Rei terbangun dari tidur tidak nyenyak di pagi kedua dalam gudang. Hari ini pengadilan agung Alindra atas kasusnya dengan Sunghoon akan dilakukan.
Selama dua hari dikurung, Rei tidak pernah menyentuh makanan atau minuman yang diberikan untuknya. Batinnya sibuk berperang melawan pikirannya.
Hatinya meyakini bahwa Jake tidak mungkin meragukan dirinya. Sementara otaknya berpikir realistis dengan berdasar apa yang dilihatnya sebagai reaksi pertama dari Jake.
Lelaki itu pergi.
Pintu gudang dibuka, dua orang penjaga menghampiri Rei. Rei segera menepis tangan dua penjaga itu. Dia bisa berjalan sendiri, walau tertatih.
Perutnya sakit karena kelaparan, tenggerokan Rei tidak kalah perih karena tidak minum. Bibir pucat dan pecah-pecah. Matanya berkunang-kunang, kepalanya berat seolah memikul batu.
Tapi Rei tidak peduli, ia ingin tetap berjalan sendiri. Dua orang itu tidak dapat dipercaya, bukannya memapah, pasti dirinya akan diseret seperti kambing.
Rei merapihkan sedikit surai kecokelatan miliknya, memakai selendang yang dipakainya sejak hari kejadian.
Nafasnya tersengal setiap langkah yang dia paksakan menuju balai desa. Rei didudukkan di tanah, tidak begitu jauh dari posisi Rei, Sunghoon juga didudukkan.
Semua orang sudah berkumpul mengelilingi mereka. Rei memejamkan matanya saat selendang miliknya ditarik oleh salah satu warga desa (pria tua bangka yang bangk*)
Dari celah rambutnya yang berantakan, Rei bisa melihat Jake duduk di kursi bersama seluruh keluarga Sim lainnya.
Rei memalingkan wajahnya saat manik Jake menangkapnya. Entah kenapa, rasanya sakit sekali mengingat Jake yang pergi begitu saja tanpa mencoba bertanya pada Rei hari itu.
Kepala Desa, Tetua Adat, dan Pemangku Kepercayaan duduk berjejer di bagian depan, mereka berperan sebagai pengadil.
Rei menunduk, jemarinya memainkan cincin tanda pernikahan dirinya dan Jake. Memainkan benda bulat itu, melepas-memakainya beberapa kali. Benda ini adalah kemungkinan terburuk dari hasil pengadilan sekarang.
"Baik semua, saya sebagai Kepala Desa meminta yang tidak memiliki kepentingan dan tidak diizinkan bicara untuk tidak ribut," mulai Kepala Desa. Semua orang setuju.
Satu orang saksi dari warga desa yang memergoki sepasang muda mudi tak terikat di pilih. Jadi ada tiga orang yang akan bersaksi atas kejadian lalu. Keluarga Sim didatangkan untuk menyaksikan, mungkin apabila perlu akan ditanyai sesuatu nantinya.
"Pak Luhan, Anda ada di tempat kejadian. Katakan sejujur-jujurnya apa yang Anda lihat dan yang Anda ketahui kepada kami semua," titah Kepala Desa.
Pak Luhan, selaku perwakilan mulai bersiap buka suara. "Saya dan yang warga lainnya hendak berburu sore hari itu. Kami juga sempat mendengar Nona Rei hilang dari rumahnya, jadi kami sekalian berniat ikut andil dalam pencarian Nona Rei," buka Pak Luhan.
"Kami menyusuri hutan, hingga mulai gelap. Di bagian barat hutan, kami menemukan Nona Rei dan Sunghoon dalam posisi yang menjijikan. Dimana Sunghoon memeluk Nona Rei yang berada di bawahnya," sambung Pak Luhan.
Jake yang mendengar kesaksian itu mengepalkan tangannya kesal. Jake membuang muka ketika Sunghoon melirik setelah Pak Luhan selesai bicara.
Wakil Kepala Desa mencatat kesaksian dari perwakilan warga desa. Kepala Desa mengangguk mendengar itu, dia sempat berdiskusi dengan dua orang yang ditunjuk jadi hakim bersamanya.
"Selanjutnya, Nona Naoi Rei," kata Kepala Desa. Rei yang mendengar marga lamanya disandingkan dengan namanya mendongak marah.
"Tidak ada pemutusan tali perjodohan. Kenapa marga ku kembali," tolak Rei cepat. Nadanya datar tanpa emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
METANOIA | Jake x Rei [✓]
FanfictionDineshcara, adalah daerah yang berada di sebuah negeri nan jauh di sana. Negeri yang nyaris tidak tersentuh dunia, Lavani. Dineshcara mencakup enam desa, tetapi desa yang paling terkenal adalah desa Alindra sebagai pusat pemerintahan, juga menjadi...