Jake duduk dengan gugup di kursinya. Satu persatu nama teman satu kelasnya dipanggil, mereka maju lalu keluar ruang kelas.
Sekarang sudah bulan April, bulan dimana kelulusan Jake diadakan. Tidak ada perayaan berarti, hanya pembagian surat kelulusan -apabila lulus-, juga pembagian hasil ujian masuk universitas -bagi yang mengikuti.
Hanya 16 dari total 38 siswa yang mengikuti ujian masuk universitas di sekolah, termasuk Jake dan Sunghoon di dalamnya.
Waktu memang tidak terasa. Seolah baru kemarin Jake menginjakkan kaki di area SMA, namun hari ini, Jake akan keluar area SMA untuk benar-benar meninggalkan dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Jake tersenyum ketika Sunghoon menatapnya dan mengatakan "Duluan" dengan pelan. Ah, Sunghoon, ya. Kejadian tidak mengenakan itu sudah 10 bulan berlalu.
Sunghoon sudah meminta maaf secara utuh kepadanya, namun tidak kepada Rei. Jake rasa masih belum saatnya. Jake tidak yakin soal Rei, mungkin gadis itu masih akan syok dan trauma jika kembali bertemu Sunghoon.
Sunghoon tersenyum kelewat senang ketika meninggalkan kelas. Jake berasumsi Sunghoon lolos ujian masuk universitas. Jake menjadi semakin gugup.
"Sim Jaeyun," panggil Wali Kelasnya.
Jake maju dengan tangan yang berkeringat dingin. Dia tidak ragu, dia percaya pada kemampuan dan kerja kerasnya. Namun, Jake tetap takut akan hasil yang dia dapatkan.
Guru pria itu tersenyum hangat. Menyerahkan map berisi surat kelulusan Jake yang langsung diterima dengan gerakan kikuk.
Guru pria itu nyaris tertawa melihat Jake yang sangat gugup. "Semua baik Nak. Kau mengalami banyak peningkatan. Ya, nilai kelas 12-mu menyelamatkan hasil kelulusanmu. Hasil ujianmu juga baik, semua di atas nilai minimal. Kerja bagus Nak," pujinya.
Jake tersenyum agak lega. Tetapi masih ada yang mengganjal di dalam tubuhnya, mungkin.
Guru tersebut menyerahkan amplop cokelat ke arah Jake yang langsung diterima, lagi, dengan tangan yang lebih gemetar. Lucu sekali.
"Surat hasil ujian masuk universitas milikmu. Selamat Jake, kau lolos. Nilai-nilai dari ujianmu bagus sekali, semua melebihi 80, rata-rata yang kamu dapat 84,5. Itu mencukupi untuk lolos,"
Jake tersenyum senang. Wajah yang sedari tadi terlihat seperti ingin buang air besar tidak ada lagi. Berganti dengan wajah super bahagia.
Benar yang dikatakan Jay, orang tuanya, lalu gadisnya. Semua akan baik-baik saja. Hasil yang diperoleh Jake tidak akan mengkhianati kerja keras Jake.
"Kau bekerja sangat keras, itu sangat sepadan. Bapak harap kamu bisa lebih keras lagi setelah ini, gapai apa yang ingin kamu capai. Buat lebih banyak perubahan menuju kebaikan di Alindra dan kalau bisa Dineshcara," pesan Pak Guru sebelum akhirnya Jake keluar ruang kelas.
"Bagaimana?" tanya Sunghoon ketika keduanya sudah keluar area sekolah. Tempat mereka belajar selama hampir tiga tahun.
Mereka memasuki bangunan ini bertiga, tetapi lulus hanya berdua. Karena Jay sudah kembali ke rumahnya di Ibukota.
"Lulus SMA dan lolos ujian masuk universitas!" pekik Jake, senang. Sunghoon dan Jake berpelukan sebagai selebrasi. Lucu.
"Coba telepon Jay," ajak Sunghoon.
Jake segera mengeluarkan ponselnya dari saku. Mencari nama Jay dan menekan tombol telepon genggam warna hijau.
Tunggu punya tunggu, panggilan telepon itu akhirnya diangkat.
"Jay!" teriak keduanya bersamaan.
Di seberang sana, Jay menjauhkan ponsel dari telinga dan mengusap telinganya yang pengang karena teriakan maut dua manusia Alindra itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
METANOIA | Jake x Rei [✓]
FanfictionDineshcara, adalah daerah yang berada di sebuah negeri nan jauh di sana. Negeri yang nyaris tidak tersentuh dunia, Lavani. Dineshcara mencakup enam desa, tetapi desa yang paling terkenal adalah desa Alindra sebagai pusat pemerintahan, juga menjadi...