Atas permintaan Jake beberapa hari lalu, ia dan Rei tidak tidur sekamar. Jake tetap di kamarnya dan Rei juga tetap di kamar yang ditempatinya sejak datang ke kediaman keluarga Sim, namun mulai sekarang tidak akan ditemani Ibu mertuanya itu.
Setiap pagi, setelah Rei bangun, ia langsung membersihkan kamarnya. Lalu setelah Jake berangkat sekolah, dia akan membersihkan kamar Jake, yang sebenarnya sudah dirapikan apa adanya oleh si pemilik.
Seperti saat ini, Jake sudah berangkat ke sekolah. Rei juga sudah sarapan dan selesai mencuci piring juga merapihkan dapur bersama Ibu. Kini ia di kamar Jake untuk membersihkannya.
Beberapa baju kotor berserakan di lantai dan ranjang, seperti biasanya. Rei mulai memunguti baju-baju itu, sebagian sudah kotor dan sebagian masih bersih, mungkin baju yang sempat dicoba namun tidak jadi dipakai.
Baju dan celana kotor dimasukkan ke dalam keranjang cucian di sudut kamar. Kamar Jake sangat luas, dua kali lipat lebih luas dari kamar yang ditempati Rei. Lanjut dengan membuka lemari yang tidak disangka langsung menghamburkan baju-baju yang bertumpuk tidak rapih ke luar.
Rei menghela nafas kasar, ia memilih mengeluarkan semua pakaian Jake dan melipat ulang baju-baju itu. Menatanya sedemikian rupa agar mudah diambil dan terlihat rapih. Selesai dengan pakaian, Rei membereskan tempat tidur yang sprei-nya tidak terpasang baik.
Lalu meja belajar yang sangat berantakan, heran, seberapa rajin Jake sampai semua bukunya terbuka di atas meja. Rei menutup buku-buku itu dan menumpuknya di sudut meja, lampu belajar disimpan di pojokan agar tidak memakan tempat, dan alat-alat belajar lainnya.
Di dekat jendela yang terbuka, terdapat sopa panjang yang muat untuk tidur satu orang. Banyak alat olahraga di sana, bola, tongkat baseball, juga raket badminton. Rei mengambil dan menatanya di sudut belakang sopa agar tidak terlihat berantakan.
Setelah semua benda kembali ke habitat mereka, barulah Rei mulai menyapu lantai hingga mengepelnya. Terakhir adalah membersihkan kamar mandi. Kamar mandi tidak dibersihkan setiap hari, Ibu bilang bersihkan setiap seminggu sekali saja. Dan ini adalah minggu kedua ia memberikan kamar mandi Jake.
Pasta gigi tidak ditutup, sabun mandi tidak pada tempatnya, sikat gigi yang entah bagaiman bisa ada di lantai. Bagaimana cara Jake mandi sampai kamar mandinya berantakan seperti ini?
Rei menyikat setiap sudut kamar mandi. Rei menghembuskan nafas lega melihat kamar mandi dan kamar tidur yang sudah sangat jauh lebih baik. Ia berjalan santai menuju kamarnya untuk membersihkan dirinya sendiri.
Jangan tanya bagaimana kondisi kamarnya, tentu sangat bersih, rapih, dan wangi. Rei setiap pagi dan sore menyemprotkan cairan pewangi pemberian Ibu mertuanya. Selain untuk wewangian, cairan itu juga berfungsi untuk mengusir nyamuk dan serangga lainnya.
Rei yang baru selesai mandi memilih dress warna krem sebatas lutut dan tangan panjang dengan model terompet, bagian leher tidak terlalu terbuka karena itu dilarang. Sangat cocok di tubuhnya yang mini. Rei sangat berterima kasih pada Ibu yang memilihkan pakaian-pakaian yang tersedia di lemarinya.
Rambut sebahu kecokelatan yang basah dikeringkan dengan handuk kecil. Setelah setengah kering barulah Rei menyisirnya dengan pelan. Wah, Rei memuji cantik dirinya sendiri. Rei menambahkan aksesoris berupa jepit warna putih pada bagian poni yang mulai memanjang. Mungkin nanti ia akan meminta Ibunya memotongkan poni.
Rei memoles wajah manisnya dengan riasan tradisional semi modern yang diberikan Ibu dan Nenek. Pantas saja semua warga desa Alindra yang datang di upacara perkenalan memujinya cantik, dia memang cantik.
Rei tersipu malu akan pemikiran narsisnya itu. Rei mengeluarkan kalung simbol -ia bersuami- ke luar bajunya. Gelang-gelang emas yang ia pakai semakin cantik setelah kemarin dibawa Ayah ke tempat khusus membersihkan perhiasan. Rei juga memakai anting sederhana di kedua telinganya.
Sebuah gelang kaki warna emas dengan manik-manik merah muda terpasang apik. Ini dipasangkan oleh Jake ketika upacara terakhir perpindahan Rei ke sini. Kalau diingat, wajah Jake sangat menyebalkan waktu itu.
"Putriku," panggil seseorang dari luar kamar, dari suaranya Rei bisa tahu bahwa itu adalah suara Ibu. Ia segera keluar menghampirinya.
"Sudah selesai beres-beres?" tanya Ibu. Rei hanya mengangguk mengiyakan.
"Baiklah, sekarang waktunya untuk kita memasak makan siang untuk semua orang," ajak Ibu. Rei mengangguk antusias, kegiatan paling menyenangkan di rumah ini adalah membantu Ibu memasak. Banyak hal yang bisa dilakukan, ia sering bertukar cerita dengan Ibu di dapur, sampai-sampai pernah ditegur Nenek karena terlalu bersisik.
Mereka turun ke lantai bawah, berjalan menuju dapur. Rumah sebesar ini sangat sepi di jam-jam seperti sekarang. Kakek dan Nenek sedang pergi ke rumah orang-orang yang berhubungan dengan bisnis mereka, Ayah dan Paman juga pergi ke tempat mereka bekerja di dekat pasar.
Secara singkat, keluarga Sim memiliki beberapa usaha di antaranya memiliki peternakan sapi, kerbau, dan kambing yang bukan hanya berada di Alindra saja. Ada banyak anak buah yang dipekerjakan di sana. Mereka juga menyewakan lahan-lahan untuk digunakan warga desa, salah satunya adalah blok selatan kios-kios di pasar Alindra, itu milik keluarga Sim yang disewakan.
Mereka juga memiliki berbeda kuda dan keledai yang diperuntukkan sebagai hewan pengangkut barang dan manusia (kalau di kita namanya delman, ya) yang dijalankan oleh pekerja yang menyewa.
Sebuah perkebunan luas yang berada di luar Alindra, tepatnya di bagian timur Lavani yang dominan pegunungan subur. Paman yang mengambil tanggung jawab di sana sejak istrinya meninggal, sebab itu Paman jarang ada di rumah.
Rei dan Ibu baru selesai memasak, mereka menatanya di meja makan. Kakek dan Nenek sudah duduk, Ayah yang pulang untuk istirahat juga sudah duduk, sementara Paman sedang tidak di rumah.
Rei dan Ibu berdiri menunggu giliran dengan tenang.
"NYONYA, NYONYA!"
"TUAN! TUAN!"
Nenek melotot marah ke arah pekerjanya yang berteriak-teriak keras ketika dirinya baru mau mulai makan. Pekerja itu menunduk merasa bersalah, tetapi apa yang harus ia sampaikan sangat penting.
"Beraninya kau berteriak ketika kami akan makan!" hardik Nenek. Kakek juga sama kesalnya.
"Tidakkah kau diberi pelajaran sopan santun sebelum bekerja di sini?!" Pekerja itu gemetar mendengar bentakan Nenek. Tangannya berkeringat dingin, lidahnya terasa ditarik hingga sulit bicara.
Rei menatap pekerja itu dengan sedih, pasti pekerja itu takut mendengar Nenek dan Kakek membentaknya. "Paman, ada apa?" tanya Rei selagi Kakek dan Nenek diam.
Paman pekerja itu semakin diam ketika Rei bertanya. Hal itu membuat Nenek dan Kakek semakin murka. "Katakan cepat dan enyahlah dari sini!" teriak Nenek, final.
"Tuan, Nyonya, No-na Rei," ada jeda cukup lama membuat semua orang semakin penasaran dan kesal, "orang tua Rei, mereka dalam perjalanan ke sini, tetapi.."
Mendengar orang tuanya disebut, membuat perasaan Rei tidak nyaman seketika.
"Tetapi bus yang mereka tumpangi kecelakaan."
"Orang tua Nona Rei, meninggal di tempat."
***
R.I.P Tuan dan Nyonya Naoi :)Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
METANOIA | Jake x Rei [✓]
FanfictionDineshcara, adalah daerah yang berada di sebuah negeri nan jauh di sana. Negeri yang nyaris tidak tersentuh dunia, Lavani. Dineshcara mencakup enam desa, tetapi desa yang paling terkenal adalah desa Alindra sebagai pusat pemerintahan, juga menjadi...