26. Nenek Penasaran

236 35 4
                                    

Hari kedua Rei dan Jake tidur satu kamar. Dan sudah dua pagi ini Nenek terus memerhatikan gerak-gerik Rei. Setiap pagi, Nenek sering sudah duduk di meja makan atau ruang keluarga. Hal ini terus berlanjut hingga satu minggu lamanya.

Ingin tahu apa yang diperhatikan Nenek? Cara berjalan Rei. Nenek selalu menunggu sembari melihat cara berjalan Rei. Dan sampai sekarang masih normal-normal saja.

Nenek juga rutin memberikan minuman herbal setiap pagi dan malam kepada Rei. Rei meminumnya tentu saja, Ibu bilang itu sehat. Tapi melihat Nenek yang menatapnya penuh penasaran membuat Rei agak risih juga lama kelamaan.

"Nenek kenapa sering memerhatikan aku, ya, akhir-akhir ini?" adu Rei pada Jake yang sedang memeluknya dari belakang.

Hari masih sore, Rei dan Jake sedang berdiri di dekat jendela. Melihat-lihat pemandangan desa dari kamar keduanya. Jake menggesekkan hidung mancungnya di bahu pundak Rei.

"Kamu tidak suka?" tanya Jake, mengeratkan pelukannya.

"Bukan. Hanya tidak nyaman, terlebih Nenek lebih fokus melihat ke kaki. Apa kakiku aneh?" Rei mendongak mencari wajah Jake. Kesempatan ini digunakan Jake untuk mengecup pipi jodohnya itu.

Jake mengalihkan pandangannya dari keluar menjadi menatap Rei. Lalu mengalihkan pandangannya lagi keluar jendela. Otaknya mulai berpikir sebuah kemungkinan alasan dari Nenek.

Setelah ia mendapatkan alasan paling masuk diakal, Jake menyunggingkan senyum kecil. Nenek melakukan semua itu tidak lain adalah mengecek kegiatan malam keduanya dari cara berjalan Rei.

Jake juga sering melihat Nenek mendengus saat harapannya tidak terjadi setelah melihat Rei yang berjalan dengan normal tanpa perubahan apapun. Tentu saja, mereka tidak melakukan apapun. Hanya tidur yang diawali membaca dongeng.

Jake mungkin harus berbicara pada Nenek. Memberi alasan paling bisa diterima oleh akal Nenek. Nenek mulai bersikap baik pada Rei, Jake tidak boleh membuat Nenek kembali seperti semula.

"Kakimu cantik. Mungkin gelang kaki baru yang dibelikan Ayah terlalu berisik sehingga Nenek terus memandangnya," balas Jake.

Rei mundur sedikit, melihat gelang kaki baru yang dibelikan Ayah seminggu yang lalu. Gelang kaki emas dengan mutiara dan lonceng-lonceng kecil di seluruh bagian gelangnya. Ya, Jake benar. Mungkin ini terlalu berisik.

"Um, mungkin aku harus menggantinya." Jake mengangguk menyetujui apa yang dikatakan Rei.

"Jaeyun," panggil Rei. Dari nada yang dikeluarkan, Jake tahu apa yang ingin diutarakan jodoh gemasnya ini.

"Kapan aku bisa keluar dari rumah?" tanya Rei, untuk kesekian kali.

"Kamu sudah pernah keluar rumah," jawab Jake, menyebalkan.

"Ini berbeda." Rei sampai berbalik untuk menatap wajah Jake. Rei mendengus melihat ekspresi jahil yang dipakai Jake.

"Aku pergi ke Champa untuk berduka, lalu kemarin-kemarin ke peribadatan untuk sebuah upacara. Aku ingin keluar tanpa kegiatan khusus, hanya ingin jalan-jalan saja," rengek Rei tanpa dia sadari. Lelaki di depannya jelas merasa gemas luar biasa.

"Orang-orang bilang kalau jodoh perempuan tidak boleh meninggalkan rumah jodoh lelakinya sebelum satu tahun tinggal. Tapi aku 'kan istimewa, kamu selalu bilang itu. Aku bisa melanggar aturan yang ada, salah satunya keluar rumah.." Rei mengangkat kedua tangannya dengan jari yang dipisahkan, agar dengan jelas terlihat ada sepuluh.

"Ayo hitung. Aku sudah-" Rei diam sebentar, "bulan apa aku datang?" Dan Rei tidak ingat nama-nama bulan dalam setahun.

Rei menurunkan tangannya, memeluk Jake lebih erat dari sebelumnya. "Bawa aku keluar rumah," lirihnya.

METANOIA | Jake x Rei [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang