24. Menstruasi Kedua

265 35 0
                                    

Kediaman Keluarga Sim kembali heboh oleh kelakuan pasangan termuda yang ada di dalam rumah mereka. Jake sedang berlari dengan satu boneka bebek di tangannya, Rei di belakang mengejarnya dengan langkah paling cepat sebisa gadis itu.

Rei membungkuk untuk meminta maaf pada seorang pekerja yang hampir dia tabrak. Rei kembali membawa kakinya berlari mengejar Jake. Dia sedang bermain dengan boneka imutnya, tetapi Jake tiba-tiba datang untuk mengganggu.

Semua orang berkumpul di ruang keluarga, bahkan ada Bibi Im yang entah ada keperluan apa datang ke sini, tapi ya, dia ada di sini. Di ruangan itu akhirnya Jake berhenti, senyum usilnya tidak kunjung hilang, malah semakin lebar ketika Rei mendekati dan kini berdiri di hadapannya.

Ibu dan Ayah menggeleng melihat tingkah menggemaskan putra dan menantu mereka. Nenek tersenyum sangat tipis, sampai tidak akan ada yang tahu dia tersenyum. Kakek juga sama, dia bahagia melihat kebahagiaan yang terpampang di wajah cucu satu-satunya keluarga ini.

Rei memasang wajah marah yang di mata Jake sangat lucu. Ah, dia memiliki jodoh yang sangat imut. Jake mengangkat tinggi-tinggi boneka di tangannya. Hal itu membuat Rei melompat-lompat untuk mendapatkan apa yang merupakan miliknya.

Jake mengumbar tawa yang renyah. Ibu dan Ayah juga ikut tertawa, Paman, Kakek dan Nenek tersenyum tipis. Bibi Im menjadi yang paling heboh melihat tontonan gratis di depannya.

Masih dengan tangan mengarah ke atas, Rei berhenti melompat. Diam seperti patung untuk beberapa saat, Rei memasang wajah kebingungan yang aneh. Rei menurunkan tangannya, gadis itu berbalik dan berlari kencang menuju kamarnya.

Jake yang melihat itu membulatkan matanya. "Rei! Kamu kenapa?" Jake berteriak sembari berlari menyusul gadisnya itu.

"Rei, kamu marah? Aku minta maaf, jangan pergi." Jake terus bertanya, suaranya masih sampai ke lantai bawah dimana semua orang berkumpul.

Ayah dan Ibu saling melirik, Ayah memberi isyarat agar istrinya itu tidak panik. Bibi Im mencondongkan tubuhnya ke dekat Kakek dan Nenek, "Dari yang saya dengar kabar burungnya. Gadis itu mendapat penghargaan tingkat tinggi dari putra rumah ini."

Nenek menatap tajam Bibi Im. Membuat wanita biro jodoh itu menunduk agak takut. "Aku tidak memanggilmu ke sini untuk membicarakan gosip murahan di masyarakat. Cukup lakukan tugasmu dengan baik, dan segera pergi. Jangan banyak bertanya!" bentak Nenek yang diberi anggukan setuju oleh Kakek.

Kembali ke Jake yang sudah sampai di kamar Rei. Ia mendekat ke arah kamar mandi, dimana perasaannya mengatakan Rei berasa di dalamnya.

"Rei, kamu di dalam?" Tidak ada jawaban.

"Rei, kamu marah denganku?"

"A-Aku minta maaf, sungguh. Aku tidak akan mengganggu kamu saat bermain lagi."

"Rei.."

"Rei, jangan buat aku khawatir. Kamu baik-baik saja?"

"Rei, aku benar-benar minta maaf soal ini."

"Rei.."

"Rei.."

Jake terus memanggil, sesekali mengetuk pintu kamar mandi di depannya. Saat akan mengetuk lagi, pintu terbuka. Menampilkan Rei dengan pakaian yang sudah diganti, dari yang tadinya merah muda menjadi cokelat tua.

Jake dibuat bingung dengan pergantian gaun Rei. Tapi kiranya itu bukan yang paling penting untuk sekarang. Jake menangkup wajah bulat Rei, mengarahkan wajah itu agar netra Rei menatapnya.

"Ada apa? Kenapa kamu lari? Kamu marah?" tanya Jake. Masih berpikir bahwa Rei marah padanya karena dijahili di depan umum.

Rei menggeleng dengan susah payah, Jake agak menekan wajahnya -tidak terlalu kasar-. "Lalu?" Jake menelisik dari wajah, hingga bagian kaki Rei. "Ada yang sakit?"

METANOIA | Jake x Rei [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang