07. Kamar Berdua?

347 43 0
                                    

Sudah hampir satu minggu Rei tinggal di rumah Jake. Ia selalu tidur di kamar bersama Ibu, dan Ayah sesekali tidur di kamar Jake atau di kamarnya sendiri.

Kemarin, rangkaian upacara pindahannya resmi selesai. Hari ini Rei mulai menjalani hari-hari normal sebagai menantu di rumah keluarga Sim. Tidak banyak yang dilakukan Rei, hanya membantu Ibu memasak di dapur, membereskan bekas makan setelahnya, membersihkan kamar masing-masing. Oh, mulai hari ini dia akan membersihkan kamar Jake juga.

Jake baru pulang sekolah sore hari ini, ia diminta duduk oleh Nenek dan Kakek di ruang keluarga entah untuk apa. Ayah, Ibu dan juga jodohnya ada di sana, kecuali Paman yang sedang ada urusan di luar.

Jake meminta izin untuk menyimpan tas serta berganti pakaian terlebih dahulu, baru setelah itu kembali duduk di kursi bersama Kakek-Neneknya.

"Gadis itu sudah satu minggu di sini," mulai Nenek. Perkataan Nenek membuat Jake menoleh ke arah Rei yang sedang berdiri bersama Ibunya.

Jake kembali menatap Neneknya, di wajahnya terpampang raut penuh tanya. "Lalu?"

"Kalian akan segera sekamar," ucap Nenek yakin. Ibu yang sudah menduga hal ini yang akan dibahas menoleh ke arah suaminya. Mereka sudah lebih dulu bicara hal yang sama sebelumnya.

"Apa itu harus?" tanya Jake. Ia tidak ingin membagi kamarnya. Sudah cukup perhatian Ibu dan Ayah, jangan kamarnya.

"Tentu saja, ini tradisi."

"Ibu," panggil Ayah Jake, mengintruksikan.

"Aku dan istriku punya keputusan kami sendiri," katanya. Nenek yang mendengar itu melotot tak terima, seolah tidak percaya putranya menentang ia dan juga tradisi yang sudah dijalankan dari lama.

"Kami tidak akan membuat Rei dan Jake sekamar dalam waktu dekat. Aku tahu ini menentang tradisi, tapi ini demi kebaikan mereka berdua, Bu," jelas Ayah, berniat agar Nenek mengerti alasannya.

"Apa-apaan kau ini?!" sentak Nenek. Kakek di sebelahnya kaget sendiri.

"Ibu, pokoknya mereka akan tidur terpisah, setidaknya sampai Rei agak lebih besar. Dia masih terlalu kecil," bela Ayah Jake.

"Masih kecil? Aku melihat dunia lebih lama darimu, aku tahu apa yang benar dan salah. Aku juga tidur dengan Ayahmu ketika usiaku 11 tahun, jangan mencari-cari alasan," cecar Nenek. Kakek mencoba menengahi, tetapi ia tahu tidak akan berhasil.

"Iya. Ibu tidur dengan Ayah sejak Ibu 11 tahun, lalu apa? Ibu mengandung untuk pertama kalinya diusia 13, huh? Keguguran dan hampir meninggal. Begitu?" Ayah segera bicara lagi sebelum Nenek menginstruksi.

Mata Nenek melotot seram mendengar putranya mengolok-olok dia di hadapan anggota baru keluarga mereka.

"Ibu, kita punya catatan hitam tentang ini. Apa yang pernah terjadi pada Kaak ipar, dan juga putriku tidak akan aku biarkan terjadi juga pada Rei, dia datang dari jauh bukan untuk pulang dengan hanya namanya saja. Ibu mengerti?" Nenek yang mendengar mengepalkan tangannya tak terima, seolah di sini dia dipojokkan putranya sendiri.

"Lagipula, Jake putraku. Aku lebih dari berhak untuk mengatur apa yang harus dan tidak harus dilakukannya," final Ayah.

"Kau berani sudah berani menentang Ibumu sendiri? Demi gadis kumuh itu?" tantang Nenek.

"Istriku, sudah. Biarkan saja," tenang Kakek, ia melihat Rei yang menunduk takut di sebelah menantunya.

"Ayah, Nenek. Aku tidak mau tidur sekamar dengan Rei," interupsi Jake yang sedari tadi bosan mendengar perdebatan antara Ayah dan Neneknya itu.

Jake memandang Ayahnya yang memberi isyarat untuk tidak ikut ke dalam perdebatan yang tengah panas. Tapi Jake tetaplah Jake, dia mewarisi sifat keras kepala Neneknya, ia tidak peduli.

METANOIA | Jake x Rei [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang