Ini hari minggu, Rei duduk di depan meja riasnya. Rei sibuk membenahi kerah dan lengan bajunya, rambut sepunggung di sisir rapih ke bawah. Rei mengambil bagian atas rambutnya, dibagi dua lalu diikat dan diberi pita berwarna abu-abu.
Gaun Rei kali ini tidak lebih spesial dari gaun sehari-harinya. Warna abu-abu dipilih agar tidak terlalu mencolok, panjang bajunya sebetis, tangannya hanya seperempat. Karena ada gelang-gelang di tangan yang dipakai banyak sekali, ini saran dari Ibu.
Gelang kakinya sudah diganti dengan yang lebih tidak berisik dari sebelumnya. Tapi tidak kalah cantik. Perhiasan yang dipakai Rei kali ini adalah perhiasan emas biasa.
Jake berdiri sambil bersandar di pintu kamar. "Kamu akan menghabiskan waktu dengan terus berhias?" sindir Jake main-main.
Rei terkekeh singkat. Gadis itu segera bangkit menghampiri Jake. Ada jarak dua langkah kaki di antara keduanya, Rei menatap penuh harap Jake.
"Kamu cantik," puji Jake. Ini adalah yang diharapkan Rei. Pujian sederhana yang membuat rasa percaya diri Rei meningkat drastis.
Jake meraih lengan Rei, menggenggam tangan mungil itu erat. Mereka menuruni tangga dibarengi ocehan Rei mengenai betapa bersemangat gadis itu untuk jalan-jalan di pasar Alindra yang sangat tersohor di seluruh Dineshcara.
Di anak tangga terakhir, keduanya bisa melihat Nenek dan Kakek duduk santai di ruang keluarga. Ada Ibu yang sedang mengupas apel untuk nanti dikeringkan. Ayah dan Paman sudah pasti ada pekerjaan di luar rumah.
Jake membawa Rei mendekati anggota keluarga yang lain untuk berpamitan. Jake menerima banyak uang dari Nenek dan Kakek, belum lagi Ibu yang dititipi uang oleh Ayah untuk dirinya. Wah, panen besar.
Jake awalnya ingin membawa serta uang tabungannya, tetapi mungkin itu tidak perlu. Uang yang sekarang ada di kantong celana dan bajunya lebih dari cukup. Uang tabungannya bisa untuk kebutuhan lain.
"Jangan pulang terlalu sore. Kalian harus sudah di rumah sebelum makan malam," peringat Nenek. Jake mengangguk mengerti.
Ini masih pagi, jadi mereka punya banyak waktu untuk berjalan-jalan. Sepasang jodoh itu keluar dari rumah, di depan gerbang rumah keluarga Sim sudah ada dua pemuda menunggu.
"Aaa! Imut sekali!" pekik lelaki yang lebih pendek. Lelaki yang lebih tinggi di sebelahnya memukul kepala si pendek agak kencang. Sungguh mengagetkan.
Tangan Rei yang bebas memeluk lengan Jake tiba-tiba. Gadis itu mundur guna bersembunyi di balik tubuh jodohnya. Jake yang melihat itu tersenyum kecil, dia menatap tajam dua pemuda di hadapannya.
"Hallo Nona manis," sapa Jay. Si pemuda Ibukota yang lebih pendek dari pemuda di sebelahnya, Sunghoon.
Rei mengintip sedikit dari pundak Jake, gadis itu belum mau menunjukkan dirinya. Masih harus berlindung. "Tidak apa-apa," bisik Jake yang hanya didengar Rei.
"Perkenalkan, namaku Jay Park, si lelaki Ibukota yang modern dan keren. Lelaki di sebelahku ini namanya Park Sunghoon, duda dan sangat kaku. Walaupun marga kami sama, tapi sungguh, kamu harus percaya bahwa kami tidak memiliki tali persaudaraan sama sekali," cerocos Jay. Jay menekan kata 'duda', membuat Sunghoon dongkol sendiri.
Jay mengulurkan tangannya, mengajak bersalaman. Tetapi hal itu hanya dilirik Rei yang lanjut menatap bingung Jake. Gadis itu sudah keluar dari persembunyian selepas Jake mengatakan dua lelaki di depan mereka adalah temannya.
Sunghoon menendang tulang kering Jay main-main. "Dilarang bersalaman atau memiliki kontak fisik dengan wanita yang sudah berjodoh, apalagi di depan jodohnya sendiri. Ini Alindra, kawan, bukan Ibukota mu yang modern itu," nasihat Sunghoon yang entah kenapa menjadi bijak.
KAMU SEDANG MEMBACA
METANOIA | Jake x Rei [✓]
FanfictionDineshcara, adalah daerah yang berada di sebuah negeri nan jauh di sana. Negeri yang nyaris tidak tersentuh dunia, Lavani. Dineshcara mencakup enam desa, tetapi desa yang paling terkenal adalah desa Alindra sebagai pusat pemerintahan, juga menjadi...