Spesial Bab: Jay dan Wanitanya

352 27 8
                                    

Adalah Jay yang sedang melangkah ringan di jalanan milik pejalan kaki New York. Dengan celana bahan tebal warna hitam dan sweater hitam yang dilapisi jaket tebal berwarna peach.

Jay mengedarkan pandangan ke semua penjuru jalanan yang ramai seperti biasa, kota yang tidak pernah tidur, katanya.

Sudah dua bulan dirinya berada di New York atas perintah Ketua Dewan Lavani.

Izinkan Jay sedikit memamerkan pencapaiannya diusia 42 ini. Jay sudah lulus dari jenjang perkuliahan dengan gelar Profesor yang dia dapatkan berkat beasiswa dari pemerintah Lavani.

Jay menyelesaikan pendidikannya S3 di Amerika, sekaligus melakukan studi banding dengan sistem-sistem yang bisa dia terapkan sebagai Sekertaris Menteri Luar Negeri waktu itu.

Jangan salah, jabatan itu bukan lagi milik Jay. Pria dengan tubuh masih bugar diumur kepala empat itu sudah naik jabatan dua kali. Setelah menjadi Menteri Luar Negeri itu sendiri, Jay diangkat menjadi Staff kepresidenan resmi.

Dan masih dia jalani sampai saat ini meski Presiden yang ia temani sudah berganti dua kali.

Lavani banyak berbenah setelah Sabitah akhirnya takluk pada aturan baru negara mereka. Mulai dari mengubah lama masa jabatan orang-orang pemerintahannya.

Presiden yang awalnya bisa 7 tahun menjabat dengan tiga periode, kini hanya 4 tahun masa jabatan dengan dua kali izin periode pemerintahan.

Anggota Dewan dikerucutkan, demi menghemat anggaran dan memaksimalkannya di sedikit orang dengan kinerja baik.

Sampai saat ini, belum ada rumor Jay akan diturunkan. Jay tidak berniat mengundurkan diri, biarkan saja berjalan sebagaimana mestinya.

Jay hampir sampai di apartemen yang dia tempati selama di New York untuk 4 bulan masa tugas. Gedung dengan 17 lantai itu tidak terlihat begitu megah apabila dibandingkan dengan gedung-gedung lain di sebelahnya.

Jay masuk ke dalam, di bagian lobi terdapat resepsionis yang menyapa dengan sangat ramah. Walaupun wajah asing itu terlihat agak bosan melihat Jay yang hampir setiap hari bolak-balik keluar-masuk apartemen bisa 8 kali sehari.

"Pak," panggil seorang petugas keamanan yang berdiri di dekat lift. Jay melirik, alisnya naik, bertanya ada kepentingan apa pria yang mungkin hanya berbeda tiga-empat tahun itu memanggilnya.

"Seseorang menunggu di apartemen Anda," beritahu pria itu. Jay mengangguk saja.

Mungkin rekan kerjanya datang untuk berkunjung. Eh, tapi semua rekan kerja Jay tahu hari ini pria itu meliburkan diri karena kurang sehat, pinggangnya nyeri sejak dua hari lalu.

Jay meminta izin untuk tidak masuk karena akan pergi ke Dokter. Apa sangat mendesak, ya?

Jay masuk ke dalam kotak besi di depannya setelah benda canggih itu akhirnya terbuka. Jay menekan nomor 8, lantai dimana unit apartemen miliknya berada.

Jay melirik bagian dinding lift, lapisan datar tersebut memantulkan keseluruhan dirinya.

Seorang pria matang yang dilihat dari segi apapun sudah sangat mapan untuk sekadar menikah atau memiliki anak. Bahkan, teman-teman zaman sekolah Jay sudah banyak yang berkeluarga.

Contohnya, Jake, Sunghoon, dan Heeseung.

Ya, wajar saja, mereka dari Sabitah. Pola pikir mereka masih tentang menikah segera dan memiliki anak. Meski Sabitah sudah banyak berubah, anak-anak mereka bersekolah tetapi setelah lulus, pernikahan jadi hal pertama yang terpikirkan.

Heeseung dan Jake hasil perjodohan, dan Sunghoon kebetulan bertemu jodoh di kantornya setelah beberapa tahun.

Bicara soal Jake, Jay jadi rindu Rei dan anak-anak imut mereka. Sebenarnya sudah tidak begitu imut, justru mereka bertiga sudah sangat besar dan tumbuh menjadi remaja yang tampan.

METANOIA | Jake x Rei [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang