenek.

Tangis Nenek pecah. Dia mencium pipi cucu dan istri cucunya. "Tolong jangan menyusahkan dirimu Nak. Kami akan mengirim uang juga untukmu, tolong, bahagia lah," Nenek mengucapkan kalimat itu dengan terbata namun Jake dan Rei tetap mengerti, "jangan pikirkan perkataan Kakekmu. Hiduplah dengan pilihanmu."

Jake dan Rei sudah berada di dalam bus. Keduanya melambai kepada seluruh anggota keluarga yang mengantar mereka.

Setelah Alindra tidak lagi terlihat, barulah Jake memperbaiki posisi duduknya menjadi menghadap depan. Tetapi Rei masih asyik memerhatikan pemandangan jalanan yang mereka lewati.

Lampu-lampu menyala terang. Jake sengaja mengambil jadwal perjalanan malam, agar dirinya dan Rei betah tertidur, sampai dalam kondisi yang segar di Ibukota.

Jake berdiri sebentar, meraih ransel yang dia letakkan di bagasi atas. Mengeluarkan jaket dari sana, memakainya dengan lembut kepada Rei yang sangat bersemangat menceritakan seberapa sukanya Rei dengan perjalanan kali ini.

Jake membuka tas jinjing di bawah kaki keduanya. Mengeluarkan camilan dari sana, Ibu benar-benar menyiapkan semuanya dengan baik. Jake terus menyuapi Rei kue kering yang dia bawa, setelah Rei tidak menginginkan lagi, barulah Jake memakan sisanya.

Jake tersenyum melihat wajah bahagia Rei yang tidak luntur. Tangan lelaki itu memeluk pinggang Rei dengan erat. "Menyukai pemandangannya?"

Rei mengangguk antusias. Keduanya tetap pada posisi itu cukup lama. Rei yang duduk menyamping, lalu Jake memeluk pinggang gadis itu mesra, lengkap dengan dagu yang diletakkan di pundak Rei.

Karena malam sudah semakin larut, Jake menutup jendela bus dengan tirai yang sudah terdapat di sana. Meraih tubuh Rei untuk berada dipelukannya yang sangat hangat ini.

Jake terus mengusap kepala Rei hingga gadisnya itu tertidur pulas.

Dalam 9 jam mereka baru tiba, menjadi lebih lama karena arus lalu lintas sedang padat, itu yang dikatakan Kernet bus.

Jake terus menggenggam lengan Rei sedari turun dari bus. Takut hilang, dan takut Rei terjatuh karena gadis itu belum sepenuhnya sadar. Mungkin saja setengah dari dirinya masih berada di alam mimpi.

Dengan satu ransel di punggung, lalu tas jinjing dan tiga tas berisi pakaian dan keperluan lainnya, Jake berjalan pelan. Dia tidak bisa meminta Rei membawakan salah satu, sudah dibilang gadis itu bahkan masih sangat mengantuk.

METANOIA | Jake x Rei [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang