25. Kamar Kita

289 37 3
                                    

Seperti yang sudah ditentukan, Rei baru selesai mandi yang mana di dalamnya diselipi ritual pembersihan setelah menstruasi. Rei mandi di kamar Jake -kamarnya juga- karena semua barangnya sudah di sini. Rei hanya akan ke kamar sementara ketika waktunya tidur.

Hari masih sore, menstruasinya sudah usai sejak pagi-pagi, tetapi Rei belum sempat untuk mandi lagi karena pekerjaan rumah yang banyak. Rei belum menggunakan gaun malam, karena dia masih harus berada di lingkungan keluarga.

Rei turun dan menemukan Jake yang baru saja pulang dari sekolah. Jake berjalan melewati ruang keluarga, memberi salam sederhana kepada Kakek dan Nenek yang sepertinya baru selesai dari pekerjaan mereka.

Jake melihat sekeliling, ia melihat Ibunya di area meja makan, mendatangi Ibunya lalu memberi salam singkat. Saat Rei mendekat, Jake langsung saja memeluk gadis itu dengan erat.

"Ih, kamu belum mandi. Bau keringat," kesal Rei setelah pelukan Jake lepas. Bukannya segera mandi, Jake malah mengecup pipi Rei dan baru setelah itu berlari kencang menuju kamarnya.

Rei menghentakkan kakinya, kesal. Ibu yang melihat itu terkekeh gemas. Dasar anak muda. Tapi jika dilihat-lihat, Rei baru saja selesai mandi.

"Rei, sudah bersih-bersih?" Rei menolah lantas mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Ibu.

Nenek entah sejak kapan sudah berada di dekat keduanya. Nenek mengusap pelan kepala Rei. "Artinya mulai malam ini, kamu sudah harus tidur di kamar Jake, ya?"

Rei menatap Nenek takut-takut, ia mengangguk mengiyakan pertanyaan Nenek. Melihat itu, Nenek tersenyum tipis. Ia berjalan ke dapur untuk mengambil sekotak manisan, Nenek menyuapi Rei sepotong manisan yang diterima dengan baik.

Suatu kebetulan Jake turun dengan kondisi yang lebih segar, tanpa aba-aba Nenek langsung menyuapi Jake sepotong lain manisan. Jake menerima dengan wajah linglung.

Nenek merangkul Jake dan Rei, mengecup masing-masing pucuk kepala kedua remaja itu. Semua orang bingung dengan tingkah laku Nenek, tapi semua merasa ikut dalam euforia yang dirasakan Nenek.

"Kalian sudah dewasa, Nenek tidak berpikir akan secepat ini. Mulai malam ini, kalian akan satu kamar. Jake, tanggung jawab kamu sebagai suami menjadi 100%, begitupun Rei, sekarang tanggung jawab kamu sebagai istri sudah 100%," kata Nenek.

Jake membeku singkat. Ia menatap Rei yang juga menatapnya di pelukan Nenek sekarang. Rei sudah selesai masa menstruasi keduanya? Jake tersenyum saat melihat raut takut di wajah Rei.

Nenek melepaskan rangkulannya. Ia duduk kembali di kursi yang ada di ruang keluarga bersama Kakek. Ibu kembali sibuk, ia pergi ke kamar untuk menyiapkan air karena Ayah sebentar lagi akan pulang.

Menyisakan dua anggota termuda di rumah ini dalam kecanggungan. Tapi Jake adalah lelaki penuh upaya, ia menarik Rei dan mendekapnya penuh kasih sayang.

Jake mengusap punggung Rei pelan. "Jangan khawatir," tenang Jake.

Dia sadar betul kesenangan Nenek berasal dari mana. Cucunya akan mulai satu kamar dan satu ranjang dengan jodohnya. Sangat jelas, Nenek mengharapkan pewaris selanjutnya.

Oh, itu pemikiran yang sangat jauh, Nek. Jake tidak berniat memiliki anak untuk saat ini, Rei masih sangat kecil. Usianya sendiri baru 17 tahun, sedang baru Rei 14 tahun.

Setelah makan malam, Jake dan Rei pergi ke kamar bersama seperti biasa. Nenek menyiapkan persembahan untuk disimpan di rumah kecil Tuhan di depan rumahnya. Itu adalah tempat peribadatan pribadi yang selalu dimiliki semua penganut kepercayaan di Dineshcara.

Jake duduk di meja belajar, membaca buku pelajaran yang esok hari akan ada ulangan harian. Pelajaran Bu Park, baiknya Guru satu itu menerima kisi-kisi yang katanya sama persis seperti soal ulangan yang telah dibuat.

METANOIA | Jake x Rei [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang