12. Diusir

252 38 2
                                    

Dua hari sejak perselisihan kecil dengan kelas 11, Ibu Guru Park berdiri tegak menghadap banyak murid dan warga desa tengah berteriak-teriak menyorakinya.

Ibu Park bukan hanya menjelaskan sejarah kelam Lavani pada kelas 11 tapi semua angkatan Sekolah Menengah Atas. Dan hasil dari semua itu adalah demonstrasi yang kini ia hadapi. Jay berdiri di depan Ibunya, guna menjadi garda terdepan perlindungan.

Para Guru dan Kepala Desa mencoba menenangkan warga. Jake dengan tas gendongnya berdiri bingung melihat keramaian di depan bangunan sekolahnya.

Sunghoon juga sama diamnya, padahal semalam ia sudah menghafalkan materi mata pelajaran Bahasa Lava lama beserta aksaranya. Sungguh menyebalkan apabila ulangan ini dibatalkan.

"Tenang semuanya, tenang. Katakan dengan jelas apa yang kalian inginkan," titah Kepala Desa setelah warga desanya diam.

"Usir Ibu Park dari sini, dia pasti berniat buruk pada desa kita," teriak salah satu warga.

Yang datang hanya murid-murid Menengah Atas dan Ayah mereka. Tidak ada wanita yang datang, benar kata Bu Park, para wanita dan gadis disembunyikan di desa ini.

"Jika bukan karena ditugaskan Menteri Pendidikan Lavani, aku dan Ibuku tidak akan datang ke sini," balas Jay yang memang bersumbu pendek.

"Maka pergilah, kami tidak akan mengubah aturan kami, ini adalah yang terbaik," teriak salah satu warga lainnya.

"Kalian orang kota tidak mengerti apa-apa!" hardik warga desa lainnya, lagi.

"Kalian yang sok tahu tentang saya," sergah Bu Park akhirnya.

"Jika kalian pikir saya tidak tahu apa-apa, saya tahu banyak hal tentang tempat ini. Jika kalian berprasangka saya tidak merasakan apa yang kalian rasakan, saya merasakannya," lanjutnya. Air matanya jatuh sebelum dia berani menyambung kalimatnya lagi.

"Saya juga berasal dari Sabitah, saya lahir di desa yang menganut tradisi perjodohan juga, saya juga pernah tinggal dengan jodoh saya waktu remaja," sambungnya sedikit tersendat.

Warga desa diam, seluruh penjuru sekolah hening. Jake dan Sunghoon agak terkejut mendengar itu, mereka pikir Ibu Jay itu benar-benar berasal dari Ibukota murni.

"Saya bodoh, saya tidak sekolah atas peraturan gila kalian. Tapi saya bersyukur mendiang jodoh saya sangat baik, beliau mengajarkan saya menulis dan membaca. Setelah dia meninggal, saya diberi wasiat untuk ke kota dan menemui seseorang.

Seseorang yang akhirnya jadi orang tua angkat saya di Ibukota, saya disekolahkan di sekolah khusus wanita-wanita korban perjodohan dan aturan gila seperti di sini. Saya melanjutkan sekolah hingga ke jenjang kuliah. Saya menjadi Guru untuk mengenang kebaikan mendiang jodoh saya yang mengajarkan banyak ilmu kepada saya."

Kepala Desa diam mendengarkan, hatinya sedikit bersimpati. Tapi, entahlah.

Ibu Park tersenyum lembut membelai wajah Jay yang memandangnya lembut itu. "Dia buka putra kandung saya, dia putra dari pria yang menikahi saya tiga tahun lalu. Dia menerima latar belakang saya, dia menuntun saya lepas dari segala aturan gila Sabitah," katanya.

"Demi sebuah dedikasi dan motivasi dari berbagai pihak di Ibukota. Saya kembali ke Sabitah, meski bukan ke desa tempat kelahiran saya. Saya tidak akan kembali sebelum terjadi perubahan di sini, karena Dineshcara menjadi yang terparah soal pernikahan dini," tuturnya yakin.

"Sesering apapun kalian mengusir saya, separah apapun teror yang kalian kirim ke rumah saya, saya akan tetap di sini. Saya ingin melihat anak-anak perempuan bebas bermain dan belajar. Tidak seperti masa kecil saya dahulu."

"Saya tidak akan banyak bicara soal remaja yang sudah terlanjur menikah. Pernikahan itu ikatan yang suci dan bukan main-main hingga bisa dilepaskan begitu saja karena aturan yang diubah. Tapi setidaknya, jangan biarkan mereka serumah dan sekamar ketika masih sangat kecil. Jangan biarkan anak-anak perempuan itu hamil diusia yang sangat muda, mereka belum siap. Apakah kalian tidak merasa berdosa secara tidak langsung mengakibatkan angka kelahiran yang rendah dan kematian terhadap perempuan sangat tinggi."

Seorang warga desa dari arah belakang berlari dan melempar sebuah batu kecil, tepat mengenai kening Bu Park. Hal itu jelas memancing emosi Jay di depan Ibunya. Bu Park segera menahan Jay yang akan melawan.

"Berhenti bicara dan pergilah!" Seruan demi seruan bergema di penjuru sekolah setelah agak lama hening. Warga desa lain yang awalnya mulai bersimpati, menjadi gagal dan kembali terprovokasi.

"Pak Kepala Desa, seluruh warga desa sepakat untuk mengusir Guru sok tahu itu, apa lagi yang Bapak tunggu?" tuntut warga yang tadi melempar batu.

"Ya, kami setuju."

"Ya, Kepala Desa cepat usir wanita itu."

Dan seruan-seruan lainnya yang memiliki satu makna, usir Ibu Guru Park.

Jake mendekat dan berdiri di dekat Jay di hadapan semua orang. Sunghoon mengejar dengan langkah pelan.

"Ada apa Jaeyun?" tanya Kepala Desa yang kaget melihat cucu dari keluarga terkaya di desa berada dekat dengannya. Kepala Desa agak cemas karena terakhir kali berurusan dengan keluarga Sim dia mendapat pukulan di punggungnya oleh Tuan Besar mereka.

"Aku ingin Ibu Guru tetap di sini, dia tidak akan kemana-mana," katanya, lugas. Seolah apa yang diucapkan tidak menimbulkan apa-apa ke depannya.

"Apa maksudmu, dia sudah ikut campur dan melanggar kontrak kerja yang dia tandatangani sendiri!" cecar pria si pelempar batu.

"Bu Park tidak melanggar apapun. Dia tidak merusak satu upacara pernikahan mana pun, jadi di bagian mana Bu Park melanggar kontraknya?" tanya Jake, entah dia dapat keberanian dari mana.

Sebenarnya Jake memang tidak takut pada siapapun di desa, kecuali Kakek dan Neneknya. Ia percaya bahwa Kakek-Neneknya akan selalu melindungi dan menjamin keselamatannya.

"Sekali lagi, tidak ada yang dilanggar oleh Ibu Park. Apa yang dikatakan di kelas adalah sejarah yang dipelajari dan sengaja disebarkan oleh negara. Jika hal itu membuat banyak orang tersinggung dan terganggu, itu bukan salah Ibu Park sama sekali," jelas Jake lagi.

"Lagipula, jika Ibu Park diusir dari desa ini tanpa melakukan pelanggaran apapun. Yang ada, pemerintah pusat akan bertindak. Mungkin saja, izin keistimewaan Sabitah akan dicabut. Upacara-upacara yang selama ini kita jalankan akan dihentikan secara paksa, tradisi yang ada akan jadi ilegal dan tidak bisa mendapatkan pengakuan resmi."

"Apa yang kalian agungkan bisa jadi alasan dipenjarakan apabila benar Sabitah kehilangan hak istimewanya karena alasan se sepele pengusiran Ibu Park di mata kalian."

Ibu Park tersenyum kecil mendengar apa yang dikatakan Jake. Dia memang tidak tahu ke mana Jake berpihak, tapi dia bisa menduga bahwa Jake mulai goyah kepercayaannya kepada segala rupa adat di Dineshcara.

Para warga desa diam serentak, Kepala Desa juga terdiam memikirkan apa yang dijelaskan Jake. Hal itu ada benarnya, pasti yang rugi akan keseluruhan Sabitah.

Walaupun tidak semua warga Sabitah masih menjalankan tradisi lama, kebanyakan yang masih menjalankan adalah Dineshcara dengan tanpa menyerap tradisi baru. Masih murni dengan kegilaan terdahulu.

Ibu Park adalah orang yang diutus secara langsung oleh Menteri Pendidikan, maka jika dia diusir tanpa ada kesalahan apapun, akan berdampak buruk bagi Sabitah.

Mereka akan kehilangan hak istimewa secara keseluruhan wilayah. Karena tinggal Sabitah yang menjalani tradisi perjodohan ini, dan Dineshcara yang paling ekstrim.

"Jake benar, jika kalian terus memaksa saya untuk pergi. Setidak ingin apapun saya, saya bisa apa 'kan?" sombong Ibu Park.

"Kalian masih ingin saya pergi dan mengadukan perlakuan kalian kepada saya, huh?" Bu Park mengusap keningnya yang berdarah akibat lemparan seorang pria tua.

Kerumunan dibubarkan segera setelah Kepala Desa mengatakan akan membicarakan masalah ini secara pribadi dengan Bu Park dan orang pemerintahan Dineshcara dan Sabitah.

Jake berjalan bersama Sunghoon dan Jay. Sunghoon menggerutu sepanjang perjalanan menuju kelas, dia kesal gagal ulangan Bahasa Lava lama karena demonstrasi yang barusan bubar.

Berbanding terbalik dengan Jake yang melamun sepanjang jalan. "Sekolah khusus wanita-wanita korban perjodohan dini yang tidak diperbolehkan sekolah?"


***
Sekolah khusus? Saya rasa alur cerita ini mudah ditebak ke depannya.

Hallo! Saya sudah kembali pulang ke rumah. Besok saya double up, ya, jika ingat.












Bersambung...

METANOIA | Jake x Rei [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang