23. Surat Pertama

243 37 4
                                    

Jake berjalan bersama dua temannya di pasar. Jay sedari gang masuk pasar sudah sangat berisik, bertanya pada Sunghoon apakah di sini dia akan menemukan gadis tanpa jodoh.

Dan dengan kesal Sunghoon selalu menjawab bahwa itu hal mustahil. Jay ini tidak mengerti juga, tidak akan ada gadis lajang berkeliaran di pasar. Mereka pasti berjodoh, paling tidak jika yang belum berjodoh pasti anak-anak perempuan.

Atau ada yang tidak berjodoh, tetapi seorang janda muda. Ya, hanya tiga pilihan itu saja, tidak akan ada yang lain.

Baru seperempat jalan lurus pasar, tapi tangan Jay sudah penuh dengan berbagai bungkus makanan. Pemuda kota ini, benar-benar. Sudah berisik, banyak makan lagi.

Sunghoon yang menatap Jay seperti itu, menggeleng. Mengasihani Ibu Park yang pasti kewalahan menghadapi Jay.

Jake tidak mempedulikan apa yang dilakukan teman-teman di belakangnya. Ia sibuk memandang sekeliling, melihat-lihat para pedagang dan dagangan yang ditata rapih di depan lapaknya.

Jake berhenti di salah satu toko penjual boneka-boneka kecil. Membuat Sunghoon dan Jay di belakang yang sibuk berdebat dan tidak mengetahui kalau orang di depan mereka berhenti, menubruk Jake dengan cukup kencang.

Jake bahkan hampir tersungkur apabila tidak ditahan Paman penjual di toko tersebut. Sunghoon dan Jake nyengir, merasa bersalah sementara Jake mendelik kesal.

Jake masuk ke toko yang langsung disambut penuh hormat oleh si pedagang. Siapa yang tidak mengenal pemuda ini di Alindra? Sim Jaeyun, atau yang entah bagaimana ceritanya memiliki nama panggilan Jake.

Biarkan itu jadi urusan mereka orang kaya. Si Paman penjual boneka tersenyum, berjalan di belakang Jake sembari menawarkan beberapa koleksi boneka terbaik.

"Untuk Rei, huh?" tanya Jay, yang sebenarnya hanya meledek saja. Sunghoon yang bosan mendengar Jay bicara menjejali mulut kecil Jay dengan kue basah yang dibeli lelaki itu sendiri.

Jay memukul bahu Sunghoon kencang dengan telapak tangan penuh remahan kue. Melihat hal itu jelas Sunghoon yang tidak kalah sumbu pendek ini segera membalas perbuatan Jay dengan menempeleng kepala Jay.

Dan kedua pemuda tampan itu saling pukul, membuat Jake di depannya malu sendiri. "Berhentilah! Kalian membuatku malu," kesal Jake.

Jay dan Sunghoon menoleh dengan wajah bodoh mereka. Tangan masing-masing dari mereka berada di atas kepala lawannya, menjambak rambut. Jay jadi yang pertama melepaskan tangannya, dilanjut olwh Sunghoon yang langsung mengusap tangannya ke atasan yang dia pakai.

Jay bersiap memukul Sunghoon lagi, sebelum ia melihat Jake menatapnya tajam. Jay menurunkan tangannya, sibuk makan jajanan yang dibelinya lagi.

Setelah kembali tenang, Jake mengambil dua boneka berukuran kecil. Satu boneka bebek dengan warna kuning menyala, Rei milik anak bebek di mata Jake. Bibir Rei tebal dan sering maju, mirip bukan dengan bebek?

Satu lagi boneka beruang warna cokelat. Entahlah, tidak ada alasan khusus, Jake hanya berpikir kalau Rei akan menyukai hadiah kecil darinya.

Jake menyerahkan dua pilihannya ke penjual, setelah menyebutkan harga, si penjual menerima beberapa lembah uang dari Jake.

Jake menerima boneka-boneka miliknya yang dibungkus kertas koran, tidak ada kantong kresek di sini. Jake keluar dari toko, berjalan kembali melihat-lihat, siapa tahu ada yang menarik lagi untuk dibeli.

Dia baru pulang sekolah bersama teman-temannya, Jake yang secara sengaja mengajak dua orang itu untuk pergi menemani dia ke pasar.

Jake bilang hanya ingin melihat-lihat saja. Tetapi sebenarnya, Jake memang berniat membeli sesuatu, kalau tidak dia tidak mungkin membawa serta seluruh uang tabungannya.

METANOIA | Jake x Rei [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang