Tujuh hari sejak rangkaian upacara sepasang jodoh satu kamar yang diakhiri dengan prosesi penghargaan dari jodoh lelaki, Nenek yang awalnya sangat senang berubah jadi kesal.
Kebersamaan Jake dan Rei menjadi pemandangan paling menjijikkan di mata Nenek. Nenek yang biasanya memberi uang tambahan setiap Jake berangkat sekolah, menghentikan kebiasaan itu.
Nenek yang biasa terlihat menyayangi Jake, tampak acuh. Tatapan Nenek semakin tajam setiap melihat persepsi Rei di dekatnya.
Seperti sekarang, waktunya makan malam. Nenek tidak berhenti menatap tajam -seolah menguliti- Rei yang riang gembira melayani Jake.
Rei tampak tidak terganggu dengan apa yang dilakukan Nenek. Sudah terbiasa sebenarnya. Rei sibuk mengambil nasi serta lauk-pauknya untuk Jake dan untuknya juga.
Rei duduk tenang di kursi sebelah Jake. Sebuah pemandangan baru di kediaman keluarga Sim. Rei ikut makan tanpa harus menunggu Jake selesai lebih dulu. Jadi hanya Ibu yang berdiri menunggu di belakang sendirian.
Atas penghargaan tingkat tinggi yang diberikan Jake, Rei punya keistimewaan, sama seperti Nenek yang habis masa tradisi dan bisa melakukan sesuatu bersama-sama. Rei juga bisa, apabila Jake menghendaki.
Tidak ada yang bisa melarang Rei melakukan sesuatu, selama Jake mengizinkan. Hanya perlu izin dari Jake, Nenek sekali pun tidak punya hak.
Rei mencuri pandang pada Ibu yang berdiri sendirian. Dia mendekatkan diri pada Jake. "Apa Ibu bisa ikut duduk dan makan? Kasian dia sendirian," tanya Rei berbisik.
Jake yang mendengarnya melirik singkat ke arah Ibunya, lalu menatap Rei yang memandangnya penuh harap. Jake menggeleng sebagai jawaban pasti.
"Kecuali Kakek, Nenek, Paman dan Ayah tidak ada. Baru Ibu bisa bergabung," terang Jake, tidak kalah berbisik.
Rei memasang wajah sedih yang sangat imut. Jake secara sadar mencubit pipi gadisnya yang semakin bulat. Rei mendelik tidak suka, dan Jake sudah pasti hanya tertawa.
"Berhenti bermesraan, dan pergilah belajar Jake!" Nenek tiba-tiba menginstruksi. Masing-masing dari Jake dan Rei menjauhkan diri, dan melanjutkan makan.
Setelah semua orang selesai dengan makannya, Rei segera membereskan bekas alat makan yang sebelumnya dipakai Jake dan dirinya. Ia membawanya ke dapur untuk di cuci, bersamaan dengan Nenek yang hanya menyimpan bekas alat makan milik Kakek dan Paman. Lalu semua itu dicuci oleh Rei.
Rei bisa melihat Ibu mertuanya yang mulai makan setelah Ayah. Nenek kembali duduk setelah dari dapur. "Jake, datanglah ke kamar Kakek dan Nenek sebentar setelah ini," titah Nenek kepada Jake yang baru saja akan bangkit menuju ke kamar.
Jake kembali duduk, ia mengangguk singkat. Menunggu Kakek dan Nenek naik lebih dulu baru dia mengikuti ke kamar mereka. Entah apa yang akan dibicarakan keduanya, tapi Jake meyakini jika yang akan dikatakan Kakek-Neneknya adalah mengenai penghargaan tingkat tinggi yang ia berikan kepada Rei.
Mungkin dia akan dimarahi, tapi siapa peduli. Jake hanya mencoba mengikuti kata hatinya. Sekarang perasaannya jauh lebih terasa lega setelah mengungkapkan apa yang selalu jadi kejanggalan dalam dirinya.
Secara tidak sadar, selama Rei berada dalam jangkauannya. Rei belum ada tujuh bulan berada di rumah mereka, tetapi eksistensi gadis itu terus membuat seluruh perhatian Jake tertuju padanya.
Setiap kali Rei menabrak sesuatu saat melakukan kegiatan sehari-hari, setiap kali Rei duduk di ranjang memerhatikan Jake yang mengerjakan tugas atau sekadar membaca ulang materi sekolah, setiap kali Jake menemukan luka baru pada bagian tubuh Rei.
Jake dibuat khawatir, senang, bersimpati dalam waktu bersamaan. Jake bukan lelaki yang tsundere, yang akan danial atas perasaannya. Jake akan dengan mudah mengatakan apa yang dia rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
METANOIA | Jake x Rei [✓]
FanfictionDineshcara, adalah daerah yang berada di sebuah negeri nan jauh di sana. Negeri yang nyaris tidak tersentuh dunia, Lavani. Dineshcara mencakup enam desa, tetapi desa yang paling terkenal adalah desa Alindra sebagai pusat pemerintahan, juga menjadi...