Rei duduk di kursi dekat jendela kamarnya. Tidak berada di sini dua hari membuat Rei kembali linglung. Jendela di dekatnya ditutup Jake, begitu pula pintu kamar mereka.
Lelaki yang merupakan jodohnya itu sedang membongkar lemari milik Rei. Jake duduk di ujung kursi panjang yang diduduki Rei. Meletakkan pakaian yang dipilih di sebelahnya.
Jake tersenyum, walau Rei tidak merespon apapun sejak Jake membawa gadis itu pulang. Jake kembali berdiri dan berjalan menuju kamar mandi.
Saat di pengadilan, Jake bisa melihat Rei kesulitan berjalan. Jadi Jake inisiatif membawakan ember berisi air dan handuk kecil untuk membersihkan tubuh Rei.
Jake menyimpan ember itu di lantai dekat kursi. Memandang Rei yang juga menatapnya Jake tanpa emosi. Jake mengulas senyum yang mana tidak dibalas Rei sama sekali.
"Buka pakaianmu, aku akan membersihkan dan memberi obat luka-lukamu. Nanti pakai gaun yang baru," tutur Jake, di akhiri menunjuk pakaian yang dipilihnya.
Kedua tangan Rei bergerak memeluk tubuhnya sendiri sebagai respon pertama. Tubuh kecil itu bergetar tanda ketakutan. Seketika Jake panik. Lelaki itu memutar otak dan pandangannya bersamaan.
"Ah, aku akan menutup mataku. Tenang saja," katanya. Jake segera mengambil satu sapu tangan untuk diikat di matanya.
Barulah setelah itu duduk di belakang tubuh Rei. Gadis di depannya itu secara perlahan membuka pakaian bagian atasnya.
"Aku hanya akan membasuh bagian belakang, tangan dan kaki. Sisanya kamu," tenang Jake lagi.
Dengan telaten dan sangat hati-hati, Jake menggunakan insting untuk membasuh tubuh bagian belakang Rei dengan air. Mengoleskan obat dengan meraba permukaan kulit Rei menggunakan ujung jemari.
Jake memberikan handuk kecil itu kepada Rei, gadis itu dengan perlahan membasuh tubuh bagian depan dan setengah tangan atasnya. Mengoleskan salep herbal yang dibawa Jake.
Rei memaksakan diri untuk bangkit agar bisa melepaskan bawahannya. Tapi tindakan tanpa pikir panjang itu mengakibatkan ringisan yang membuat Jake yang masih duduk panik.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Jake, khawatir. Rei menoleh sebentar, lalu kembali pada aktifitasnya tanpa ingin menjawab pertanyaan barusan.
Setelah selesai membasuh luka, Rei dengan cepat mengenakan pakaian yang dipilih Jake. Lalu kembali duduk tenang. Jake yang merasa bagian kursi di depannya bergerak, dengan ragu membuka penutup matanya.
Syukurlah Rei sudah berpakaian lengkap. Gaun di bawah lutut dengan lengan pendek berwarna abu-abu. Pilihan Jake lumayan. Jake segera pindah dari belakang tubuh Rei menjadi di depan gadisnya.
Dengan penuh kehati-hatian mengangkat kedua kaki Rei menuju pangkuannya. Jake secara perlahan membuka kedua gelang kaki yang sudah sangat rusak. Agak terkejut saat ada bagian tajam yang menusuk salah satu jarinya.
Jake mengemut jarinya itu sembari menatap Rei yang melihat ke arah kakinya. "Ini pasti sakit jika terkena kulitmu. Kenapa tidak melepasnya saja?" tanya Jake sembari membuka gelang kaki itu lebih sabar.
Selanjutnya membasuh permukaan kulit kaki Rei yang awalnya putih mulus menjadi banyak terdapat goresan yang mengeluarkan darah, sebagai sudah mengering.
"Hanya kamu yang bisa melepaskan itu," balas Rei, membuat Jake menghentikan aktifitasnya sejenak. Menatap Rei yang balas menatapnya tanpa emosi. Jake menghela nafas panjang.
Tidak ada percakapan apapun setelahnya. Jake sibuk membasuh dan mengoleskan obat di seluruh luka Rei. Gadisnya itu juga sibuk dengan dunianya sendiri, melamun.
KAMU SEDANG MEMBACA
METANOIA | Jake x Rei [✓]
FanfictionDineshcara, adalah daerah yang berada di sebuah negeri nan jauh di sana. Negeri yang nyaris tidak tersentuh dunia, Lavani. Dineshcara mencakup enam desa, tetapi desa yang paling terkenal adalah desa Alindra sebagai pusat pemerintahan, juga menjadi...