46. Wajah Baru

186 29 0
                                    

"Dalam kurun waktu lima hari, para pekerja bangunan, bahan dan alat penunjang pembangunan sudah dikirimkan oleh pemerintah pusat ke Sabitah, tanpa ada penolakan apapun lagi.."

Jake baru pulang dari sekolahnya. Lelaki itu sengaja mengambil jalur memutar demi bisa melihat orang-orang kiriman pemerintah dari kota yang ditugaskan membangun sekolah juga rumah sakit.

Sebuah lahan kosong di dekat sungai, di belakang tempat peribadahan Alindra sedang dibangun sebuah rumah sakit. Sementara di desa seberang yang hanya terpisah sungai sedang dibangun sekolah segala jenjang kecuali Menengah Atas -karena sudah ada di Alindra-.

Alindra tidak membangun dari nol sekolah, pemerintah memberikan dana dan perintah untuk merenovasi sekolah segala jenjang Alindra agar fasilitas-nya lebih baik lagi. Setara dengan kualitas sekolah di kota-kota.

Pemerintah menjanjikan di tahun ajaran baru sekarang, sekolah-sekolah ini satu persatu akan selesai. Dengan rincian, per desa akan memiliki SD dan SMP, tetapi untuk jenjang SMA hanya diletakkan satu di satu daerah -misal Dineshcara hanya memiliki satu SMA di Alindra-, dengan daya tampung yang diperbanyak.

Selain sekolah dan rumah sakit, pemerintah juga dengan cepat membentuk jalan untuk menuju tempat-tempat tersebut. Memang bukan diaspal, karena masih bersifat sementara. Secara berkala akan dibuat. Menurut target Menteri Pembangunan, dalam satu atau paling lama dua tahun, pembangunan secara merata di seluruh Sabitah akan selesai.

Pemerintah banyak menunda proyek lain demi fokus pada pembangunan Sabitah ini. Semua masyarakat Lavani menyambut baik berita ini tanpa rasa iri -mungkin-.

Jake hampir tersungkur ketika seorang anak kecil menubruk kakinya. Melihat anak perempuan itu, Jake tersenyum. Belum satu minggu sejak berita pencabutan hak istimewa Sabitah diumumkan, tetapi suasana desa sudah banyak berubah.

Anak-anak perempuan yang biasanya hanya berdiam di rumah atau paling tidak ikut dengan Ibu mereka ke sumur, mulai berkeliaran dengan bebas. Merak bermain dengan sesama anak lainnya.

Pemandangan langka yang akan jadi pemandangan sehari-hari Sabitah mulai saat ini. Benar-benar sangat tidak disangka akan pernah terjadi.

Jake mengusap kepala anak perempuan itu. Si anak perempuan meminta maaf lalu pergi, Jake bisa melihat anak-anak perempuan lain menyambut kedatangan anak perempuan yang tadi menabraknya.

Ada tujuh anak perempuan di sana, sedang bermain kejar-kejaran. Imut sekali.

"Hallo Nak," sapa seorang pekerja dari Ibukota itu. Jake agak tersentak, kaget. Lelaki itu tersenyum hangat.

"Hallo Paman," balas Jake. "Ada yang bisa aku bantu?" tanya Jake setelahnya.

Paman itu menggeleng kecil. "Tidak, justru Paman ingin bertanya, sedang apa anak sekolahan sepertimu di depan proyek pembangunan?"

Jake yang mendengar pertanyaan itu cengengesan tidak jelas. Mungkin dirinya sudah terlalu lama berdiri di sini. Sehingga menimbulkan tanya dari Paman pekerja.

"Tidak ada. Hanya ingin melihat saja," jawab Jake seadanya. Paman itu mengangguk kecil.

"Kau menjadi bagian orang yang kesal atau senang dengan perubahan ini?" tanya Paman pekerja.

Jake mengernyit bingung. Oh, mungkin masih ada saja yang kesal melihat semua yang sedang terjadi. "Tentu saja aku senang. Namaku Jake, orang yang disebutkan Jay dengan lantang di televisi beberapa hari lalu, jika Paman menonton." Jake mencibir di akhir kalimatnya.

Paman itu terkekeh. "Ah, Jake! Paman ingat. Berarti sebentar lagi kau akan ke kota?"

Keduanya duduk di kursi dekat pohon. Pegal juga lama-lama berdiri seperti tadi.

METANOIA | Jake x Rei [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang